Di beberapa hari berikutnya, terdengar lah perdebatan yang cukup sengit di ruang rapat para dewa-dewi. Perdebatan tersebut dilakukan oleh Zeus dan Hestia yang memiliki pendapat tak sejalan tentang perilaku Aphrodite selama menjalani masa hukuman.
"Kita semua sudah tahu jelas watak dari Aphrodite yang suka berganti pasangan itu. Tidak di sini atau di alam manusia, kelakuannya selalu seperti itu." Zeus menegaskan keputusannya untuk tidak memberi ijin terkait Aphrodite yang diminta untuk menemani Persephone bertugas di Bumi.Hestia yang mendengar fakta itu justru membelokkan dengan perihal perilaku dari Aphrodite yang sedikit demi sedikit berubah belakangan ini. "Maaf sebelumnya, Yang Mulia Dewa. Menurut observasi yang saya lakukan, Aphrodite sudah menunjukkan sedikit perubahan, terutama dalam hal bersikap," ucapnya sehalus mungkin.Zeus yang tak sejalan mengeram tangan kirimnya dan terdiam sejenak. Ia tak habis pikir jika Hestia dapat menyimpulkan kemajuan yang dimiliki dari seorang Aphrodite yang terkenal pandai merayu para dewa dan lelaki tampan. Sebab, yang ada dalam pikiran dewa tertinggi itu, watak dari Aphrodite tidak akan hilang begitu saja meski sudah dihukum atau dilarang keras."Coba jabarkan beberapa bukti konkretnya." Zeus mengunci tatapan pada wanita yang berusia lebih dari ratusan tahun namun memiliki rupa yang awet muda dan tak termakan usia.Hestia mulai membuka gulungan berwarna coklat muda dan membacakan hasil observasi yang ditulisnya dua malam lalu."Pertama, Aphrodite bersedia mengerjakan beberapa pekerjaan rumah tangga dan terlibat dalam urusan yang berkaitan dengan keindahan dan kerapian kastil. Berikutnya, sang dewi cinta tak pernah membawa lawan jenis ke dalam kastil dan menaati peraturan yang ku tetapkan. Selain itu, ia juga sering berbagi makanan pada rakyat setempat," ucap Hestia dengan tatapan bangga seraya menelisik setiap kata yang terpatri pada gulungan yang digenggamnya.Zeus pun terdiam sejenak. Dewa dengan rambut putih dan kumis berwarna senada itu mempertimbangkan dua keputusan yang berlawanan. Sebisa mungkin ia tak ingin namanya sebagai Raja Para Dewa-Dewi kembali tercoreng akibat ulah Aphrodite yang gemar menjalin cinta dengan sejumlah lawan jenis.Kemudian, Sang Dewa Tertinggi pun bersuara, "Baiklah kalau memang seperti itu laporannya. Aphrodite diijinkan untuk menemani Persephone bertugas."Ucapan yang meluncur dari bibir Sang Dewa itu membuat dua dewi yang menghadiri rapat Dewa-Dewi tersenyum puas. Baik Demeter maupun Persephone sejak awal mengharapkan jika ketidaksetujuan Zeus berubah seperti saat ini."Tapi, tidak untuk waktu yang lama atau panjang," jelas Zeus dengan sorot mata yang memancarkan ketegasan. Hal itu selalu membuat seluruh dewa-dewi yang berhadapan dengannya segan dan tak berani membantah."Tidak masalah, Yang Mulia Dewa. Tugas dari putriku juga tidak membutuhkan waktu panjang. Mungkin hanya sekitar tiga bulan, sesuai dengan waktu perhitungan di Bumi." Demeter menjabarkan dengan mimik wajah yang memancarkan kelegaan. Dewi yang merupakan ibu biologis dari Persephone itu tadinya terlihat sangat tegang saat menanti keputusan akhir dari Zeus yang terlihat kurang setuju untuk memberi ijin agar Aphrodite dapat menemani putrinya di Bumi."Hmm. Selain itu, aku juga punya kesepakatan jika Aphrodite kembali mengulangi kesalahan serupa," tambah Zeus dengan mimik wajah datar. Kali ini, ia tak bisa membiarkan sang dewi cinta bermain di Bumi tanpa ketentuan yang mengikat dan beresiko."Apa itu Yang Mulia Dewa?" tanya Demeter dengan sorot mata yang diliputi rasa penasaran."Ia tak mungkin bisa kembali jika kembali bermain hati dengan manusia di Bumi." Zeus memaparkan dengan nada tegang. Ia tak lagi main-main dengan ketetapan lain yang ditentukannya.-**-Beberapa hari berikutnya, Aphrodite pun bersanding di depan tangga bersama dengan Persephone. Di saat itu juga, hadir lah para dewa-dewi lainnya untuk mengiringi kepergian mereka menuju Bumi untuk tugas penting."Akhirnya, aku bisa kembali ke Bumi," ucap Aphrodite dengan ulasan senyum merekah. Sangat tergambar jelas jika suasana hati sang dewi sedang gembira dan riang."Tapi cuman buat nemenin aku tugas, bukan yang lain, Aphrie." Persephone mengingatkan.Aphrodite masih membingkai senyum sumringah pada bibirnya dan membalas, "Ya, tetap aja, aku bisa bernapas lega dan bertemu lagi dengan para manusia. Sepertinya, aku harus memberikan banyak hadiah padamu dan Yang Mulia Dewi."Persephone yang paham akan maksud dari ucapan lawan bicaranya menyahut, "Engga perlu begitu. Kamu terlalu berlebihan, Aphrie.""Bukan berlebihan, tapi aku menghargai pertolongan yang diberikan oleh Yang Mulia Dewi dan dirimu," jelas Aphrodite dengan binar mata yang memancarkan rasa bahagia dan bebas.Di sela percakapan keduanya, Zeus selaku dewa yang bertanggung jawab untuk melakukan upacara pelepasan pada dewi-dewi tersebut muncul. Tanpa menunggu kehadiran dewa-dewi lain yang masih belum muncul, Sang Dewa Tertinggi membuka acara dengan berkata, "Dewa-dewi yang ku hormati, pada hari ini, kalian menjadi saksi dari turunnya Aphrodite dan Persephone ke Bumi. Maka dari itu, mari kita berkati mereka berdua, mengirimkan berkat dan harapan agar mereka dapat menyelesaikan tugas dari awal hingga akhir."Mendengar ucapan dari pemimpin mereka, para dewa-dewi pun merapalkan harapan dan doa terbaik. Dari setiap mereka, terpancar lah cahaya keemasan yang mengalir dan menyelimuti tubuh Aphrodite dan juga Persephone. Setiap harapan dan doa dari masing-masing dewa-dewi itu berisikan sesuatu yang baik dan berguna bagi dua dewi yang memiliki kecantikan paripurna tersebut.Kemudian, Aphrodite dan Persephone pun menuruni tangga perlahan, meninggalkan Gunung Olympus dan disaksikan oleh para dewa-dewi, termasuk Helios, sang dewa matahari. Dua dewi tersebut menapaki tangga yang menghubungkan bumi dengan asal tempat mereka bernaung dengan perlahan sembari menikmati mega yang bertebaran dan burung-burung yang menyapa.Di tengah perjalanan tersebut, mereka juga sesekali bertukar kata dan berkomentar tentang peristiwa-peristiwa yang pernah mereka alami di Bumi. Kedua mata mereka juga cukup awas dalam mengawasi beberapa anak tangga yang sedikit licin atau pun hancur. Sebisa mungkin, mereka berusaha untuk tidak terpeleset.Akan tetapi, saat Persephone nyaris tiba dan memijak tanah, Aphrodite yang mendampingi tidak sengaja tergelincir dan terjatuh di daerah yang cukup jauh. Hal itu pun membuat salah satu putri dari Dewa Zeus itu panik. Pasalnya, jika sampai nasib dari rekannya itu terancam, unsur cinta, seksualitas, dan estetika di Gunung Olympus dan Bumi akan terancam."APHRRIE!!" Persephone melangkah di atas padang rumput sembari mencari keberadaan sahabatnya dan berteriak.Namun, teriakan tersebut hanya bersambut semilir angin di padang rumput hijau yang luas dan ditumbuhi oleh beberapa pohon pinus. Hal serupa kembali dilakukan sembari berganti arah dan daerah untuk menemukan sang dewi cinta yang terjatuh di daerah lain daripada padang rerumputan itu.Beberapa saat kemudian, teriakan dan usaha dari Persephone pun membuahkan hasil. Aphrodite yang dicari sejak beberapa menit lalu muncul dengan penampilan modern, layaknya manusia di negara tempat mereka mendarat.Dewi cinta itu membuat rambut bergelombangnya sebatas bahu. Sementara, untuk tampilan busana, Aphrodite memilih untuk mengenakan setelan formal berwarna abu-abu dengan paduan tank top hitam di dalamnya. Selain itu, ia juga mengenakan kalung dan anting yang melengkapi kecantikannya."Perssie, kamu engga ganti baju? Kita di kota yang cukup modern lho." Aphrodite membuka percakapan sembari mengulum senyum lembut nan hangat.Tampilan modis dan elegan dari rekannya itu sukses membuat Persephone terpanah dan tak dapat berkomentar. Memang, sebelumnya, ia pernah bertandang ke Bumi dengan pakaian khas manusia. Akan tetapi, apa yang dikenakan oleh Aphrodite melebihi apa yang pernah dilakukannya sebelumnya."Aphrie? Apa ini tidak terlalu berlebihan?" Persephone mengerutkan kening, merasa ragu dengan tindakan yang diambil oleh rekannya itu.TO BE CONTINUED.."Maksudnya?" Aphrodite yang mendengar respon dari Persephone menaikan sebelah alis, berusaha mencerna perkataan dari lawan bicaranya namun gagal.Persephone pun mengulurkan tangannya ke kanan dan muncul lah cermin berukuran besar dalam sekejap mata. Melalui cermin itu, Aphrodite dapat melihat jelas tampilan dirinya yang elegan dan manis layaknya seorang wanita yang fashionable."Engga, Perssie. Ini baju yang pantas 'kan, sesuai dengan tempat kita mendarat," ujar Aphrodite dengan penuh percaya diri sembari bergaya layaknya model professional."Aku tahu itu, Aphrie, tapi aku akan bertugas di area pedesaan." Persephone menjabarkan detail tugasnya yang berkaitan dengan kesuburan lahan dan hal-hal yang berkaitan dengan dunia kematian.Aphrodite yang mendengar hal itu terlihat tenang dan biasa saja. Ia masih fokus memandangi kecantikan dirinya yang terpantul pada cermin seraya tersenyum, bagai disanjung oleh sejumlah lelaki berparas tampan dan gagah.Akan tetapi, hal itu tak menyurutkan Per
Keesokan paginya, sesuai dengan apa yang sudah ditentukan oleh Dimitri, Persephone dan Aphrodite bangun lebih awal, sekitar pukul 03.30. Hal tersebut membuat salah satu dari mereka berlaku cukup kontras.Persephone yang terbiasa bangun di waktu dini hari langsung bergegas membersihkan diri dan berganti pakaian sederhana sehingga dirinya tidak begitu tampak seperti seorang dewi. Sementara, Aphrodite melakukan kegiatan membersihkan diri dengan malas sembari menggerutu dalam hati. "Hmm, kayanya aku salah strategi deh, udah bilang setuju buat nemenin Persephone untuk bertugas kaya gini," ujarnya dalam hati sembari menggosok giginya dan menatap pantulan dirinya di cermin dengan mimik wajah masam seperti jeruk lemon. Setelah selesai berganti pakaian dan merapikan rambut coklatnya, Aphrodite melangkah keluar kamar dan menatap sosok Persephone yang sedang menikmati kentang rebus sebagai menu sarapan pagi. "Engga ada olahan daging ya?" Kedua manik mata cantik Aphrodite menelisik pemandangan
Jika Aphrodite sedang merasa senang setelah kabur, lain halnya dengan yang dirasakan oleh Persephone, selaku teman dekatnya. Dewi kesuburan yang menjadi incaran Dewa Hades itu kini sedang panik dan khawatir akan hilangnya Aphrodite. "Bagaimana ini, Pak? Aphrie itu cuman menemaniku bertugas. Dia malah hilang seperti ini," ucap Persephone sembari menyisir pandang ke segala arah, berharap jika temannya itu masih berada di sekitar pedesaan atau di area sawah tempat dirinya mengadakan ritual. Dimitri pun berusaha menenangkan Persephone, "Tenang dulu, Persephone. Aku yakin Aphrodite masih ada di sekitar sini.""Tapi kalau misalnya dia sudah jauh, bagaimana, Pak?" Persephone semakin tak yakin jika Aphrodite masih berada di area pedesaan. Kedua kakinya terus melangkah, menelusuri rumah-rumah warga dengan kedua pandangan mata yang menyisir ke segala sudut, mencari keberadaan Aphrodite yang memang sudah jauh dari Desa Woodstock. "Mau tidak mau, kita susul dia di Kota Woodstock." Dimitri meny
"Semua totalnya tiga ratus lima puluh dollar, Tuan." Petugas kasir wanita dengan rambut bergelombang berwarna coklat muda berujar sembari menyerahkan dua kantung kertas berisi pakaian yang telah dipilih oleh Aphrodite. Lalu, pria yang berprofesi sebagai manajer keuangan itu mengeluarkan kartu kredit berwarna hitam dan menyerahkan pada petugas kasir. Dengan segera, petugas kasir mulai menggesekkan kartu kredit pada mesin dan menyerahkannya pada pria itu untuk menekan pin yang diminta. "TIITT..CESHHH.." Bunyi mesin kredit beserta keluarnya kertas struk bukti pembayaran terdengar. Sang kasir pun segera menarik kertas itu dan mengembalikan kartu kredit pada pemiliknya dan tersenyum ramah. "Terima kasih sudah berbelanja di butik kami," ujarnya hangat dan dibalas oleh sang pria dengan senyum tipis sembari menerima struk bukti pembayaran dan kartu kredit hitam mengkilap yang kerap digunakannya sebagai media pembayaran saat berbelanja kebutuhan sehari-hari atau pun buku-buku tebal yang d
