Share

Bab 2

Saat dua dewi tersebut baru saja tiba di sudut lain dari Gunung Olympus, tangan kanan lain dari Dewa Zeus yang bernama Gregory menyambut, "Yang Mulia Dewa sudah menanti di istana."

Athena dan Aphrodite hanya mengangguk pelan, menandakan jika mereka segera menghadap Dewa Zeus. Mereka pun melangkah lurus, melewati jalan yang di sisi kiri dan kanannya tertutup awan petang. Di saat yang sama, mereka juga berpapasan dengan dewa-dewi yang lain, termasuk, Artemis yang sedang siap-siap bertugas.

Setibanya di istana, Athena dan Aphrodite memberi salam hormat pada Zeus yang duduk di singgasana dengan tatapan tajam. Rupanya, Raja dari segala dewa-dewi itu sedang menahan amarah yang meletup-letup dalam dada.

"Sebelumnya, ada perihal apa yang membuat Yang Mulia memanggil saya untuk menghadap?" Aphrodite memberanikan diri untuk bertanya usai memberikan salam hormat.

Zeus menatap lurus pada sang dewi dan menanggapi, "Aku memanggilmu karena masalah yang sudah terjadi. Surat peringatan atas namamu sudah berulang kali tercatat di Mahkamah Agung Olympus!"

Mendengar nama Mahkamah Agung Olympus disebut tak membuat Aphrodite takut atau pun terkejut. Mimik wajah dari dewi berparas anggun dan kalem itu justru terlihat tenang, seakan dirinya tak pernah menyebabkan masalah. Ia tidak terprovokasi dengan surat-surat peringatan atas dirinya yang tak sekali beredar di salah satu organisasi pemerintahan di Gunung Olympus itu.

"Bukannya dewa-dewi yang lain juga bermasalah? Kenapa cuman aku yang dipanggil?" Aphrodite melayangkan beberapa pertanyaan, merasa terpojok meski merasa tak perlu bereaksi berlebihan atas pertanyaan yang dilayangkan oleh Zeus, Sang Dewa Tertinggi.

"Tapi, apa yang sudah kamu lakukan adalah perkara yang fatal, Aphrodite!" Zeus menyatakan pendapatnya dengan nada tinggi. Amarah yang mengintip dalam hatinya mulai tergambar pada sorot mata yang menatap tajam pada lawan bicaranya.

"Fatal?! Yang Mulia lupa posisi saya sebagai Dewi di Gunung Olympus ini?" Aphrodite tetap tak mau kalah. Meski dirinya tahu akan masalah yang ada, ia tetap bertahan dan membela diri.

"Aku tahu tugasmu, tapi kali ini, kamu sudah melebihi batas. Apa kamu tidak sadar kalau surat peringatan atas namamu sudah berulang kali menghampiri ruang Mahkamah Agung??" Zeus memahami maksud dari lawan bicaranya sekaligus mengingatkan sang dewi dengan tatapannya yang dingin. Secara tidak langsung, Raja dari segala dewa-dewi itu berharap jika Aphrodite bisa menjaga batas usai dirinya menegur seperti saat ini.

"Lalu, aku harus melewatkan kesempatan ketika ada seorang pria yang mendekati?" Aphrodite masih bertahan dengan pendiriannya.

Di saat itu juga Athena merasa bahwa sahabatnya itu sedikit keterlaluan. Ia pun menyikut lengan Aphrodite dan berbisik pelan, "Sudah lah. Berhenti mengeraskan hatimu!"

"Para makhluk fana itu tak akan pernah paham tentang cinta dan ketulusan. Percuma saja jika kamu memberikan hati pada mereka!" Zeus turut tak mau kalah. Ia sengaja melontarkan fakta yang memang benar adanya.

Aphrodite yang sudah tahu akan fakta itu menatap tajam. Ia sungguh tidak suka jika keinginannya terlalu ditentang atau dicampuri. Namun, kali ini, agar dirinya bisa lolos dari omelan Dewa Tertinggi, ia berpura-pura mengalah.

"Lalu, apa yang Yang Mulia Dewa lakukan sekarang?" Aphrodite bertanya dengan nada datar. Meski dirinya diliputi rasa penasaran secara tiba-tiba, ia tetap tak ingin menarik kesimpulan di awal di balik omelan-omelan Zeus yang baginya cukup mengganggu dan tak penting.

Zeus mengeraskan rahang dan menatap dingin sambil berujar, "Aku mau kamu dikurung di kastil yang sudah ku sediakan!"

Dalam sekejap, Aphrodite yang awalnya terlihat tenang tampak sedikit khawatir. Ia tak menyangka jika Sang Dewa Tertinggi akan membuat dirinya terkungkung dalam kastil.

