Share

Di Sofa Ruang Keluarga

Penulis: Achi N
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-04 20:11:06

Selamat membaca 🤗

🍁🍁

Dadaku semakin berdebar tak karuan, aku benar-benar takut .

**

"Haha...Mama bisa saja.''

''Kenapa? apa kamu tidak percaya pada, mama?''

''Aku tidak bilang seperti itukan.''

''Iya, kamu memang tidak bilang seperti itu, tapi raut wajahmu menunjukan jika kamu tidak percaya dengan apa yang mama ceritakan tadi.''

''Haha.. cukup Ma, sudah cukup. Geli, jangan menggelitik ku terus-terusan seperti ini, haha."

DEG!

Langkahku yang gemetar tiba-tiba terhenti saat telinga ini menangkap dengan sangat jelas suara-suara yang berasal dari ruang keluarga, suara Mas Fandi dan Mama. Mereka sedang bercanda! Tapi, sejak kapan Mas Fandi dan Mama bercanda seperti ini? selama hampir dua bulan aku tinggal di sini, tidak pernah melihat atau mendengar mereka bercanda. Lebih-lebih lagi Mama, beliau tipe Orang Tua yang sangat serius, bahkan dengan Fatia dan adiknya saja Mama tidak pernah mau bercanda! Ini Mas Fandi.

Belum hilang rasa heran yang meliputi hati, aku kembali dibuat terkejut.

Kali ini aku dikejutkan dengan indra penglihatan ku yang menangkap dua sosok yang sedang duduk di sofa dengan posisi membelakangi ku.

"Mas Fandi,''panggilku tapi sayang panggilan itu hanya terucap dalam hati saja, karena bibir dan lidahku tiba-tiba kaku tidak mampu untuk mengeluarkan sepatah katapun.

Lama aku terdiam dengan posisi berdiri di belakang mereka yang hanya berjarak kurang dari dua meter saja. Memperhatikan Mama yang sedang membelai lembut rambut Mas Fandi, setelah ia puas menggelitik tubuh Mas Fandi, aku melihat Mama mengulas senyum saat ia memandangi wajah Mas Fandi dari samping, dan tiba-tiba tangan Ibu mertuaku terulur menyentuh pipi Mas Fandi dengan sangat lembut, tidak! bukan menyentuh lebih tepatnya membelai. Tidak hanya sampai di situ, Mama juga menyandarkan kepalanya di pundak Mas Fandi.

''Naya!''keget, Mama saat ia menyadari kehadiranku dan ia juga langsung menjauhkan posisi duduknya dari Mas Fandi.

Mas Fandi langsung menoleh kebelakang mengikuti arah mata Mama.

''Naya, ada apa? kenapa kamu berdiri di sana? ayo ke marilah, ini sinetron kesukaanmu sudah tayang,''ucap Mas Fandi, senang. Suamiku bersikap dan terlihat biasa-biasa saja sangat berbeda dengan Mama yang terkejut saat melihatku.

''Ti...tidak ada apa-apa Mas, aku hanya...ingin….,”ucapanku terhenti saat Mama melihatku dengan tatapan mata yang tajam, entah kenapa beliau melihatku seperti itu. Saat ini aku merasa seperti musuh di depan Mama.

''Ingin apa, Nay? apa ada sesuatu yang kamu butuhkan?''Mas Fandi kembali bertanya.

''Tidak Mas,”sahutku cepat, “Apa kamu ingin aku buatkan, kopi?''tanyaku asal, karena aku tidak tahu harus bicara apa.

''Kopi, jadi kamu kesini ingin menawari aku kopi?''Mas Fandi memastikan dan aku menimpalinya dengan anggukan pelan.

''Boleh, kebetulan aku belum ngopi.''

''Anaya, bukankah kamu sedang mencuci piring? tidak mungkin jika sudah selesaikan karena durasi mencuci piring dan membersihkan meja makan harus 30 menit, sedangkan ini baru 20 menit.''Ucap Mama tiba-tiba dengan suara tinggi, yang langsung saja membuatku tersadar akan peraturan itu.

''Ma, mungkin Naya mengerjakannya lebih cepat,''Mas Fandi bersuara guna membantuku.

''Tidak bisa seperti ini, peraturan yang sudah dibuat dan diterapkan di rumah ini tidak boleh dilanggar, sekalipun Naya hanya mencuci piring satu biji ia harus tetep menyelesaikannya dalam waktu 30 menit tidak boleh kurang dari itu,''sahut Mama berapi-api menandakan jika ia sedang marah.

''Maafkan aku, Ma,''ucapku mengalah karena aku tidak mau berdebat dengan Mama apalagi di hadapan, Mas Fandi.

''Ya sudah, tunggu apa lagi, cepat lanjutkan pekerjaanmu, kopi Fandi biar mama yang membuatnya."

