Share

Bab 7

Author: SILAN
last update Last Updated: 2025-08-12 12:11:41

Air shower mengucur deras, menghantam lantai kamar mandi dengan suara berulang, namun warnanya tak lagi jernih, melainkan merah pekat. Darah bercampur air mengalir di kaki Piero, hilang di lubang pembuangan. Ia berdiri mematung, mata terpejam di bawah guyuran air panas, membiarkan sisa pembantaian itu luruh dari kulitnya. Tidak ada rasa bersalah. Tiga nyawa sudah ia ambil, dua di antaranya dalam waktu kurang dari seminggu.

Masih ada dua orang yang masih berkeliaran, Piero yakin, satu persatu pasti akan ia dapatkan dimanapun persembunyian mereka. 

Selesai membersihkan diri, Piero segera mengeringkan tubuhnya dan mengenakan pakaian sebelum melihat informasi terbaru dimana posisi dua orang lainnya. Satu diantaranya bernama Garrett, dan ini adalah orang yang ia rasa lebih kuat dari yang lainnya.

"Aku tidak akan pernah berhenti, sampai api dendam dalam dadaku padam." batin Piero saat ia melihat foto Garrett di dalam ponselnya, tangannya tanpa sadar mengepal dan rahangnya mengeras.

Keesokan harinya, ia lagi-lagi kembali ke sekolah untuk melakukan rutinitas seperti remaja pada umumnya. Menyelesaikan pendidikan yang tertunda, sambil memikirkan untuk melakukan misi berikutnya.

"Guys! Hei, apa kalian tau!" David tiba-tiba saja berlari masuk ke dalam kelas. "Tahun ini, perusahaan Carpenter akan mencari sepuluh orang berbakat dari sekolah kita?!" serunya dengan antusias yang dibalas tak kalah antusias oleh yang lain sehingga kelas menjadi gaduh.

Piero menaikkan alisnya, lalu ia menoleh ke samping dimana rekan duduknya juga tampak antusias dengan informasi yang David katakan barusan.

"Kenapa kalian begitu antusias dengan kabar ini? Bukannya hal biasa kalau setiap tahun ada perusahaan mencari anak-anak berbakat untuk mendapat beasiswa penuh baik itu di luar negeri maupun dalam negeri?" tanya Piero.

Teman di sebelahnya lantas menjawab. "Kau benar, tapi yang paling terkenal di sekolah kita adalah perusahaan Carpenter. Semua lulusan dari sekolah kita yang ikut dengan mereka, dipastikan kehidupannya akan menjadi jauh lebih baik, jadi wajar banyak sekali orang bersemangat, tahun lalu hanya tiga orang yang mereka cari, dan tahun ini mereka mencari sepuluh orang, pasti akan lebih banyak yang ingin bersaing agar dilirik oleh perusahaan Carpenter." katanya.

Piero tidak tau hal ini sama sekali, ia pun membuka ponselnya untuk mencari tahu mengenai perusahaan Carpenter ini, dan betapa kagetnya ia kalau CEO dari perusahaan ini adalah... Garrett?

Piero lantas menoleh ke arah teman di sebelahnya lagi. "Apa kalian tau siapa sebenarnya pria bernama Garrett ini?" tanyanya sambil menunjukkan foto di ponsel.

Teman di sebelahnya mengangguk. "Ya, dia orang yang berpengaruh juga di sekolah ini. Dia investor terbesar sejak dua tahun lalu di sekolah kita, dia orang yang sangat dermawan." katanya antusias, tanpa mereka tau bahwa ini hanya pencitraan Garrett untuk menutupi kebusukannya sebagai seorang pengedar narkoba.

Piero mengangguk anggukkan kepala, sampai akhirnya David melihat forum sekolah dari ponselnya dan kembali berseru dengan semangat.

"Oh my God! Oh my God!" David berdiri sambil memamerkan layar ponselnya ke arah teman-teman lainnya. "Sore ini CEO dari perusahaan Carpenter akan datang ke sekolah kita, semuanya jangan lupa untuk hadir di aula utama!"

Piero duduk bersandar di kursinya, tatapannya kosong, seperti tidak terusik oleh kegembiraan yang memenuhi ruangan. Di antara belasan teman sekelas yang riuh membicarakan perekrutan perusahaan Carpenter, hanya dia yang tahu betapa busuknya pria bernama Garrett.

“Kau tidak tertarik dengan kabar ini?” tanya teman sebangkunya sambil menoleh. “Hanya kau yang kelihatan tidak antusias. Padahal ini kesempatan emas, kalau nilaimu memenuhi kriteria mereka.”

Piero tersenyum tipis, sekilas ramah. “Kalian saja. Aku tidak tertarik sama sekali.”

Padahal, di balik senyum itu, ia menyimpan kebenaran bahwa pria yang mereka idolakan adalah salah satu nama di daftar hitamnya.