"Apa?! Dikurung??" Aphrodite menekan nada bicaranya dengan kening berkerut.

"Ya, kamu harus melaksanakan hukuman yang ku berikan!" Zeus mempertegas nada bicaranya dengan tatapan dingin. Kali ini, Sang Dewa sudah tidak dapat menoleransi kesalahan yang dilakukan oleh dewi yang juga berperan dalam perihal seksualitas di kalangan manusia itu. Keputusan itu diambil bukan untuk merenggut kebebasan sang dewi, melainkan agar Aphrodite bisa lebih membatasi dirinya di lain waktu jika dirinya sudah bebas dari hukuman.

Tak lama kemudian, Zeus berujar pada tangan kanannya, "Cletus, bawa Aphrpfite menuju Kastil Hestia sekarang juga!"

Cletus pun mengangguk patuh dan menjawab, "Siap Yang Mulia Dewa!"

Di saat yang sama, beberapa pengawal dengan pakaian chlamis putih gading dan sabuk senjata yang melingkar pada pinggang mereka muncul. Perlahan, mereka menyeret Dewi Aphrodite agar menyingkir dari hadapan Zeus.

"Sungguh tidak menyenangkan! Akan ku pastikan, aku bebas tanpa sepengetahuanmu, Yang Mulia Dewa!" Aphrodite berteriak dengan sorot mata yang memancarkan kekecewaan sembari berusaha melepaskan cengkraman dua pengawal yang membawanya secara paksa.

Zeus yang mendengar hal itu hanya terdiam. Ia justru merasa puas jika sang dewi cinta dikurung untuk saat ini. Meski di dalam hati kecilnya, ia takut jika sang dewi menghapuskan seluruh rasa cinta di Gunung Olympus dan dunia, ia yakin jika Aphrodite lebih terobsesi untuk mencari jalan keluar agar bisa menghirup udara di luar kastil.

"Semoga saja tabiatnya berubah. Aku tak bisa membayangkan jika kasus kencannya dengan para makhluk fana terus berlanjut." Zeus merapalkan harapan dalam hati sembari menatap kepergian Aphrodite bersama dengan para pengawal.

Di saat yang sama, Dewi Hera muncul dan memahami perasaan suaminya. Perlahan, sang dewi pernikahan itu menghampiri dan berujar, "Apa yang kamu lakukan sudah tepat, Zeus. Aphrodite bisa saja membuat kasus yang sama ketika dirinya berkencan dengan Adonis, seperti dahulu kala."

Melalui netranya yang berwarna keemasan, Zeus menatap istri sekaligus kakak perempuannya itu lekat dan menanggapi, "Sungguh membuat kita semua terheran-heran kala itu. Ia begitu rela bersaing dengan Persephone hanya demi seorang pria fana yang secara fisik tampan."

"Yah, kamu tahu 'kan Aphrodite memang sangat memuja keindahan dan kecantikan, termasuk pria tampan. Itu sebabnya pernikahannya dengan Hephaestus tidak bertahan lama, dan ia tertangkap basah berselingkuh dengan Ares." Dewi Hera mereka ulang kejadian tentang karakter Aphrodite yang memang senang bermain cinta dengan dewa dan manusia.

"Namun, terlepas dari itu semua, aku tidak pernah menyangka jika dia akan nekad menyamar sebagai manusia. Lebih parahnya, dia juga tidur dengan laki-laki yang bernama Bastian. Ia tak berpikir dampak ke depannya jika terus berkamuflase dan menutupi identitas yang sebenarnya." Zeus menjabarkan detail hal yang dilakukan Aphrodite selama turun ke bumi.

Dewi Hera pun mengulas senyum dan mengusap lengan suaminya lembut seraya menanggapi, "Tenang saja, Zeus. Selama kamu bertindak tegas dan berkuasa sebagai Raja dari segala dewa-dewi, tak ada yang bisa melawan dan mengungguli kekusaanmu. Ingat, kamu Dewa Langit."

"Tapi, gelarku itu yang terkadang membuat ragu. Sesekali, aku takut, dewa-dewi di Gunung Olympus ini bukannya membantu para manusia di bumi, tapi menyusahkan atau menyesatkan," jelas Zeus dengan tatapan lesu.

Hera masih tetap tersenyum sembari mengunci tatapan pada suaminya dan berucap, "Meski status mereka adalah dewa-dewi di Gunung Olympus, mereka juga memiliki ketidaksempurnaan. Ingat, kamu sendiri juga cukup sering membuat masalah."

Seketika itu juga, Zeus terdiam dan melangkah menuju kamarnya. Ia mulai berpikir tentang masalah-masalah yang pernah dibuatnya sebagai dewa tertinggi.

TO BE CONTINUED..

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status