Aku yang awalnya ingin melayangkan bertanya atas apa yang aku lihat tadi, jadi tidak bisa berbuat apa-apa selain diam dan menuruti perintah Mama. Aku akan bertanya pada mas Fandi saja dan itu akan aku lakukan saat kita sedang berdua saja, jika aku bertanya sekarang aku takut Mama akan tersinggung..

**

''Tante Naya, ko kesini lagi?''tanya Fatia dengan ekspresi wajah kecewa, saat melihatku memasuki dapur.

''Biar tante yang melanjutkannya, Nenekmu akan marah jika tau kamu membantu tante, di sini,''sahutku dan ingin kembali mengambil alih pekerjaanku, namun sayang, semua sudah dikerjakan Fatia.

''Nenek tidak akan marah jika tidak tau,"elak Fatia.

Aku yang sedang tidak bisa fokus karena pikiranku terganggu, tidak menggubris omongan Fatia,''Sudah cepat ke depan atau ke kamarmu sana, jangan sampai Nenek melihatmu disini.''Pintaku, mengusir Fatia, karena akan sangat berabe jika Mama sampai tau ada anak ini membantuku.

Fatia yang merasa diusir langsung melipir dan pergi dari sana, tanpa bicara dan bertanya apapun lagi.

“Astagfirullah, tidak seharusnya aku bicara seperti itu pada Fatia,”sesalku, merasa bersalah melihat anak baik itu pergi dengan raut wajah yang kecewa.

Pikiranku benar-benar kacau, setelah melihat Mama dan Mas Fandi, bercengkrama tadi. Kenapa seperti ini, seharusnya aku senang melihat kehangatan mereka. Tapi kenapa malah jadi beban pikiran.

Bersambung.

TERIMA KASIH 🙏

❤️❤️❤️❤️

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Hubungan Lain Suami Dan Mertuaku    41 Berhati-hati Dan Waspada

    Maida mengangkat wajahnya, menatap Naya dengan sangat serius. Garis wajah wanita ini memegang, sangat menyeramkan. Siapapun yang menatap pasti akan ketakutan.“Kamu, melarikan diri, dari sana?” Melarikan diri! Tentu Anaya paham arah pembicaraan ini.“Tidak, mereka tau kalau aku pergi dari sana,” sahut Anaya dengan tenang. “Lalu, apa kamu berniat melaporkan ini pada, Fandi?” Naya langsung menggeleng, “Tidak,” jawabnya, yakin.Maida tertawa, “Tidak! Sungguh saya tidak percaya.”Masih dengan ekspresi tenang, Anaya menimpali Maida, “Terserah jika Mama tidak percaya, tidak masalah untukku. Lagi pula, bukankah percuma aku mengadu pada Mas Fandi, dia tidak akan bertindak apa-apa.” Prok! Prok! Prok….!Maida bertepuk tangan, “Semakin hari kamu semakin pandai, Naya! Saya suka itu. Setidaknya saya punya lawan yang seimbang.” Lawan! Ternyata benar, selama ini wanita itu menganggap Menantunya, lawan. “Apa masih ada yang ingin Mama bicarakan?”Jika mertuanya menganggap Lawan, untuk ap

  • Hubungan Lain Suami Dan Mertuaku    40 Pura-pura Tidak Tahu

    Maida yang terlanjur kesal, langsung mematikan panggilan, "Putar balik, pak!" pintanya pada sopir taksi. Kening wanita ini berkerut, saat ponselnya kembali berdenging dan itu panggilan dari orang yang sebelumnya ia telpon, Maida kesal ia meremas kuat-kuat gadget yang ada di tangannya, "Kamu pikir aku bisa di permainankan, tidak semudah itu, sayang!" Sopir taksi yang tidak sengaja melihat Maida dari kaca spion bergidik ngeri, melihat wajah dan tatapan mata penumpangnya penuh dengan amarah menggelegar. Sadar di perhatikan, Maida menatap semakin tajam pada sopir taksi, "Fokus saja ke depan, jangan kepo pada urusan orang jika ingin selamat!" Sopir langsung mengalihkan pandanganya, ia pura-pura tidak mendengar ucapan Maida. ** "Aku pulang dulu, ya!" kata Fandi dengan tergesa-gesa, sambil meraih jaketnya yang tergantung. "Mau kemana?" tanya temanya heran. "Pulang." "Apa! pulang, tumben, ada apa?" "Sudah jangan banyak tanya, hari ini aku kerja setengah hari ya, aku sudah