Aphrodite PovAkhirnya, apa yang ku harapkan tercapai. Meski hanya singgah di rumah kontrakan kecil, setidaknya, aku masih bisa beristirahat dan memiliki tempat pulang setelah bekerja. Kemudian, setelahnya, aku akan kembali bersenang-senang dengan kaum adam yang ku inginkan, seperti biasa, saat diriku masih bebas untuk menetap di bumi. Ya, aku tahu bahwa apa yang ku lakukan sekarang sudah tergolong melanggar untuk kesekian kalinya. Akan tetapi, hal itu tak jadi soal, dan aku tidak terlalu memikirkan resikonya. Toh, jika memang aku melakukan kesalahan seperti ini, aku akan dihukum seperti sebelumnya dan tak boleh bertandang lagi di bumi manusia. Kini, aku melangkah dan menghampiri dua pria asing yang kini menatap lekat pada diriku dengan binar kekaguman dari sorot mata masing-masing. Rasanya sungguh menyenangkan jika mendapati kaum adam terkagum-kagum pada paras diriku yang terbilang menawan dan berkharisma. "Dia.." Ku dengar jelas suara bass dari pria berambut coklat yang diikat ke
Di lain situasi, Zeus yang baru selesai memantau kegiatan Aphrodite memijat pelipis pelan. Dewa tertinggi di Gunung Olympus itu sedang memikirkan waktu terbaik untuk menyatakan bahwa Aphrodite sudah tak dapat kembali sebelum benar-benar berubah dan menuaikan tugasnya sebagai dewi cinta di muka Bumi. Di saat sang dewa sedang duduk di ruang kerja, Dewi Hera datang menghampiri dengan secangkir teh hangat dan memecah keheningan, "Yang Mulia Dewa sedang memikirkan sesuatu? Apa ini berkaitan dengan Aphrodite lagi?""Begitulah. Dia sungguh keras kepala. Padahal, aku sudah menghukum dan mengancamnya. Namun, semua itu bagai angin lalu untuknya. Maka dari itu, aku berencana untuk membuatnya tidak dapat kembali ke Olympus." Zeus menjabarkan isi kepalanya secara detail. Hera yang mendengar usulan suaminya itu mengulas senyum lembut. Ia merasa bahwa apa yang diucapkan oleh suaminya kali ini cukup bijaksana. Pasalnya, ia jarang melihat sisi lain dari Zeus yang terkenal mata keranjang dan suka men
Di hari berikutnya, dengan cahaya fajar yang menyingsing di Kota New York, April yang terlelap sedikit terganggu dengan cahaya matahari yang menerobos masuk melalui korden tipis yang menutupi jendela kamarnya. Ia yang belum sepenuhnya sadar dari alam mimpi mencoba untuk membuka mata. Baru kali ini, ia merasakan terkena cahaya sang fajar yang biasa dipancarkan oleh rekannya di Gunung Olympus, Dewa Helios. "Ehmm," gumam April sembari mengumpulkan seluruh kesadarannya dan mengusap kelopak mata dengan dua tangan. Lalu, saat ia benar-benar tersadar, ia mulai membuka lemari pakaian dan menatap beberapa helai pakaian tergantung rapi. Di saat itu juga, ia mengingat pakaian-pakaian yang dibayar oleh Jacob dan masih berada di paper bag yang ada di lanfai kamar. Dengan mimik wajah sumringah, ia meraih dua potong pakaian dengan warna merah jambu dan coklat muda. Dari kedua pakaian dengan gaya yang berbeda itu, April mulai bercermin dan mencocokkan dua pakaian tersebut pada tubuhnya. "Duh, ja
"A-ah, be-benarkah?" April tergagap usai mendengar pernyataan yang diluncurkan oleh Jacob. "Benar, April, tapi kalau kamu merasa kurang berkenan dengan lowongan yang dianjurkan, kamu bisa memilih yang lain." Jacob mengangguk dan meneguk teh hangat dari gelas kertas melalui sedotan. April yang kembali melahap sisa roti isi mengunyah perlahan dan menanggapi, "Aku lihat dan ketahui terlebih dahulu apa saja tugas untuk lowongan yang tadi kamu bilang."Sekali lagi, Jacob mengulas senyum kecil. Ia terkesima dengan pribadi dari April yang baginya terbilang suka mencoba hal baru meski bukan berasal dari kota. Hatinya yang semula mendingin bagai Gunung Everest perlahan menghangat akibat terpesona dengan paras dan kepribadian yang dimiliki oleh April. "Perasaan apa ini? Kenapa hanya dengan melihat caranya berpikir dan memandang sesuatu membuatku semakin terkesan? Wanita ini sungguh berbeda meski terlihat remeh di luar." Jacob berusaha memastikan jika dirinya sedang merasakan perasaan yang ber