Share

MASA GEMILANG

Author: Aurora Belle
last update Last Updated: 2024-02-07 19:06:29

MASA GEMILANG

Konon katanya, umur dua lima adalah masa gemilang seorang wanita. Mungkin karena itu, banyak wanita yang akhirnya memutuskan untuk tetap melajang di usia dua lima agar masa gemilangnya tidak terganggu dengan urusan rumah tangga.

Namun, apa benar seperti itu? Apakah itu bukan sekedar alasan bagi wanita-wanita penggila kerja. Bagi wanita-wanita yang jauh di lubuk hatinya ingin menyandarkan peluhnya pada lelaki yang sayangnya tidak ada untuknya.

Persetan dengan semua alasan itu. Entah dua lima adalah masa gemilang atau justru masa kepunahan, yang pasti Ava akan tetap melangkah maju. Dia tidak ingin hal negative apapun menjadi penghalang untuknya.

“Selamat ya, Ava!” teriak hampir semua karyawan di dalam ruang kerja Ava.

“Terima kasih.” Ava tersenyum malu-malu.

Akhirnya hari ini tiba juga. Ava resmi diangkat sebagai asisten marketing manager di perusahaan tempatnya bekerja.

“Saya tau kalau kamu pasti bisa,” puji Aldo sembari mengusap punggung Ava.

Ava memberikan senyum manis atas pujian Aldo.

Sial! Ava jadi mengumpat dalam hati. Satu-satunya hal buruk di hari baik ini adalah Aldo. Aldo Aksara adalah marketing manager di perusahaan yang sudah Ava geluti selama empat tahun ini. Sebelumnya, Ava adalah marketing staff terbaik yang berada di bawah tim Aldo.

Hampir semua orang di ruangan ini tahu mengenai tindak tanduk Aldo. Pria setengah baya itu terkenal suka melecehkan karyawan wanitanya. Tak ayal, Ava pun sering terkena dampaknya. Ava sadar, usapan Aldo di punggungnya barusan bukan semata-mata karena Aldo bahagia atas pengangkatannya. Tetapi karena bujang lapuk itu memang ingin menyentuh tubuh Ava.

“Jangan sia-siakan kerja keras saya yang sudah membuat kami diangkat menjadi asisten saya,” sambung Aldo. Kali ini sembari meraih tangan Ava dan menepuk punggung tangan Ava.

“Ava kan diangkat karena berhasil mendapatkan tender Bio Group,” celetuk Agnes dengan sengaja.

Ava berusaha menahan tawa ketika mendengar celetukan Agnes. Dia juga berusaha menarik tangannya dari genggaman Aldo.

Aldo yang merasa tersindir, langsung mengulum senyum. “Iya, memang. Tapi kalau bukan karena support saya sebagai manager Ava, dia gak mungkin bisa jadi asisten manager,” puji Aldo pada dirinya sendiri.

“Giling ya tu orang! Bisa-bisanya mengatasnamakan keberhasilan lu sebagai kerja keras dia,” omel Agnes sambil membakar ujung rokoknya.

“Dia memang selalu begitu kan.” Ava menarik napasnya sembari menatap langit biru yang cerah.

Kedua gadis cantik itu duduk di atap gedung kantor mereka setelah menyelesaikan makan siang di kantin kantor.

“By the way, selamat ya.” Agnes tersenyum pada Ava sembari menghisap rokok mild nya.

“Thank you.”

“Walaupun setelah ini kerjaan lu akan makin bertambah…” Agnes tertawa. “Tapi gaji lu juga akan bertambah.”

“Tapi lu bakalan tetap traktir kita-kita kan walaupun jabatan kita sama sekarang.”

“Sue!” Agnes tertawa geli.

Agnesia sudah lebih dulu diangkat sebagai asisten marketing manager, jauh sebelum Ava bekerja di Amazed Company. Gadis yang tahun ini berumur tiga puluh lima tahun tersebut terkenal sebagai gadis yang sudah ceplas ceplos dan juga royal kepada teman-temannya.

Bersama Ava, Agnes jadi merasa muda kembali. Gadis itu juga yang selalu membuat Agnes sadar jika hidup perlu dibatasi. Agnes memilih hidup sendiri. Pernikahan adalah omong kosong tiada arti untuknya. Mungkin karena Agnes dibesarkan tanpa kedua orang tua, jadi rumah tangga hanyalah sekedar formalitas untuk memuaskan ego keluarga.

“Ngomong-ngomong, minggu lalu lu pergi sama siapa?” mata Agnes menyipit.

“Siapa?” Ava pura-pura tidak paham. Sebenarnya dia sudah bisa menduga kemana arah pembicaraan ini akan bermuara.

“Gita liat lu keluar club sama cowok. Tinggi, ganteng, dan keliatan mapan,” ucap dengan tatapan curiga.

Sial! Ava tidak bisa mengelak. Baik Ava ataupun Agnes sudah tahu jika informasi yang keluar dari mulut Gita, pastilah tepat.

“Gak tau juga sih.”

“Maksudnya? Gak tau gimana?” Agnes memutar posisi duduknya menjadi menghadap Ava.

“Ya … gue gak tau siapa tu cowok. Kita cuma pergi bareng aja.” Ava sengaja memberi jawaban menggantung. Sejujurnya, dia tidak ingin menceritakan malam itu kepada orang lain.

Agnes menghembuskan asap rokok dari bibir tebalnya. “Terus lu pergi kemana ama tu cowok yang gak dikenal?”

“Gue…” Ava ragu untuk menjawab. Dia tidak yakin harus menceritakan kebenaran atau lebih baik kebohongan. “Ke hotel.”

“Anjrittt!” Agnes tertawa terbahak. “Akhirnya lu ngew* juga!”

“Shuttt!” Ava bergegas menutup mulut Agnes. “Gila, bacot lu!”

“Santai-santai, gak ada selain kita disini.” Agnes melirik kanan kiri.

Ava jadi ikutan menengok ke kanan kiri untuk memastikan jika memang tidak ada orang lain di tempat itu selain mereka berdua.

“Sebenarnya sih, gue gak berharap lu begitu sama cowok asing. Apalagi first time kan,” Agnes tersenyum genit. “Tapi, berhubung udah terjadi, ya udalah.” Agnes tertawa lagi. “Jadi gimana? Mantap dong.”

“Apaan sih lu.” Ava mencoba lari dari tatapan genit Agnes.

“Ayolah. Cerita dong.” Agnes menarik-narik lengan Ava.

“Gak ada yang perlu di certain,” Ava mencoba menghindar. Dia bahkan bangun dari duduknya dan menjauhi Agnes.

“Ganteng?” Agnes mengejar Ava. “Gede?”

“Apaan sih?!” Ava mempercepat langkahnya untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan Agnes.

“Gimana goyangannya? Pro atau amateur?”

“Gila lu ya!” Ava mencoba membuat Agnes menghentikan pertanyaannya.

“Ava, please. Gue jadi penasaran banget nih. Cerita dong,” rengek Agnes.

“Berisik!” keluh Ava.

Keduanya lantas sama-sama menutup mulut ketika pintu lift terbuka dan melihat dua orang pria yang baru saja keluar dari lift untuk menikmati langit cerah di atap gedung.

Walaupun Agnes suka ceplas ceplos, tetapi dia selalu tahu kapan harus berkata dan bersikap elegan. Karenanya sikap Agnes langsung berubah 180 derajat saat melihat orang lain.

“Terus lu udah tau nomornya?” tanya Agnes kembali ketika keduanya sudah berada di dalam lift yang akan membawa mereka ke lantai lima.

Ava menggelengkan kepala. “Gue cuma tau kalau namanya Nico.”

“Lu gak tanya nomor atau at least minta name card dia.”

“Buat apa?” Ava mengangkat kedua bahunya.

“Lu gak mau tau siapa cowok yang mendapatkan keperawanan yang dua puluh lima tahun lu jaga ini.”

Bola mata Ava melirik ke atap lift. Ada sedikit penyesalan saat mendengar ucapan Agnes. Tetapi Ava bergegas kembali pada niatnya. “Gue cuma mau ngerasain One Night Stand, bukan mau pacaran sama tu orang. Jadi gak penting dia siapa.”

“Hmm, ok.” Agnes kehabisan kata. “Make sure aja lu main aman.” Agnes kembali mengeluarkan kata-katanya. “Jangan sampai one night stand ini jadi boomerang buat hidup lu.”

Ava mengangguk. Dia paham dengan baik maksud dari ucapan Agnes.

“Berarti, malam ini kita party!” Agnes langsung mengeluarkan ponselnya dari kantong bajunya.

“Again?” Ava berniat menolak. “Jadwal kita kan dua minggu sekali.”

“Malam ini exeption. Kita harus ngerayain kenaikan jabatan lu, dan …. ‘kedewasaan lu’.”

Ava menggelengkan kepalanya.

“Ava-ku sudah jadi wanita sesungguhnya.” Agnes menepuk-nepuk punggung Ava. “Jadi mana mungkin kakakmu ini gak merayakannya.” Agnes tersenyum lebar. “Gue akan traktir lu, Gita dan Tiwi malam ini. Kita party!” jerit Agnes.

Bersambung…

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Hubungan Terlarang Penuh Tantangan   PACARAN?!

    PACARAN?! Tya merebahkan tubuhnya di atas ranjang tidurnya yang besar. Kepalanya terasa sakit, layaknya ada ribuan kerikil yang bertumpang tindih di dalam otaknya. Tya merasa bersalah, gundah, gelisah, dan entah apalagi istilahnya. Rasanya dia ingin mengucapkan sumpah serapah, tapi hanya diam yang lantas mampu dia ungkapkan. Air matanya menetes tanpa diminta. Tya merasa sudah gagal menjadi ibu dan bapak untuk Ava. Pengorbanannya, kerja kerasnya, dan lelahnya dibayar dengan luka dan nista. "Huh..." napas Tya terasa berat. Matanya mencoba terpejam meski air matanya terus mengalir dengan kejam. "Tan, makan dulu. Ava bikin telor dadar kesukaan Tante." ucap Ava dari depan pintu kamar Tya yang tertutup rapat. Hening. Tanpa balasan apalagi jawaban. Tante Tya masih juga tidak mau meladeni Ava yang sedari tadi berusaha untuk membuatnya keluar dari dalam kamar. Ava menggulung rambutnya yang panjang. Mengikatnya dengan tali karet berwana hitam. Dia berencana untuk membuat mie rebus d

  • Hubungan Terlarang Penuh Tantangan   MENIKAH DENGAN ORANG ASING

    MENIKAH DENGAN ORANG ASINGSuasana di ruang tamu rumah Tya mendadak hening setelah Ava mengeluarkan kalimat ampuhnya.Nico merasa lega, tapi entah kenapa, dia juga merasa kecewa. Ada sisi dari dirinya yang benar-benar ingin memiliki Ava. Menikahi gadis itu untuk menjadi pendamping hidupnya. Tapi sisi lain dari Nico juga mencoba melawan. Ingin tetap memegang prinsip bahwa pernikahan bukanlah jalan keluar dari cinta.Tante Tya mulai bisa bernafas lega. Keponakan satu-satunya tidak hamil di luar nikah. Dia tidak perlu merasa salah karena tidak becus dalam mendidik anak dari kakak satu-satunya.Sedangkan Ashanti, mungkin satu-satunya orang yang terpaksa harus menanggung marah. Dia kehilangan alasan kuat untuk memaksa Ava menikah dengan puteranya. Ashanti sebenarnya tidak terlalu peduli dengan kehamilan Ava. Dia hanya butuh alasan untuk menyelamatkan puteranya dari kehancuran yang dia yakini diperbuat oleh Alex.“Jadi…” Ava membuka suaranya lagi. “Pembicaraan soal pernikahan sebaiknya tida

  • Hubungan Terlarang Penuh Tantangan   DIDATANGI CALON MERTUA

    DIDATANGI CALON MERTUABukan Ashanti namanya jika hanya menerima. Ashanti mungkin bisa sabar saat dijadikan istri simpanan. Dia juga masih terima saat anak semata wayangnya dicatatkan sebagai anak dari istri sah suaminya. Tapi, Ashanti tidak bisa terima jika anaknya tidak bisa mendapatkan harta warisan suaminya.“Kita pergi ke rumah Ava,” perintah Ashanti kepada supir pribadinya.Ashanti sudah mengantongi alamat rumah Ava dari Fathan. Meskipun Ashanti harus memaksa dan meninggikan suaranya di depan asisten pribadi Nico, tapi Ashanti berhasil mendapatkan alamat Ava.“Tumben kamu mau nemenin tante lari pagi,” ucap Tya dengan nafas terengah-engah.“Aku butuh udara segar supaya berpikir tenang,” balas Ava sekenanya.Sebenarnya bukan itu alasan utama Ava menemani Tya olah raga pagi. Ava ingin memastikan tantenya tidak membuka me