  • Hubungan Lain Suami Dan Mertuaku    39 Teman-teman Yang Memiliki Kelainan

    “Katakan padaku, di mana Mama membawamu? Apa benar kamu bertemu teman arisan Mama? Lalu apa yang mereka lakukan padamu?” “Wina, pelan-pelan. Sebaiknya kita biarkan Naya tenang dulu, jangan di teror dengan pertanyaan yang banyak,” tegur Hanan, dan ia langsung menyodorkan segelas air putih pada Adik Iparnya. “Terima kasih, Mas,” Naya menerima air itu, dan karena ia memang sedang kehausan Naya menghabiskan air itu dalam satu kali tegukan. Wina dan Hanan saling pandang, dalam benak mereka hanya ada satu pertanyaan! Apa yang terjadi pada Anaya? “Apa kamu mau minum lagi?” Tanya Hanan. “Tidak Mas, sudah cukup.” Naya langsung meletakkan gelas di atas meja. “Naya, apa yang terjadi?” Wina yang tidak sabar langsung bertanya intinya. Naya terdiam sejenak, ia tidak mau gegabah dengan menceritakan semuanya pada Wina dan Hanan, mengingat dua orang ini sangat teramat patuh pada Maida, tidak menutup kemungkinan mereka akan mengadu. Naya memutuskan untuk merahasiakan ini dari Hanan dan Win

  • Hubungan Lain Suami Dan Mertuaku    38 Fandi Ikut Khawatir

    Mama pergi dengan Naya? kenapa ga bilang. Fandi mematung, ia sama sekali tidak memperdulikan Gading yang masih menunggu jawaban. Pikiran Fandi tiba-tiba kalut, biar bagaimanapun juga Anaya adalah istrinya, wanita yang ia cintai. "Fandi!" panggil Gading, dengan membentak. Lelaki itu tersadar, namun masih tidak bicara apapun lagi. Dengan wajah yang linglung Fandi pergi ke sebuah ruangan sambil merogoh saku celananya. "Hei! mau kemana Lo? gue belum selesai bicara!" Gading kembali membentak saat ia di acuhkan begitu saja, "Sial! berani sekali dia bertindak tidak sopan, apa dia lupa kalau aku ini Kakak Iparnya," kesal Gading. Kakinya sudah melangkah, ingin menyusul adik Ipar yang ia anggap tidak sopan itu. Tapi.... "Maaf Pak, Anda tidak diizinkan masuk, itu ruangan khusus karyawan pabrik," cegah seorang lelaki tua yang bertugas sebagai keamanan. "Saya belum selesai bicara dengannya," kata Gading yang tidak peduli dan melanjutkan langkah kakinya. "Pak! mohon kerjasamanya

  • Hubungan Lain Suami Dan Mertuaku    37 Patuh Pada Maida

    37 Saat menantu lelakinya menanyakan keberadaan menantu perempuannya, Maida memicingkan mata. Tidak ada yang bisa menebak apa yang ada dipikiran wanita itu hanya dia dan tuhan yang tahu. "Ma, dimana Anaya?" kini Wina yang berani bertanya, ia sudah tidak peduli lagi jika Ibunya itu akan marah, karena Wina tidak mau mengulangi kesalahan untuk yang kedua kali. Kejadian 4 tahun silam sudah membuatnya merasa bersalah sampai saat ini, bahkan mungkin, sampai ia matipun akan tetap merasa bersalah. "Wina, apa kamu sudah benar-benar sehat?!" tanya Maida, namun pertanyaan ini tidak terdengar seperti pertanyaan. Wina yang mengerti, langsung menunduk takut, melihat mata Maida yang menatapnya tajam Wina seperti tersihir hingga membuatnya membeku. "Hanan!" panggilannya pada lelaki yang masih berdiri di sana, Hanan juga seperti orang yang linglung, dengan menatap Maida lekat namun kosong, Hanan menyahut, "Iya, Ma!" "Kamu seorang ayah, sudah seharusnya kamu menjaga anak dan istrimu denga

  • Hubungan Lain Suami Dan Mertuaku    36 Teman Arisan Maida Yang Aneh

    Pada detik itu juga Naya merasakan hawa yang berbeda, dari wajah-wajah para orang tua di sana semakin membuat Naya, waspada. "Rileks cantik, jika kamu tegangan seperti ini, pasti akan terasa kaku." Naya tersentak, saat suara itu terdengar di telinganya, bukan cuma suaranya saja yang membuat Anaya kaget, tapi gerakan lembut dari jari tangan mengelus pipi kirinya. Naya menepis tangan-tangan yang mengerubungi nya, ia bangkit dari duduk, semua menatap Anaya tidak percaya, mata Naya kini fokus pada Ibu Mertuanya, "Ma, apa kita masih lama disini? tidak tidak aku ingin segera pulang." Hahaha.. Hahaha... Ucapan Naya yang ingin pulang, sekita di sambut tawa menggema dari para wanita sepuh di sana, entah apa yang mereka tertawakan, tapi melihat dari wajahnya mereka mengejek Naya. Satu orang berjalan mendekat Maida, "Jeng, apa sebelum datang kesini kamu tidak memberi tahu Menantumu ini?" tanya Wanita itu. Maida hanya menggeleng tanpa mengatakan apapun. "Oh, pantas saja. Tapi tidak

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status