Gagal membuat kejutan untuk Sofi, akhirnya Rayna duduk bersama Sofi di sebuah sofa depan TV dan membicarakan mual yang terjadi pada Rayna pagi ini. Tidak seperti biasa, pagi ini Rayna merasakan mual yang luar biasa. Ketika dia melihat wastafel, mualnya semakin menjadi-jadi.
“Na, sebaiknya kamu beli alat tes kehamilan di apotik. Supaya jelas kalau kamu hamil atau tidak. Yang aku khawatirkan bukannya kamu hamil tapi malah takut kalau ada penyakit di tubuhmu.” Sofi menyarankan Rayna untuk membeli alat testpack yang digunakan untuk mengetahui positif kehamilan. Jika hasilnya negatif malah lebih mengkhawatirkan bagi Sofi.
Rayna mengangguk setuju dengan saran Sofi. “Baiklah, aku pergi sekarang saja.”
.....
Pagi ini menjadi saksi bisu kesedihan Rayna yang harus menghadapi kenyataan pahit dalam hidupnya. Setelah Sofi menyarankannya untuk melakukan tes kehamilan pagi itu, Rayna pun melakukannya dengan segera. Pukul enam pagi, ia membeli alat tes kehamilan di a
Suasana kantor semakin sepi. Hanya ada beberapa orang yang berlalu lalang di koridor lantai dua, tepatnya di depan ruang kerja seorang direktur baru di Reygold Corp. Clara, nama sang empunya ruangan masih terduduk manis di atas kursi empuk miliknya. Ia duduk dengan menyangga kepalanya menggunakan tangan kanan dan pandangannya kosong mengarah pada sebuah vas bunga yang terletak di depabnya sejauh empat meter.Clara nampak sedang memikirkan sesuatu yang serius, terbukti ketika Reno mengetuk pintunya, wanita itu tidak menyadarinya sama sekali. Karena tidak ada suara dari dalam, akhirnya Reno membuka pintu itu tanpa izin tunangannya.“Kenapa masih di sini?” tanya Reno yang saat ini berada dalam mood baik bicara dengan Clara. Ia memang sengaja datang ke ruangan Clara untuk meminta maaf karena telah meninggalkan wanita itu di pesta ulang tahunnya. Bagaimana pun juga, Clara adalah tunangannya.Clara yang masih melamun, sama sekali tidak mendengar suara Reno
Reno mengetik pesan yang mengejutkan untuk Rayna. Pesan itu rupanya membuat Rayna cukup sedih dan meletakkan kembali ponselnya di atas nakas, di samping ranjang tidurnya. Reno terdiam setelah mengetahui bahwa pesan tersebut telah dibaca oleh Rayna dan mendapatkan balasan yang tidak ia sangka. “Maafkan aku, Rayna,” lirih Reno sembari mengusap wajahnya menggunakan kedua tangannya. “Apakah aku telah menyakitinya? Lalu apa yang harus aku katakan padanya?” Sejujurnya, saat ini Reno sangat bimbang berada di antara dua wanita yang membuatnya akan menjadi gila. Dua pilihan yang sangat sulit akan membuat hidupnya seperti makan buah simalakama. “Aku akan kembali pada Clara, jika dia berubah menjadi jauh lebih baik. Aku akan berjanji padanya dan melupakan Rayna.” Mengucapkan nama Rayna membuat hati Reno bergetar, sesak, dan ada rasa tidak ingin menyakitinya. Namun yang dia lakukan justru membuat Rayna sakit hati. ..... Pesan dari Reno sebagai balasan pes
Pertemuan Rayna dengan Reno pada siang itu rupanya menjadi sorotan orang-orang yang berlalu-lalang, membisikkan pada yang lain bahwa beredar gosip tentang hubungan mereka berdua. Tentu dalam hal ini Rayna lah yang akan mendapat nama buruk karena Reno sudah memiliki tunangan bernama Clara.Beberapa orang yang lewat, melihat mereka berdua hingga menoleh ke belakang saking ingin tetap menyaksikan pertemuan keduanya. Meski hanya berbisik, Rayna merasa tidak nyaman dan ingin segera pergi dari lobby.“Aku tidak ingin ada hal buruk yang mereka bicarakan tentang dirimu. Sebaiknya, kamu segera pergi.” Rayna mencoba mengusir Reno secara perlahan namun laki-laki itu tak bergeming sama sekali.Reno menatap aneh pada Rayna. Bukankah biasanya dia merasa senang jika mereka berdua bertemu? Tapi sekarang, kenyataannya malah berbeda.“Sebenarnya ada apa, Rayna?”Rayna mendesah kesal karena Reno sama sekali tidak peka, tidak merasakan kalau di