  • Hubungan Terlarang Penuh Tantangan   MENANTU YANG TAK DIINGINKAN

    MENANTU YANG TAK DIINGINKAN Dugaan Ava benar terjadi. Video keributan dirinya dengan Aluna tersebar dalam hitungan detik. Netizen Indonesia terbukti tidak pernah tidur. Ratusan bahkan mungkin ribuan komentar bermunculan di semua media social yang menayangkan video tersebut. Ratu viral ‘Aluna’ memang tengah disorot atas kasus kehamilannya di luar nikah. Jadi berita apapun yang berhubungan dengan nama Aluna, sudah pasti ikutan viral. Nico menaruh ponselnya di atas meja kerja yang ada di dalam kamar tidurnya. Tangannya memijit keningnya yang tiba-tiba terasa sakit setelah melihat video dan membaca beragam artikel yang membicarakan tentang isi dari keributan Aluna dan Ava. Nico mengingat salah satu komentar yang menyebutkan bahwa Nico ternyata sudah menghamili dua wanita dalam kurun waktu yang hampir sama. Sekarang namanya bukan lagi disebut sebagai pria yang tidak bertanggung jawab. Tetapi sudah dicap sebagai pria ‘Red Flag’ yang meniduri wanita disana sini. Namun bukan sebutan ‘Red

  • Hubungan Terlarang Penuh Tantangan   BENCANA ATAU RENCANA

    BENCANA ATAU RENCANAAva berdiri cukup lama di depan televisi yang sedang menampilkan berita skandal Nico dan Aluna. Sebenarnya, hingga saat ini Aluna belum memberikan konfirmasi apapun terkait ayah dari bayi yang dikandungnya. Namun foto-foto Nico dan Aluna di hotel sudah cukup untuk membuat natizen berkesimpulan bahwa Nico adalah pria tidak bertanggung jawab.“Udah hampir sebulan, tapi beritanya masih panas aja.” Agnes berkomentar di samping Ava yang sama-sama sedang menonton berita di televisi.“Gimana gak panas, beritanya di gosok terus.” Suara Gita terdengar menyahut, membuat Ava dan Agnes bergegas meninggalkan tontonan mereka.“So, gimana?” tanya Ava, penasaran.Gita menganggukkan kepala beberapa kali. “Gue beneran hamil.” Senyum cantik Gita tersembul.Ava, Agnes, dan Tiwi bersamaan memeluk Gita. Mereka tidak tahu apa arti pelukan itu. Entah pelukan sayang atau pelukan kasihan. Mereka juga belum tahu, apakah kehamilan Gita akan menjadi bencana atau justru rencana indah dari Tuha

  • Hubungan Terlarang Penuh Tantangan   HAMIL

    HAMILNico hanya mematung. Menatap punggung Ava yang pergi menjauh hingga menghilang ditelan lift yang membawa gadis itu semakin jauh darinya.Nico tersenyum tipis.Lucu tapi juga dongkol. Ini pertama kalinya dia merasa tidak dihargai oleh seorang wanita. Wanita yang bukan apa-apa, bahkan siapa-siapa. Nico jadi menyesal karena sudah berusaha memberikan penjelasan pada Ava. Tapi, dia juga yakin jika dirinya akan lebih menyesal jika hanya diam sama, tanpa berusaha memberikan penjelasan kepada gadis itu.Lucu. Nico tersenyum lagi. Dia merasa seperti orang bodoh saat ini.Ava duduk terdiam di kursi halte bus yang sudah sepi. Gigi depannya mengigit ujung kuku jari tangannya tanpa dia sadari sepenuhnya. Pikirannya melayang. Merasa bersalah karena sudah bersikap kasar pada Nico. Tapi batinnya juga terus berteriak, memastikan apa yang dilakukannya sudah benar.Matanya lantas tertuju pada sebuah mobil yang melintas lambat di depan halte bus. Mobil yang bisa langsung Ava kenali pemiliknya. Mobil

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status