Share

Bab 8

Penulis: SILAN
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-18 19:25:51

Pertemuan di aula usai. Satu per satu siswa keluar dengan wajah penuh semangat, membicarakan peluang untuk mendapatkan tiket masuk ke daftar sepuluh orang yang dicari keluarga Carpenter. Sorak-sorai dan langkah tergesa memenuhi lorong, tapi Piero tidak ikut terburu-buru. Ia tetap berdiri di dalam, menjadi satu-satunya siswa yang keluar paling akhir.

Di ujung ruangan, Garrett masih berdiri berbincang dengan kepala sekolah. Sorot mata Piero mengunci pada sosok itu, diam, tajam, penuh muatan yang tak seorang pun di ruangan itu mengerti.

Ketika kepala sekolah akhirnya pergi, Garrett menoleh, matanya menangkap tatapan Piero yang menusuk.

"Siapa anak itu? Dia terlihat memperhatikanku dengan sorot mata yang begitu kuat," tanyanya pada asistennya.

"Tampaknya anak ini salah satu fans terbesarmu di sekolah ini, Tuan," jawab sang asisten.

Garrett menyunggingkan senyum tipis. "Bawa dia kemari."

Asistennya mengangguk dan memberi isyarat. Piero melangkah mendekat tanpa sedikitpun keraguan. Kini, jarak antara pemburu dan mangsa begitu dekat, hanya saja, di mata publik, perannya terbalik. Piero menatap pria yang menjadi alasan kematian Henry, kakaknya, sambil menahan dorongan membunuh yang bergetar di ujung jarinya.

"Siapa namamu, anak muda?" tanya Garrett.

"Piero," jawabnya singkat.

Garrett tersenyum ramah. "Apa kamu tertarik dengan kesempatan dukungan penuh yang aku berikan khusus untuk sepuluh orang terpilih tahun ini? Kalau kamu tertarik, kamu perlu berusaha lebih keras untuk mencapainya."

"Aku tahu apa yang aku lakukan," balas Piero, ikut tersenyum, meski di balik itu, bara kebencian yang sudah menyala selama bertahun-tahun semakin membesar.

"Kau kelihatannya sangat bersemangat, aku suka anak yang penuh tekad. Kalau begitu berusahalah. Waktumu masih ada beberapa bulan lagi sampai pemilihan dimulai." Garrett menepuk pundaknya sebelum berjalan pergi bersama asistennya.

Tangan Piero mengepal keras, lalu perlahan ia renggangkan kembali. Emosi adalah musuhnya saat ini. Garrett hanyalah puncak dari daftar hitamnya, dan satu orang lain masih berkeliaran. Target itu harus dihabisi lebih dulu, sebelum ia mengeksekusi dalang utama.

Senyum tipis muncul di bibirnya. 'Kau benar, aku sangat bersemangat. Bersemangat untuk mengeksekusi semua orang yang terlibat dalam kematian kakakku.'

**

Beberapa hari setelah pertemuan di aula, fokus Piero beralih pada misi utamanya, target keempat sebelum ia bisa benar-benar fokus pada target utama. Garrett.

Tiga nama sudah ia coret dari daftar hitam. Semua mati dengan cara yang berbeda, dan semuanya tidak meninggalkan jejak yang bisa mengarah padanya. Tapi target keempat ini… cukup lain. Dia licin, jarang muncul di tempat umum, dan selalu berpindah lokasi seakan tahu ada yang memburunya.

Nama itu, Ralph "The Hyena" Morris. Seseorang yang dulu menjadi tangan kanan Garrett saat mengatur eksekusi Henry. Sejak kejadian itu, Ralph menghilang dari radar, hanya muncul untuk urusan yang sangat penting.

Piero menghabiskan seminggu penuh menelusuri gosip di jalanan, menyuap informan kecil, bahkan pura-pura menjadi kurir barang ilegal untuk menyusup ke lingkaran peredaran narkoba. Jejak tipis mulai muncul, desas-desus Ralph akan menghadiri pertemuan rahasia di sebuah gudang tua di pinggir dermaga malam ini.

Jam menunjukkan pukul 23.45 saat Piero tiba di lokasi. Dari balik kegelapan, ia mengamati gudang itu. Hanya ada satu pintu masuk, dijaga dua orang bersenjata. Lampu-lampu kuning pucat menerangi jalanan basah bekas hujan.

Lalu ia melihatnya, Ralph, dengan jaket kulit hitam, berjalan keluar sambil tertawa keras. Senyum lebar memperlihatkan giginya yang berantakan. Itulah tawa yang dulu saksi-saksi dengar saat Henry mati di tangan mereka berlima.

Piero merasakan darahnya mendidih, tapi ia menahan diri. Malam ini bukan untuk emosi, ini adalah momen berburu, dan pemburu selalu sabar sebelum menarik pelatuk. Ia mengikutinya dari kejauhan, menunggu waktu yang tepat untuk menutup jarak.

“Akhirnya… aku menemukanmu.” gumam Piero.

Namun keberadaannya disadari oleh seseorang. "Hei, kau! Apa yang kau lakukan di sana?!"

Piero tidak berlari atau menunjukkan ekspresi takut, ia justru menghampiri orang yang menyerukan namanya sambil menunjukkan bungkusan berisi barang ilegal di tangannya. "Dimana ketua? Aku membawa paket pesanannya."

"Oh, kau kurir?" kata pria di depan Piero itu sebelum menyuruh anggotanya mengantarkan Piero langsung pada pemesan barang tersebut tanpa perantara.

Di dalam ruangan berbau asap rokok dan debu besi, Piero menyerahkan bungkusan kecil yang ia bawa dengan hati-hati. Pria bertubuh gempal di hadapannya membukanya sekilas, lalu tersenyum puas. Dari laci meja, ia mengeluarkan segepok uang, jumlahnya cukup besar untuk membuat banyak orang tergiur.

“Sekarang kau bisa pergi. Dan pastikan… pura-pura tidak pernah melihat apapun yang terjadi di sini,” ucap si penerima barang dengan nada peringatan.

Piero hanya mengangguk datar. Saat ia hendak memutar gagang pintu, tiba-tiba pintu itu terbuka dari luar. Sosok tinggi dengan jaket kulit hitam masuk, menebarkan aroma parfum murahan bercampur bau tembakau. 

Ralph melangkah melewati Piero tanpa sedikit pun menaruh curiga, tak tahu bahwa anak muda yang baru saja ia lewati adalah… akan menjadi alasan kematiannya.

“Semoga kau sempat bertobat sebelum ajal menjemputmu besok,” batin Piero, matanya menatap sekilas pada Ralph, penuh perhitungan.

Ralph yang merasa diperhatikan, menoleh cepat. Namun Piero sudah melangkah keluar dan menutup pintu di belakangnya.

“Siapa tadi itu?” tanya Ralph curiga.

“Hanya kurir. Abaikan saja,” jawab si pria gempal sambil kembali menatap bungkusan.

Di luar, udara malam menyambut Piero. Ia bersiul pelan sambil menimbang-nimbang uang di tangannya, senyum tipis muncul di bibirnya.

“Dunia busuk ini… rasanya ingin segera kuacak-acak habis-habisan,” gumamnya lirih, lalu menghilang ke dalam gelap, seperti pemburu yang sudah menandai mangsanya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Humming of Death   Bab 19

    Berita tentang rencana pernikahan Garrett dan Laura merajalela di media. Dari televisi, portal online, hingga forum-forum bisnis, semuanya membicarakan sosok Garrett Carpenter. Bukan hanya karena statusnya sebagai CEO muda perusahaan Carpenter, tapi juga karena ia selalu tampil misterius. Tak seorang pun pernah melihat siapa wanita yang akan mendampinginya, dan justru hal itu membuat rasa penasaran publik semakin membuncah.Nama Garrett kini seperti bintang di langit Boston. Dari kalangan bisnis, politik, hingga masyarakat biasa, semua hampir memujinya tanpa henti. Popularitasnya melambung, reputasinya seakan tak tergoyahkan.Namun di sudut ruang gelap apartemennya, Piero menatap layar laptop yang menampilkan berita itu. Tangannya meraih segelas kopi dingin, lalu ia menyandarkan bahu ke kursi. Sekilas, wajahnya tampak tenang. Tetapi begitu matanya menajam, sudut bibirnya terangkat membentuk seringai yang menusuk.“Permainan… dimulai.” gumamnya dingin.__Malam itu, suasana di markas b

  • Humming of Death   Bab 18

    Seperti yang sudah Piero janjikan pada Laura, diam-diam ia membawa Laura pergi menuju ke makam tempat peristirahatan terakhir Henry berada. Meskipun sebenarnya Piero tau, setiap langkah yang ia ambil ini mengandung resiko, anak buah Garrett bisa saja mengikutinya, dan karena itu Piero harus lebih cerdas untuk mengelabui mereka.“Apa hubunganmu dengan Henry sebenarnya, mengapa kau bisa tahu dimana dia dimakamkan?” tanya Laura tiba-tiba, suaranya datar tapi penuh penasaran.Piero melempar senyum tipis, setengah menutupi rasa tegang. “Aku mengenalnya, cukup itu saja yang kau tahu.”Perjalanan panjang berujung pada kecurigaan yang terkonfirmasi, bayangan di belakang mereka bukan kebetulan. Ada orang yang membuntuti. Piero menelan nafas, menahan cemas. Dia menengahi rute, mengarahkan langkah ke makam lain yang jauh dari tujuan sebenarnya, sebuah gerakan kecil untuk menyingkirkan pengikut.“Di mana makam kedua orang tuamu?” Piero balik bertanya, nada suaranya dibuat ringan agar tidak menimb

  • Humming of Death   Bab 17

    Hari-hari berlalu, dan Piero terus berusaha menjaga langkahnya. Ia tak boleh membuat kesalahan sekecil apa pun. