Share

ANAK KEDUA

Penulis: Aurora Belle
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-12 18:29:06

ANAK KEDUA

Nico menatap langit Jakarta cukup lama dari jendela besar yang berada di samping meja kerjanya. Entah kenapa dia diberi ruangan dengan jendela sebesar ini. Terkadang panasnya matahari terasa hingga ke pori-pori saat Nico duduk di tempat kerjanya tersebut. Terkadang bahkan suara hujan terdengar cukup riuh ketika deburannya membentur kaca jendela di lantai lima belas, tempatnya bekerja.

“Nic!”

Suara yang tidak asing itu terdengar lagi di ruang kerja Nico.

“Sibuk?” tanya pria yang sudah membuka lebar pintu ruang kerja Nico. “Gue mau minta tolong nih.” Pria berambut ikal itu sudah berbicara lagi sebelum Nico sempat menjawab pertanyaannya.

“Apa?” jawab Nico, acuh tak acuh.

“Meeting ke Amazed Company besok.”

“Amazed?” kening sedikit berkerut. Dia baru mendengar nama perusahaan yang Alex sebutkan barusan.

“Perusahaan baru yang gantiin Jolly entertainment.”

“Oh.” Nico mulai sedikit paham. Dia tahu jika Jolly entertainment yang selama ini bekerja sama dengan perusahaannya untuk mengiklankan produk-produk dari perusahaan keluarga Alexander dan Nicholas.

“Jam 10 ya,” sambung Alex lalu melangkah pergi.

“Lex!” kejar Nico. “Lu pribadi kan yang pilih company itu. Jadi sebaiknya lu lah yang meeting sama mereka. Gue kan gak tau apa yang mau lu kerjain sama mereka.”

Alex berjalan kembali mendekati Nico yang sedang berdiri di depan pintu ruang kerjanya. “Gak ada yang pribadi kalau urusan kantor, bro!” Alex menepuk pundak Nico. “Lagian, mereka cuma company kecil,” Alex mendekatkan bibirnya ke telinga Nico. “Lu cukup kasih produk-produk kita yang gak laku ke mereka. Setelah itu, salahin mereka karena gak bisa pasarin produk kita sampai laku. Kalau perlu, kasih penalty dan suruh mereka bayar…” Alex memberikan senyumnya pada Nico. “Come on! Lu pasti bisa ngurus masalah receh kayak gini. Biar gue yang urus masalah-masalah besar.”

Nico mengatupkan bibirnya. Bukannya dia tidak bisa membantah ucapan Alex, tetapi Nico merasa tidak pantas untuk membantahnya.

Alexander Biolanda adalah putra pertama dari William Biolanda. Keluarga Biolanda pertama kali datang ke Indonesia sekitar lima puluh tahun yang lalu. Konon, keluarga Biolanda adalah cikal bakal dari perusahaan minyak di negara ini.

Nenek moyang Biolanda membeli ratusan hektar pekerbunan kelapa sawit di beberapa daerah di Indonesia. Mereka pernah menjadi raja minyak yang cukup terkenal. Ekspansi perusahaan keluarga Biolanda tidak lantas hanya di bidang minyak saja. Lambat laun, mereka juga menghasilkan banyak kebutuhan rumah tangga. Mulai dari produk makanan, minuman, bahkan detergen, kini sudah bisa mereka ciptakan. Biolanda company pun berganti nama menjadi Bio Group setelah perusahaan mereka menguasi hampir seluruh pasar di negeri ini.

“Maaf, Pak…” Fathan, asisten Nico bergegas mengekori bosnya setelah melihat Alex pergi. “Padahal saya udah bilang kalau Pak Nico lagi ada meeting. Tapi Pak Alex main nerobos aja.”

Nico kembali duduk ke meja kerjanya. “No choice,” ucap Nico sebelum mendesah. “Jadwalin saya Amazed besok.”

“Baik, Pak.” Fathan tidak banyak bicara lagi.

Fathan sudah hampir sepuluh tahun bekerja dengan Nico. Sebelumnya mereka teman satu kampus dan satu jurusan. Ketika William Biolanda memberikan Nico jabatan sebagai Wakil Direktur, Nico meminta Fathan untuk bekerja dengannya.