Malam hari, ternyata Reno melihat kalender di ponselnya. Hampir sama dengan yang dilakukan oleh Rayna. Tiba-tiba ia tersenyum.“Besok pasti ada Rayna,” gumamnya. Namun ia teringat pesan singkat yang pernah dikirim pada Rayna dan balasan dari gadis gang dicintainya itu. Senyum Reno hilang seketika. Dia menyesal telah mengirimkan pesan itu pada Rayna. Tapi jika tidak ia lakukan, Clara pasti akan melaksanakan ancamannya lagi.Reno menghela nafas dalam-dalam, memandangi foto Rayna yang ada di ponselnya. “Kenapa cintaku bernasib buruk seperti ini? Kenapa ketika aku mengenal cinta, aku harus merasakan sakit seperti ini?”.....Keesokan harinya, sesuai dengan rencana awal yang telah dibuat Rayna dan Sofi, akhirnya mereka izin untuk tidak masuk kerja. Bahkan Pak Haris yang notabennya adalah Presdir Anant Jewel, ikut hadir dalam acara ulang tahun panti asuhan Kasih Bunda sekaligus penggalangan dana. Rupanya banyak diantara donatur tetap yan
Hai, salam kenal dari Selay Rahmi pada kalian yang sudah bersedia membaca novel ini. Kalian klik novel ini aja udah bikin seneng kok. Alhamdulillah... Trimakasih untuk yang sudah membaca. Double makasi untuk yang sudah vote gem atau buka gembok ya. Semoga Allah balas dengan yang lebih baik. Aamiin... Tolong berikan feedback, entah vote rate, vote gems atau komentar dikit aja supaya bisa kasih semangat buatku.... Dukungan kalian sangat berarti buatku. Tanpa kalian, aku gak bisa disebut sebagai penulis. Novel ini masih separuh perjalanan. Jadi, aku butuh banget support dari readers. Tolong berikan saran juga ya, bagian mana yang harus dibenahi, apa yang harus ditambah, dll.
“Aku ada di panti asuhan Kasih Bunda. Mungkin akan pulang nanti sore. Memangnya ada apa, Alex?”Suara Rayna terdengar merdu di telinga Alex hingga dirinya lupa dengan tujuannya menelepon Rayna. Jantungnya pun berdetak lebih kencang.“Ah, iya. Anu... Tidak jadi. Lain kali saja aku telepon lagi. Tidak enak kalau mengganggu acaramu. Lagipula nanti sore pasti kamu butuh istirahat,” kata Alex yang mengurungkan niatnya bertanya tentang sesuatu kepada Rayna.“Oh, begitu. Baiklah, terserah kamu.” Tak lama kemudian, Rayna memutus sambungan telepon dari Alex.Acara yang ditunggu-tunggu segera dimulai. Para pejabat dan semua tamu undangan pun sudah banyak yang hadir dan duduk manis di tempat yang telah disediakan panitia dari panti asuhan.Sebagai salah seorang kerabat dekat panti, Rayna ikut duduk di deretan para donatur tetap di belakang para pejabat daerah. Rayna dan Sofi duduk bersebelahan, menyaksikan beberapa acara hi
“Ada yang bisa saya bantu, Pak?”tanya seorang resepsionis di perusahaan Anant Jewel yang memiliki paras manis dan terlihat ramah dengan senyum yang selalu ia tunjukkan pada semua orang yang dilayani.“Saya ingin bertemu dengan Ibu Rayna,” jawab Reno dengan cepat karena ia sedang terburu-buru ingin bertemu dengan Rayna di pagi itu.“Bu Rayna sudah datang, Pak. Beliau ada di ruangannya sekarang. Lantai dua, ruangan kedua dari utara.”“Baik, terimakasih,” ucap Reno yang langsung bergegas melangkah ke lift yang terletak di sebelah kanan tempat resepsionis. Tanpa berlama-lama, Reno masuk ke dalam lift dan menekan tombol angka dua......Tok tok!Rayna sedikit tersentak kaget saat Mira, sekretarisnya mengetuk pintu ruangannya secara tiba-tiba.“Iya, Mir. Ada apa?” seru Rayna dari dalam ruangan.“Ada tamu, Bu Rayna. Pak Reno dari Reygold Corp datang menemui Anda,”
“Ya, aku tidur dengan Clara waktu itu.”Deg!Rayna dan Alex tidak menyangka jika Reno akan mengakuinya secepat itu. Meskipun Rayna sudah mengetahui tentang hal itu, ia berpikir bahwa Reno akan menutupinya untuk saat ini. Namun di luar dugaan, rupanya Reno mengakui bahwa benar dirinya telah meniduri Clara.“Tidak, aku tidak menidurinya. Kami melakukan hubungan intim itu di kantor,” ralat Reno yang membuat Rayna sangat terkejut.Alex tersenyum sinis. “Seperti itu kah kelakuan bejatmu, Reno? Masih pantaskah kamu mendapatkan cinta Rayna?”Jika harus bicara jujur, Rayna sangat kecewa dengan Reno. Ia melakukan perbuatan itu di kantor?“Aku mohon, Rayna. Jangan berpikir yang macam-macam. Aku masih tetap mencintaimu. Bukan Clara.” Reno menatap lekat pada Rayna yang juga sedang menatapnya. Ia meraih tangan Rayna yang dingin.‘Aku tidak bisa berpikir tentang apapun sekarang. Seandainya dia h