Share

Bab 5

"Maksudnya?" Aphrodite yang mendengar respon dari Persephone menaikan sebelah alis, berusaha mencerna perkataan dari lawan bicaranya namun gagal.

Persephone pun mengulurkan tangannya ke kanan dan muncul lah cermin berukuran besar dalam sekejap mata. Melalui cermin itu, Aphrodite dapat melihat jelas tampilan dirinya yang elegan dan manis layaknya seorang wanita yang fashionable.

"Engga, Perssie. Ini baju yang pantas 'kan, sesuai dengan tempat kita mendarat," ujar Aphrodite dengan penuh percaya diri sembari bergaya layaknya model professional.

"Aku tahu itu, Aphrie, tapi aku akan bertugas di area pedesaan." Persephone menjabarkan detail tugasnya yang berkaitan dengan kesuburan lahan dan hal-hal yang berkaitan dengan dunia kematian.

Aphrodite yang mendengar hal itu terlihat tenang dan biasa saja. Ia masih fokus memandangi kecantikan dirinya yang terpantul pada cermin seraya tersenyum, bagai disanjung oleh sejumlah lelaki berparas tampan dan gagah.

Akan tetapi, hal itu tak menyurutkan Persephone untuk meyakinkan jika dirinya memang bertugas di daerah terpencil. "Aku serius, Aphrie. Kita akan memasuki daerah pedesaan yang kering dan panas," paparnya dengan tatapan serius pada Aphrodite yang masih sibuk bercermin.

Mendengar kata 'panas', Aphrodite yang mengunci tatapan pada pantulan dirinya menatap Persephone tajam dan bertanya dengan nada menekan, "Panas??"

"Iya, panas dan kering. Kamu yakin mau pake pakaian kaya gitu?" Persephone mengangguk pelan dengan tatapan ragu, mengirim sinyal pada rekannya untuk mengubah gaya berpakaian yang lebih sesuai dengan situasi dan kondisi.

Kata-kata yang terlontar untuk kali kedua dari bibir Persephone itu akhirnya membuat kedua mata sang dewi cinta membulat sempurna. Seketika, kepercayaan dirinya luruh dan merasa dirinya telah mengenakan pakaian tidak sesuai dengan tempat serta situasi.

"Hmm, aku pikir di kota," sesal Aphrodite dengan bibir mengerucut.

Di saat yang sama, Persephone pun mengayunkan dua tangannya. Cahaya biru berwarna keunguan pun menyelimuti tubuhnya dan juga Aphrodite. Dalam sekejap, keduanya telah berganti pakaian dengan gaya yang lebih santai dan kasual.

Lalu, Aphrodite yang kini mengenakan kaos berwarna pink dengan celana jeans biru muda selutut berkomentar, "Setidaknya, engga terlalu kuno pakaiannya."

"Aku juga berusaha menyesuaikan sama selera busanamu, Aphrie," sambung Persephone dengan senyum simpul.

Aphrodite yang mendengar ujaran dari salah satu sahabat terbaiknya itu cukup tersanjung. Awalnya, ia mengira jika Persephone mungkin saja melupakan selera berpakaiannya yang terbilang cukup bergaya dibanding sesama dewi lain. Akan tetapi, dugaannya itu terpatahkan dengan pakaian yang melekat di tubuhnya dan tubuh ramping Persephone yang mengenakan kaos lengan panjang berwarna abu-abu dan celana jeans selutut.

"Not bad. Lagipula, aku cuman nemenin kamu bertugas, otomatis, aku bukan bossnya di misi kali ini." Aphrodite mengingatkan dirinya sendiri sembari menatap sahabatnya sekilas.

"Hmm, baiklah. Saatnya, fokus dengan tugas pertama," ujar Persephone sembari mengeluarkan notes kecil dari saku celananya dan menatap rincian tugas yang menyatakan jika dirinya harus menemui seseorang yang bernama Dimitri. Pada lembar catatan itu juga tertulis alamat lengkap dan transportasi yang harus digunakan untuk mencapai tujuan.

-**-

Sekitar pukul 13.20, kereta kuda yang ditumpangi oleh Persephone dan Aphrodite tiba di sebuah desa yang berlokasi di Kota Woodstock, salah satu kota dari Republik Vermont yang lebih dikenal sebagai "The Green Mountain State".

"TAP..TAP.." Derap langkah dari kedua dewi berkulit putih itu terdengar usai turun dari kereta kuda yang mereka tumpangi.