Hari itu, Piero pulang terlambat seperti rekannya yang lain, bukan karena ada kegiatan penting, melainkan karena ia penasaran seperti apa sosok Garrett jika dilihat secara langsung. Sebelum melawan musuh, Piero perlu mempelajari lebih dulu seperti apa musuhnya.

Pukul tiga sore, aula utama sudah hampir penuh. Rupanya banyak sekali orang yang berniat untuk bergabung dengan perusahaan Carpenter ini, terlihat betapa banyak siswa yang berkumpul di aula tersebut.

Tak berselang lama, seorang pria berjas hitam masuk ke panggung, pandangan Piero langsung terkunci pada orang tersebut, Garrett. Mendadak saja tangan Piero mengepal, kebencian dalam dadanya membara seperti api yang disiram oleh bensin.

"Aku akan berusaha keras untuk masuk dalam pilihan sepuluh orang yang beliau cari." ucap David yang duduk di sebelah Piero.

Piero hanya tersenyum, bagaimana cara ia memberitahu teman kelasnya ini bahwa Garrett bukan hanya mencari peluang bisnis, tapi juga mencari korban baru untuk ia jadikan kambing hitamnya di masa depan.

Piero hanya tersenyum samar. Dalam hatinya ia bergumam, Kalau kau tahu siapa dia sebenarnya, kau tak akan duduk di sini.

Ia menunduk sedikit, berkata lirih, “Sebaiknya kau pertimbangkan lagi. Semua yang bergabung dengannya… akan ikut tenggelam dalam lumpur yang dia ciptakan.”

Karena ia yakin semua yang bergabung dengan Garrett pasti terlibat dengan transaksi kotor dengan barang ilegal yang pria itu edarkan.

Dan saat Piero kembali melihat ke arah Garrett, sekarang ia paham kenapa pria itu disukai oleh banyak orang. Dia adalah orang paling manipulatif yang pernah ia lihat, cara bicara tampak seperti orang yang penuh kasih sayang dan memberi harapan pada banyak orang.

Tapi... Piero akan buktikan pada semua orang bahwa idola mereka ini tidak layak disebut sebagai idola lagi. Tapi ketika secara tidak sengaja tatapan Garrett bertemu dengannya, Piero tersenyum tipis, tapi hatinya berkata.

"Musuhku yang satu ini cukup berat rupanya."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Humming of Death   Bab 8

    Pertemuan di aula usai. Satu per satu siswa keluar dengan wajah penuh semangat, membicarakan peluang untuk mendapatkan tiket masuk ke daftar sepuluh orang yang dicari keluarga Carpenter. Sorak-sorai dan langkah tergesa memenuhi lorong, tapi Piero tidak ikut terburu-buru. Ia tetap berdiri di dalam, menjadi satu-satunya siswa yang keluar paling akhir.Di ujung ruangan, Garrett masih berdiri berbincang dengan kepala sekolah. Sorot mata Piero mengunci pada sosok itu, diam, tajam, penuh muatan yang tak seorang pun di ruangan itu mengerti.Ketika kepala sekolah akhirnya pergi, Garrett menoleh, matanya menangkap tatapan Piero yang menusuk."Siapa anak itu? Dia terlihat memperhatikanku dengan sorot mata yang begitu kuat," tanyanya pada asistennya."Tampaknya anak ini salah satu fans terbesarmu di sekolah ini, Tuan," jawab sang asisten.Garrett menyunggingkan senyum tipis. "Bawa dia kemari."Asistennya mengangguk dan memberi isyarat. Piero melangkah mendekat tanpa sedikitpun keraguan. Kini, ja

  • Humming of Death   Bab 7

    Air shower mengucur deras, menghantam lantai kamar mandi dengan suara berulang, namun warnanya tak lagi jernih, melainkan merah pekat. Darah bercampur air mengalir di kaki Piero, hilang di lubang pembuangan. Ia berdiri mematung, mata terpejam di bawah guyuran air panas, membiarkan sisa pembantaian itu luruh dari kulitnya. Tidak ada rasa bersalah. Tiga nyawa sudah ia ambil, dua di antaranya dalam waktu kurang dari seminggu.Masih ada dua orang yang masih berkeliaran, Piero yakin, satu persatu pasti akan ia dapatkan dimanapun persembunyian mereka. Selesai membersihkan diri, Piero segera mengeringkan tubuhnya dan mengenakan pakaian sebelum melihat informasi terbaru dimana posisi dua orang lainnya. Satu diantaranya bernama Garrett, dan ini adalah orang yang ia rasa lebih kuat dari yang lainnya."Aku tidak akan pernah berhenti, sampai api dendam dalam dadaku padam." batin Piero saat ia melihat foto Garrett di dalam ponselnya, tangannya tanpa sadar mengepal dan rahangnya mengeras.Keesokan

  • Humming of Death   Bab 6

    Hari demi hari, Piero terus memburu jejak tiga orang yang telah merenggut nyawa saudaranya. Dua diantaranya sudah ia kirim ke liang kubur. Kini, target ketiga yang ia incar. Malam itu, kabar datang dari Carlo, orang itu berada di Washington. Tanpa pikir panjang, Piero meluncur kesana, melawan dingin malam yang menusuk.Ia berdiri di trotoar seberang sebuah klub malam yang gemerlap, lampu neon berwarna merah muda dan biru memantul di aspal basah sisa hujan. Hoodie hitamnya menutupi sebagian wajah, membuatnya menyatu dengan bayang-bayang. Satu tangan menggenggam ponsel di telinga, satu lagi di dalam saku, meraba gagang pisau lipat yang sudah ia siapkan."Kau yakin dia ada di sini?" suaranya pelan namun tegas, nyaris tak terdengar tertelan musik bising dari dalam klub."Yakin," jawab Carlo di seberang. "Dia di dalam. Tunggu saja. Dia akan keluar sebentar lagi."Klik. Sambungan diputus. Piero mencondongkan tubuh, duduk di pinggiran pagar pembatas. Matanya mengamati setiap wajah yang kelua

  • Humming of Death   Bab 5

    Piero melemparkan tas sekolah ke atas tempat tidur, ia sudah menyuruh seseorang menyiapkan tempat nyaman untuknya. Tempat itu tidak jauh dari markas para kriminal rendahan yang ia sewa, namun tidak banyak yang tau lokasi tempat tinggal barunya karena berada di ruang bawah tanah.Meskipun di bawah tanah, tapi orang suruhan Piero telah merenovasi tempat tersebut menjadi nyaman dan juga punya sistem keamanan yang hanya Piero bisa kendalikan.Baru saja ia selesai mengenakan kaus hitamnya kembali, ponselnya berdering.“Bagaimana? Sudah dapat mereka?” tanyanya dingin, masih merapikan bagian kerahnya.“Sebaiknya kau datang dan lihat sendiri,” suara Carlo terdengar dari seberang. Tak banyak bicara, tapi cukup untuk membuat Piero segera bergerak.Langkah kakinya mantap menuruni lorong gelap menuju tempat yang biasa digunakan para kriminal rendahan itu untuk menyembunyikan “barang tangkapan”. Ia tahu ruangan itu, cat temboknya mengelupas, lantainya seperti belum tersentuh sapu selama bertahun-t

  • Humming of Death   Bab 4

    Piero masih sembilan belas tahun, harusnya ia lulus sekolah tahun kemarin jika dirinya tidak di penjara karena kasus pembunuhan. Mau tidak mau, ia harus melanjutkan pendidikan selama satu tahun.Setelah setahun tidak sekolah, ini adalah hari pertamanya masuk kembali. Banyak orang memandang ke arahnya, sementara Piero seolah menjadi orang yang berbeda ketika dia di markas para kriminal rendahan itu dan juga di sekolah.Seakan punya kepribadian ganda, ia bisa menjadi pria berdarah dingin dan juga pria yang disukai oleh orang lain. Bagi Piero, sekolah bukan untuk tempat perkelahian.Ia duduk di kursi belakang, tempat yang biasanya dihindari siswa teladan. Tak lama, seorang remaja ceria dengan rambut acak-acakan dan gaya bicara cepat duduk di sebelahnya."Hei, kau anak pindahan ya?" sapanya santai.Piero menoleh perlahan. "Bukan. Aku cuma melanjutkan pendidikan yang sempat tertunda.""Oh...," pria itu mengangguk paham. "Tertunda karena ikut olimpiade internasional? Atau ikut pertukaran pe

  • Humming of Death   Bab 3

    Gedung tua yang menjulang di antara reruntuhan kota itu seolah tak layak ditinggali siapapun, berlapis cat yang mengelupas, jendela-jendela pecah, dan aroma lembab yang meresap sampai ke tulang. Tapi di dalamnya, kehidupan lain berlangsung. Kehidupan liar, kelam, dan kacau.Ruang-ruang gelap itu dihuni oleh para bajingan jalanan yang tak lagi mengenal moral. Asap rokok menggulung di udara, tawa pecandu bersahut-sahutan, dan di balik sekat-sekat kain murahan, tubuh-tubuh bertaut tanpa ikatan. Obat-obatan berpindah tangan seperti permen, dan wanita-wanita yang tak lagi punya pilihan menjadi hiburan kolektif. Dunia kecil yang sudah kehilangan arah.Piero berdiri di tengah itu semua, seperti sosok asing dari dunia berbeda. Tatapan tajamnya menyapu seluruh ruangan, ekspresinya datar, namun penuh penilaian. Jijik? Tentu. Tapi ia tidak datang untuk menjadi hakim. Ia datang untuk memanfaatkan."Carlo, anak mana yang kau bawa itu?" suara serak berat memanggil, datang dari pria bertato dengan b

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status