Bukan hal yang baru bagi Fathan melihat tingkah semena-mena Alex pada Nico. Pria itu memang sengaja memberikan Nico banyak pekerjaan ‘receh’. Begitulah yang biasa Alex katakan.

Fathan tahu jika Alex tidak akan membiarkan Nico ikut campur dalam urusan penting di Bio Group. Alex tidak akan membiarkan Nico atau siapapun mengusik jabatan Direktur Utama yang kini Alex miliki.

Terlebih lagi, Nico hanyalah anak dari selingkuhan William. Selingkuhan! Ya, kata itu yang biasa Alex gunakan untuk menghina Nico dan latar belakangnya. William, ayah Alex dan Nico itu memang tidak pernah menikahi Ibu Nico secara resmi.

Setelah Ibu Alex meninggal, William memilih untuk berganti-ganti pasangan secara tidak resmi. Dan Ibu Nico adalah salah satu gadis yang mampu memberikan William keturunan tanpa pernah menuntut untuk diresmikan.

Ava memijat keningnya sendiri. Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam saat Ava akhirnya tersadar jika dia hanya tinggal sendiri di ruang kerjanya. Ava menarik kedua tangannya ke atas sebagai peregangan. Dia juga memijit leher dan pundaknya yang terasa tegang.

Sudah seminggu lebih Ava lembur. Dia sedang sibuk mempersiapkan beberapa proposal iklan yang akan dia presentasikan di depan perwakilan dari Bio Group besok.

“Brengsek!” Ava melirik pada ruang kerja manajernya yang sudah gelap.

Kadang Ava ingin bersumpah serapah. Dia yang selalu mengerjakan semua pekerjaan sendiri. Tetapi saat presentasi, si bos akan berlaga sebagai orang yang berbuat banyak di dalam proposal yang Ava buat.

“It’s okay.” Ava berusaha tersenyum lebar. “Aku pasti bisa!” Ava berusaha menguatkan dirinya.

Dia sudah bersusah payah untuk mendapatkan tender kerjasama dengan Bio Group. Ava tidak akan membiarkan kemarahan menghancurkan kerja kerasnya.

“Aku harus datang pagi besok!” Ava memasang alarm pengingat di ponselnya sembari berjalan meninggalkan gedung kantornya yang sudah sepi.

Isi kepalanya tidak bisa berhenti berpikir meskipun pekerjaannya sudah selesai dia kerjakan.

Pakai baju apa besok? Warna merah? Hitam? Sepatu high heels atau hak rendah? Rambut di gerai atau di kuncir? Lipstik warna merah, maroon, atau pink? Wah! Banyak sekali yang harus Ava pikirkan.

“Dia…” bisik Nico sambil menurunkan jendela kaca mobilnya.

“Ya, Pak?” tanya Fathan, menyadari jika bosnya mengatakan sesuatu. “Bapak kenal sama cewek itu?” tanya Fathan, melihat Nico sedang menatap seorang wanita yang tengah duduk di halte bus sembari memakai headphone di telinganya.

“Sepertinya,” jawab Nico tidak yakin.

“Saya gak ingat kalau Bapak pernah ketemu sama cewek itu.”

Nico mengangguk-angguk. Fathan memang tidak ada di malam itu. Nico datang ke club karena diminta oleh Alex. Namun Nico bergegas pergi ketika dia tahu jika Alex hanya berusaha membuat Nico mengkonsumsi narkoba bersama di malam itu.

Dan beruntungnya, Ava mengajak Nico bermalam bersama saat itu. Nico jadi punya alasan tepat untuk menolak ajakan Alex.

“Nia.” Nico mengingat nama wanita yang sedang ditatapnya.

“Nia?” Fathan tersenyum kecil. “Kayaknya spesial banget,” ledek Fathan. “Lu bukan tipe orang yang ingat nama cewek yang pernah lu tidurin.”

Nico mengangguk. Setuju dengan ucapan Fathan. Dia memang tidak pernah ingat nama wanita yang pernah kencan dengannya.

“Mau diajak bareng?” tanya Fathan.

Nico tidak langsung menjawab. Kenangan manis bersama Ava yang Nico kenal dengan nama Nia, tiba-tiba terbesit kembali di memori Nico. Lekukan tubuh Ava, aroma tubuh, hingga suara desahan Ava masih bisa Nico ingat dengan jelas di benaknya.

