Share

Bab 3

Sementara itu, Aphrodite yang dikawal paksa oleh dua orang pengawal telah tiba di Kastil Hestia. "Lepaskan aku!" bentak Aphrodite sembari meloloskan pegangan dari dua pengawal di sampingnya.

Namun, bentakan tersebut tak membuat dua pengawal Zeus luluh. Kedua pria bertubuh kekar dan tinggi itu masih menggiring sang dewi cinta masuk ke dalam kastil yang megah dengan interior mewah.

Di saat yang hampir bersamaan, sang pemilik kastil turun dan menyambut kedatangan Aphrodite dengan senyum simpul. "Rupanya dewi cinta dan kecantikan yang dimaksud oleh dewa tertinggi," ujar Hestia dengan tatapan tenangnya.

"Lepaskan!" Aphrodite pun merasa malu dan berusaha melepaskan kedua tangannya saat mendengar suara dan kemunculan Hestia di depan matanya. Ia cukup segan dengan dewi yang bertanggung jawab atas perapian dan keluarga tersebut.

Dua pengawal yang menjaga dirinya itu langsung melepaskan pegangan tangan daripada Aphrodite. Kini, salah satunya meminta persetujuan pada Hestia, "Dewi Hestia, bolehkah saya mengantarkan barang-barang dari Dewi Aphrodite pada salah satu kamar di kastil ini?"

"Tidak perlu. Biarkan saja di sini," titah Hestia tegas.

Kedua pengawal itu pun meletakkan tas yang mereka sentuh. Lalu, Hestia menatap lekat pada keduanya dan berujar, "Kalian boleh pergi. Dewi Aphrodite menjadi urusanku sekarang."

Dua pengawal bertubuh kekar itu pun berpamitan dan berlalu dari hadapan dua dewi berparas elok dan kharismatik yang kini sedang saling bertukar pandang. Lalu, Hestia mulai berujar pada Aphrodite, "Dewa tertinggi sudah menceritakan permasalahanmu padaku. Maka dari itu, ada beberapa hal yang harus ku sampaikan padamu."

Aphrodite tak menanggapi ujaran dari sang lawan bicara. Kedua matanya masih fokus menatap Hestia dengan sorot yang menyiratkan rasa kesal. Ia yakin jika tinggal di kastil ini tak membuat hidupnya lebih mudah dan menyenangkan, melainkan dililit oleh tanggung jawab yang wajib dijalani.

"Pertama, kamu tidak diperbolehkan untuk keluar dari kastil ini tanpa ijin dariku. Kedua, kamu wajib menjalankan tugas rumah tangga yang diberikan. Yang terakhir, kamu tidak diperkenankan untuk membawa lawan jenis di kastilku yang suci ini." Hestia menjabarkan peraturan pada Aphrodite secara jelas.

"Membawa lawan jenis ke kastil ini?? Mana mungkin!" Aphrodite kembali berpendapat dan menepis jika dirinya akan melanggar salah satu aturan yang sudah ditetapkan.

"Ya, mungkin saja 'kan. Apalagi terkait dengan kasus yang menyeretmu di tempat ini." Hestia menanggapi dengan senyum remeh dan tatapan nyalang. Sangat terlihat sekali jika sang dewi perapian sedang menyindir lawan bicaranya.

Darah Aphrodite kembali memanas saat diingatkan soal penyebab bagaimana dirinya bisa menjejakkan kaki di kastil milik Dewi Hestia. Namun, dengan segera, ia menarik napas dan menahan emosinya yang nyaris membuncah.

Ia pun berujar dengan tatapan yang menyiratkan jika dirinya tak main-main dengan peraturan yang telah ditetapkan, "Aku yang terikat dengan estetika dan kesenangan, tak serta-merta asal memilih lawan jenis dan dengan sengaja membawanya kemari. Apalagi, dewa tertinggi menghukumku sekarang. Bagaimana mungkin aku berinteraksi dengan lawan jenis?"

Mendengar celotehan tersebut, Hestia merenung sejenak. Ia paham betul sifat keras kepala yang dimiliki oleh Aphrodite. Maka dari itu, ia tak lagi menyanggah ujaran-ujaran tersebut. Ia justru menanggapi, "Yang jelas, kamu harus menaati peraturan yang ku buat selama berada dalam masa hukuman. Jika sampai kamu melanggar, maka habis lah dirimu."

Usai mendengar ucapan tersebut, Aphrodite bukannya merasa takut atau pun panik. Ia hanya mengangguk sebagai isyarat jika dirinya akan mematuhi peraturan dari Hestia. Akan tetapi, tidak dengan ambisi di dalam dirinya yang bertolak belakang. Ia justru sedang mencari jalan pintas agar dirinya bisa lepas dan lolos dari kastil yang merenggut kebebasannya.

"Selamat atau tidaknya, aku harus tetap keluar dari kastil ini. Aku harus menantang resiko yang mungkin saja tak seharusnya ku tabrak sejak awal," ujar Aphrodite dalam hati.

-**-

Hari-hari hukuman pun dijalani oleh Aphrodite susah payah. Dewi berparas elok tersebut wajib mengerjakan serangkaian pekerjaan rumah tangga yang belum pernah dilakoninya. Awalnya, ia sedikit tidak bisa beradaptasi atau menerima pekerjaan-pekerjaan yang menguras tenaga dan terbilang membuang waktu. Namun, mau tidak mau, ia tetap melakukan pekerjaan itu, terutama saat Dewi Hestia memberitahu jika dirinya bisa bebas lebih cepat apabila menurut.

Hingga suatu ketika datang lah hari dimana dirinya seolah memperoleh penghargaan kecil. Kala itu, Dewi Demeter bertamu di kastil untuk menemui Hestia. Maklum saja, keduanya memang dikenal sebagai sahabat baik yang gemar bertukar pikiran dan cerita kehidupan.

"Wah, kamu engga lagi ngerasa kesepian ya. Udah ada Aphrodite soalnya," ucap Demeter dengan senyum simpul tersemat sembari merapikan rambut bergelombang panjangnya yang berwarna kuning keemasan.

"Memang. Itu positifnya, tapi asli tahan-tahanan kalau hadapi si dewi cinta itu." Hestia menghela napas kasar sembari mengusap dadanya perlahan.

"Keras kepala ya?" Demeter menerka maksud dari lawan bicaranya. Ia juga paham bahwa Aphrodite tergolong sebagai dewi yang memiliki watak keras kepala, pendirian dan prinsipnya tak dapat dirubah.

"Sangat. Aku sampai terkadang ingin melapor ke dewa tertinggi." Hestia berujar sembari menyuguhkan segelas wine putih pada Demeter.

"Lapor aja. Aphrodite memang agak susah ditundukkan." Demeter meneguk wine dari gelasnya perlahan.

"Engga. Sejauh ini, dia engga terlalu parah. Aku akan melapor kalau memang dia sudah kelewatan negatif dari segi kelakuan." Hestia memutar-mutar wine putih yang ada di gelasnya seraya menatap ke arah tangga, tempat biasanya Aphrodite melangkah saat akan beristirahat.

"Ehm, Hestia. Ada satu hal yang ingin ku bicarakan padamu." Demeter mulai fokus pada tujuan awalnya bertamu di kastil sahabatnya tersebut.

"Apa itu, Demeter?" Hestia balik bertanya. Ia diliputi rasa ingin tahu dalam sesaat usai mendengar pernyataan lain yang tercetus dari bibir merah sang sahabat.

"Anakku, Persephone memiliki tugas penting di Bumi. Sepertinya, ia akan sangat membutuhkan pertolongan Aphrodite." Demeter menjabarkan tujuannya sekaligus memberi sinyal jika Aphrodite boleh menemani putrinya untuk turun ke bumi.

Hestia yang mendengar hal itu langsung bereaksi, "Tidak salah memilih partner kerja? Aphrodite itu bermasalah dan sedang dihukum, Demeter."

"Bukan aku yang memilih, lebih tepatnya Persephone sendiri yang meminta. Ia yakin jika Aphrodite bisa menjadi partner kerja yang baik." Demeter menyampaikan keinginan putrinya yang memang jarang bermain di tempat para manusia yang penuh dengan keserakahan dan ambisi.

"Hmm, aku akan bicarakan hal ini pada dewa tertinggi. Tunggu saja esok hari." Hestia tak langsung memberi jawaban atau penjelasan jika Aphrodite diijinkan untuk menemani Persephone.

"Pertimbangkan kembali. Mungkin saja, ajakan dari putriku ini bisa menjadi penghargaan atas dirinya yang bersedia menuruti hukuman. Lebih mujur lagi, jika Aphrodite mau berubah dan tak lagi melakukan kesalahan." Demeter kembali meyakinkan.

Namun, Hestia hanya terdiam dan merenungkan setiap kata-kata dari sahabatnya. Ia memilih untuk merenung dan berujar dalam hati, "Itu berarti aku harus mengevaluasi pekerjaan dan perilaku Aphrodite belakangan ini. Kalau memang ada peningkatan, bukan tidak mungkin jika dia diijinkan untuk menemani Persephone bertugas di Bumi."

TO BE CONTINUED

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status