"Terima kasih untuk tumpangannya, Joe," ucap Persephone yang kini menyamar dengan nama Ashley sembari menyerahkan beberapa koin perak pada pemuda yang mengantarnya.

Joe menerima koin-koin tersebut sembari tersenyum dan menanggapi, "Sama-sama. Kapan pun kalian membutuhkan tumpangan, aku siap membantu."

Kemudian, Joe pun berlalu dari hadapan mereka dalam hitungan menit. Tanpa membuang waktu, Persephone pun segera mengetuk pintu rumah yang berada di hadapannya perlahan, "TOOKK..TOOKK.."

Sementara, Aphrodite memilih untuk mengamati pemandangan kering di sekitar yang membuat dirinya jengkel daripada prihatin atau pun sedih. "Kenapa Perssie harus bertugas di tempat seperti ini? Sungguh menyebalkan! Kalau situasinya begini, gimana caranya aku cari hiburan? Cuman di kota aku bisa menemukan laki-laki tampan dan makanan khas Bumi yang otentik," keluhnya dalam hati sembari mengerucutkan bibir.

"CKLEEK.." Pintu rumah pun dibuka oleh seorang pria berambut putih dengan kumis berwarna senada. "Persephone dan rekan ya?" tanya Dimitri sang tuan rumah.

"Benar, Pak. Maaf mengganggu waktu di siang hari ini," ucap Persephone sembari menganggukkan kepala dan menyunggingkan senyum ramah. Akan tetapi, hal tersebut tak dilakukan oleh Aphrodite.

Dimitri pun hanya menatap dan tersenyum tipis. Pria yang merupakan jelmaan dewa dari Gunung Olympus itu mempersilakan dua dewi di hadapannya masuk. "Maaf jika kondisi rumah masih berantakan," ujar Dimitri, merasa sungkan pada dua dewi yang kini duduk pada dua kursi yang berdekatan dengan maja makan berbahan kayu yang tersedia.

"Tidak masalah, Pak," jelas Persephone dengan nada ramah.

Lalu, saat dua cangkir teh tersaji di hadapan dua dewi itu, Dimitri membuka obrolan pertanyaan yang berkaitan dengan masalah yang akan ditangani oleh mereka berdua, "Baiklah. Apa saja rencana kalian untuk membuat sawah di desa ini kembali subur?"

"Pertama, menanam bibit tanaman dari Gunung Olympus. Setelah itu, mengadakan ritual untuk menurunkan hujan di desa ini selama tiga hari," terang Persephone singkat.

"Oke. Apa ada cara tambahan? Karena kekeringan dan ketidaksuburan di desa ini membuat seluruh warga kehilangan sumber daya. Banyak juga dari mereka yang kelaparan," jelas Dimitri dengan sorot mata kecewa meski sesekali dirinya telah membantu untuk mengadakan bahan makanan dalam jumlah kecil. Namun, hal tersebut tak dapat terus dilakukan mengingat dirinya bukan termasuk golongan dewa dengan pangkat tinggi sehingga ia tak boleh terlalu sering membantu manusia.

"Mungkin, aku akan menyertai lahan-lahan di desa ini bergantian. Semoga saja kekeringan bisa segera berlalu," papar Persephone dengan tatapan penuh harap.

Kemudian, Dimitri pun mengangguk pelan sembari melayangkan tatapan pada Persephone secara bergantian. Ia menanggapi, "Kalian berdua bisa mulai bersiap untuk kegiatan tersebut besok pagi, sekitar pukul 05.00. Mungkin, dewi kecantikan bisa turut membantu daripada hanya sekadar menemani. Aku tahu apa yang sedang dirimu pikirkan Aphrodite."

Aphrodite merasa tersentak dengan sindirian yang meluncur dari bibir Dimitri. Namun, ia memilih diam dibanding harus menanggapi ucapan dewa tua dan berkulit kisut tersebut. Ia berujar dalam hatinya, "Sial! Kenapa juga aku dibawa-bawa. Soal apa yang aku pikirkan dan apa yang aku lakukan di sini, itu bukan urusannya. Selama aku engga merugikan dia, engga jadi masalah besar 'kan? Dasar dewa tua cerewet! Beraninya, dia menceramahiku."

Begitu lah keluh kesah sang dewi asmara yang tak sadar jika dirinya sudah berulang kali merugikan manusia, khususnya kaum adam.

TO BE CONTINUED..

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status