Mungkin hal itu yang membuat Nico mengingat nama Ava dengan cukup baik. Gadis cantik itu bukan sekedar teman tidur satu malam. Tetapi juga berhasil meninggalkan kesan di pikiran Nico.

“Udah mau jalan nih!” Fathan menegaskan kembali. Lampu lalu lintas akan segera berubah dan Fathan harus memutuskan apakah dia mesti memakirkan mobilnya atau terus berjalan ke tujuan.

“No!” Nico menolak. “Next time. Kalau gue bisa ketemu lagi sama tu cewek, pasti akan gue ajak bareng,” jawab Nico yang langsung merubah gaya bicaranya menjadi santai saat sedang berdua saja dengan sahabatnya.

Bersambung…

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Hubungan Terlarang Penuh Tantangan   PACARAN?!

    PACARAN?! Tya merebahkan tubuhnya di atas ranjang tidurnya yang besar. Kepalanya terasa sakit, layaknya ada ribuan kerikil yang bertumpang tindih di dalam otaknya. Tya merasa bersalah, gundah, gelisah, dan entah apalagi istilahnya. Rasanya dia ingin mengucapkan sumpah serapah, tapi hanya diam yang lantas mampu dia ungkapkan. Air matanya menetes tanpa diminta. Tya merasa sudah gagal menjadi ibu dan bapak untuk Ava. Pengorbanannya, kerja kerasnya, dan lelahnya dibayar dengan luka dan nista. "Huh..." napas Tya terasa berat. Matanya mencoba terpejam meski air matanya terus mengalir dengan kejam. "Tan, makan dulu. Ava bikin telor dadar kesukaan Tante." ucap Ava dari depan pintu kamar Tya yang tertutup rapat. Hening. Tanpa balasan apalagi jawaban. Tante Tya masih juga tidak mau meladeni Ava yang sedari tadi berusaha untuk membuatnya keluar dari dalam kamar. Ava menggulung rambutnya yang panjang. Mengikatnya dengan tali karet berwana hitam. Dia berencana untuk membuat mie rebus d

  • Hubungan Terlarang Penuh Tantangan   MENIKAH DENGAN ORANG ASING

    MENIKAH DENGAN ORANG ASINGSuasana di ruang tamu rumah Tya mendadak hening setelah Ava mengeluarkan kalimat ampuhnya.Nico merasa lega, tapi entah kenapa, dia juga merasa kecewa. Ada sisi dari dirinya yang benar-benar ingin memiliki Ava. Menikahi gadis itu untuk menjadi pendamping hidupnya. Tapi sisi lain dari Nico juga mencoba melawan. Ingin tetap memegang prinsip bahwa pernikahan bukanlah jalan keluar dari cinta.Tante Tya mulai bisa bernafas lega. Keponakan satu-satunya tidak hamil di luar nikah. Dia tidak perlu merasa salah karena tidak becus dalam mendidik anak dari kakak satu-satunya.Sedangkan Ashanti, mungkin satu-satunya orang yang terpaksa harus menanggung marah. Dia kehilangan alasan kuat untuk memaksa Ava menikah dengan puteranya. Ashanti sebenarnya tidak terlalu peduli dengan kehamilan Ava. Dia hanya butuh alasan untuk menyelamatkan puteranya dari kehancuran yang dia yakini diperbuat oleh Alex.“Jadi…” Ava membuka suaranya lagi. “Pembicaraan soal pernikahan sebaiknya tida

  • Hubungan Terlarang Penuh Tantangan   DIDATANGI CALON MERTUA

    DIDATANGI CALON MERTUABukan Ashanti namanya jika hanya menerima. Ashanti mungkin bisa sabar saat dijadikan istri simpanan. Dia juga masih terima saat anak semata wayangnya dicatatkan sebagai anak dari istri sah suaminya. Tapi, Ashanti tidak bisa terima jika anaknya tidak bisa mendapatkan harta warisan suaminya.“Kita pergi ke rumah Ava,” perintah Ashanti kepada supir pribadinya.Ashanti sudah mengantongi alamat rumah Ava dari Fathan. Meskipun Ashanti harus memaksa dan meninggikan suaranya di depan asisten pribadi Nico, tapi Ashanti berhasil mendapatkan alamat Ava.“Tumben kamu mau nemenin tante lari pagi,” ucap Tya dengan nafas terengah-engah.“Aku butuh udara segar supaya berpikir tenang,” balas Ava sekenanya.Sebenarnya bukan itu alasan utama Ava menemani Tya olah raga pagi. Ava ingin memastikan tantenya tidak membuka me

