Yumna duduk di meja kantornya, sambil memegang kotak makan siangnya. Dengan hati yang masih terbebani oleh pikiran-pikiran yang melintas, ia mencoba makan dengan lambat. Suasana di ruangan kantor terasa ramai, dengan percakapan dan tawa dari rekan kerja yang sedang bersantap di sekitarnya.Namun, meskipun ada keceriaan di sekelilingnya, Yumna masih terasa hampa. Pikirannya melayang ke masalah-masalah pribadi yang tengah dihadapinya. Sudah beberapa hari ini, dia merasa tegang dan tak bisa sepenuhnya fokus pada pekerjaannya.Yumna menyadarkan dirinya untuk mencoba mengesampingkan kekhawatirannya sejenak. Dia mencoba mengikuti percakapan ringan di sekitarnya, mencoba tersenyum pada candaan rekan kerjanya. Namun, kegelisahannya masih terasa di dalam dirinya.Ia berharap makanan yang dimakannya bisa memberikan sedikit kelegaan, memulihkan energinya yang terkuras. Sambil menyuapi dirinya dengan setiap suapan, Yumna berusaha mengatur pikiran dan mencari cara untuk mengatasi masalah yang seda
Dengan senyum penuh arti, Farez menatap Yumna dan dengan hati-hati ia mengungkapkan keinginannya. "Yumna, bisakah kamu lembur hari ini? Aku butuh kamu di kantor untuk menemani aku," ucapnya dengan penuh perhatian.Yumna terkejut mendengar permintaan Farez. Ia sedikit ragu, namun melihat raut wajah Farez yang penuh kelembutan, Yumna akhirnya mengiyakan. "Baiklah, aku bisa lembur. Ada apa, Farez?" tanya Yumna dengan rasa penasaran yang tak tersembunyi.Farez tersenyum lega mendengar persetujuan Yumna. Ia mengambil nafas dalam-dalam sebelum menjawab. "Aku ingin membicarakan sesuatu yang penting denganmu, Yumna. Ada beberapa hal yang perlu kita bahas bersama," katanya dengan penuh kehangatan.Yumna merasa hatinya berdebar kencang. Ia merasakan bahwa ada sesuatu yang akan diungkapkan oleh Farez, sesuatu yang mungkin akan mengubah dinamika hubungan mereka. Namun, dengan penuh kepercayaan, Yumna memutuskan untuk memberikan kesempatan kepada Farez untuk berbicara.Mereka berdua pergi ke kanto
Diana duduk sendirian di ruang tamu, menatap jam dinding yang menunjukkan larut malam. Hatinya dipenuhi dengan kegelisahan dan kecemasan. Farez belum juga pulang dan tidak memberi kabar apapun. Pikirannya dipenuhi dengan berbagai kemungkinan yang mungkin terjadi.Ia mencoba menghubungi Farez melalui telepon, namun tidak ada jawaban. Setiap detik yang berlalu membuat kegelisahan dalam dirinya semakin memuncak. Diana berusaha menjaga ketenangan, tetapi sulit untuk mengusir rasa cemas yang merasuki pikirannya.Berbagai pertanyaan terus berputar dalam benaknya. Apakah Farez baik-baik saja? Apa yang sedang terjadi? Mengapa ia tidak memberi kabar? Pikirannya terus menerka-nerka, mencari jawaban yang belum pasti.Dalam keheningan yang mencekam, Diana berdoa agar Farez baik-baik saja dan segera pulang dengan selamat. Ia mencoba menenangkan dirinya dengan berbagai pemikiran positif, berharap bahwa ada penjelasan yang masuk akal di balik ketidakhadiran Farez.Waktu terus berlalu, dan larut mala
Yumna pulang ke rumah setelah melewati hari yang panjang di kantor. Dia merasakan kelelahan menyelimuti seluruh tubuhnya, tetapi ada kelegaan ketika melihat Rizky masih terjaga di ruang tamu. Rizky, yang duduk di depan laptop, sedang sibuk mengerjakan tugas kuliahnya."Malam, Kak. Sudah pulang?" sapa Rizky dengan senyuman lelah namun hangat."Malam, Rizky. Iya, baru saja selesai lembur. Kamu belum tidur?" tanya Yumna sambil meletakkan tasnya di meja.Rizky menggelengkan kepala sambil melirik jam dinding. "Belum. Masih ada beberapa tugas yang harus kukerjakan. Tapi, bagaimana hari kamu?"Yumna merasakan kaki-kakinya berat saat ia merangkulkan diri di sofa. "Hari ini cukup melelahkan. Aurora juga terlihat senang di sekolah barunya."Rizky menyimak dengan penuh perhatian, lalu bertanya, "Bagaimana dengan Farez? Apa dia masih sering menghubungimu?"Yumna menggelengkan kepala. "Sebenarnya, Farez sedikit mengurangi kontaknya belakangan ini. Mungkin karena kesibukan dia di kantor. Tapi entah
Keesokan harinya, suasana di antara Farez dan Diana terasa canggung setelah kejadian kemarin. Farez merasa bersalah dan tidak tahu bagaimana cara menghadapinya. Dia merasakan ketegangan di udara ketika berada di sekitaran Diana, dan setiap kali mereka berdua saling pandang, perasaan tidak nyaman semakin kuat.Farez ingin memperbaiki hubungan mereka dan mengatasi masalah yang telah terungkap. Dia tahu bahwa dia harus berbicara dengan Diana secara jujur, meski dia merasa takut dengan kemungkinan konsekuensi yang akan timbul. Dia mengerti bahwa untuk memperbaiki hubungan ini, mereka perlu membicarakan perasaan masing-masing dengan terbuka.Dengan langkah berat, Farez akhirnya memutuskan untuk menghadapi Diana. Dia menghampirinya dengan penuh kehati-hatian dan meminta maaf atas segala kesalahan yang telah dilakukannya. Dia mengakui bahwa dia telah melakukan kesalahan dengan tidak jujur tentang asal-usul Aurora dan meminta maaf atas rasa sakit yang telah dia timbulkan pada Diana.Meskipun
Setelah Yumna mengantarkan Aurora ke sekolah dengan penuh kasih sayang, dia melanjutkan perjalanannya menuju kantor dengan semangat. Setelah beberapa waktu dalam perjalanan, dia tiba di kantor dengan senyum yang cerah di wajahnya. Yumna melangkah masuk dengan energi yang tinggi, siap untuk menghadapi tugas dan tanggung jawabnya di tempat kerja.Di meja kerjanya, Yumna membuka laptop dan memeriksa agenda hariannya. Dia merencanakan pekerjaan yang harus diselesaikan, pertemuan yang harus dihadiri, dan tanggapan yang perlu dikirim. Yumna menjaga fokus dan produktivitasnya, menyadari bahwa tanggung jawabnya sebagai ibu dan profesional harus seimbang.Dalam kesibukannya, Yumna terus teringat pada momen indah bersama Aurora di pagi tadi. Dia merasa bahagia dan berterima kasih atas hadirnya putri kecilnya dalam hidupnya. Meskipun ada tantangan dan perbedaan dalam keluarganya, Yumna memutuskan untuk tetap fokus pada kebahagiaan Aurora dan menciptakan lingkungan yang penuh cinta dan dukungan.
Diana berjalan perlahan melintasi taman yang terletak di dekat perusahaan suaminya. Sinar matahari yang hangat menyinari jalanan, menciptakan suasana yang nyaman. Tiba di salah satu bangku, dia duduk dan menikmati keindahan taman yang indah itu.Saat sedang menikmati momen sendiri, Diana melihat seorang karyawan dari perusahaan suaminya yang sedang berjalan melewati taman. Mereka saling kenal dan sering bertemu di acara perusahaan sebelumnya. Diana memutuskan untuk menghampiri dan menyapa karyawan tersebut.Mereka saling tersenyum dan Diana mengajak untuk duduk bersama di bangku. Mereka mulai berbincang-bincang tentang berbagai hal, termasuk perusahaan dan proyek terkini. Diana tertarik mendengar pengalaman karyawan tersebut dan cerita tentang suasana kerja di perusahaan.Sambil menikmati percakapan yang hangat, Diana juga bertanya tentang suaminya. Karyawan tersebut memberikan pujian atas dedikasi dan keahlian Farez dalam pekerjaannya. Mereka berbagi pengalaman dan sudut pandang tent
Diana duduk di depan Yumna dengan tatapan serius. Ada ketegangan yang terasa di udara saat mereka berdua duduk di kafe. Setelah beberapa saat diam, Diana akhirnya mengambil nafas dalam-dalam dan mulai berbicara."Yumna, aku harus jujur padamu. Aku tahu tentang hasil tes DNA antara Farez dan Aurora. Aku menemukan amplop itu di laci Farez. Awalnya aku tidak tahu apa yang ada di dalamnya, tapi begitu aku membacanya, semuanya terbuka. Aku tahu bahwa Aurora adalah anak Farez."Dengan suara yang sedikit gemetar, Diana mulai membuka pembicaraan. Yumna merasa hatinya berdebar-debar saat mendengarkan kata-kata Diana. Mereka saling berbagi perasaan, kesedihan, dan ketidakpastian. Yumna mendengarkan dengan penuh perhatian dan menghargai keberanian Diana untuk membicarakan hal ini.Meskipun situasi tersebut menimbulkan rasa tegang, Yumna berharap bahwa pertemuan ini bisa menjadi awal untuk memperbaiki hubungan mereka dan mencari jalan terbaik bagi kepentingan Aurora. Yumna menganggap percakapan i