  • Hubungan Terlarang Penuh Tantangan   MENANTU YANG TAK DIINGINKAN

    MENANTU YANG TAK DIINGINKAN Dugaan Ava benar terjadi. Video keributan dirinya dengan Aluna tersebar dalam hitungan detik. Netizen Indonesia terbukti tidak pernah tidur. Ratusan bahkan mungkin ribuan komentar bermunculan di semua media social yang menayangkan video tersebut. Ratu viral ‘Aluna’ memang tengah disorot atas kasus kehamilannya di luar nikah. Jadi berita apapun yang berhubungan dengan nama Aluna, sudah pasti ikutan viral. Nico menaruh ponselnya di atas meja kerja yang ada di dalam kamar tidurnya. Tangannya memijit keningnya yang tiba-tiba terasa sakit setelah melihat video dan membaca beragam artikel yang membicarakan tentang isi dari keributan Aluna dan Ava. Nico mengingat salah satu komentar yang menyebutkan bahwa Nico ternyata sudah menghamili dua wanita dalam kurun waktu yang hampir sama. Sekarang namanya bukan lagi disebut sebagai pria yang tidak bertanggung jawab. Tetapi sudah dicap sebagai pria ‘Red Flag’ yang meniduri wanita disana sini. Namun bukan sebutan ‘Red

  • Hubungan Terlarang Penuh Tantangan   BENCANA ATAU RENCANA

    BENCANA ATAU RENCANAAva berdiri cukup lama di depan televisi yang sedang menampilkan berita skandal Nico dan Aluna. Sebenarnya, hingga saat ini Aluna belum memberikan konfirmasi apapun terkait ayah dari bayi yang dikandungnya. Namun foto-foto Nico dan Aluna di hotel sudah cukup untuk membuat natizen berkesimpulan bahwa Nico adalah pria tidak bertanggung jawab.“Udah hampir sebulan, tapi beritanya masih panas aja.” Agnes berkomentar di samping Ava yang sama-sama sedang menonton berita di televisi.“Gimana gak panas, beritanya di gosok terus.” Suara Gita terdengar menyahut, membuat Ava dan Agnes bergegas meninggalkan tontonan mereka.“So, gimana?” tanya Ava, penasaran.Gita menganggukkan kepala beberapa kali. “Gue beneran hamil.” Senyum cantik Gita tersembul.Ava, Agnes, dan Tiwi bersamaan memeluk Gita. Mereka tidak tahu apa arti pelukan itu. Entah pelukan sayang atau pelukan kasihan. Mereka juga belum tahu, apakah kehamilan Gita akan menjadi bencana atau justru rencana indah dari Tuha

  • Hubungan Terlarang Penuh Tantangan   HAMIL

    HAMILNico hanya mematung. Menatap punggung Ava yang pergi menjauh hingga menghilang ditelan lift yang membawa gadis itu semakin jauh darinya.Nico tersenyum tipis.Lucu tapi juga dongkol. Ini pertama kalinya dia merasa tidak dihargai oleh seorang wanita. Wanita yang bukan apa-apa, bahkan siapa-siapa. Nico jadi menyesal karena sudah berusaha memberikan penjelasan pada Ava. Tapi, dia juga yakin jika dirinya akan lebih menyesal jika hanya diam sama, tanpa berusaha memberikan penjelasan kepada gadis itu.Lucu. Nico tersenyum lagi. Dia merasa seperti orang bodoh saat ini.Ava duduk terdiam di kursi halte bus yang sudah sepi. Gigi depannya mengigit ujung kuku jari tangannya tanpa dia sadari sepenuhnya. Pikirannya melayang. Merasa bersalah karena sudah bersikap kasar pada Nico. Tapi batinnya juga terus berteriak, memastikan apa yang dilakukannya sudah benar.Matanya lantas tertuju pada sebuah mobil yang melintas lambat di depan halte bus. Mobil yang bisa langsung Ava kenali pemiliknya. Mobil

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status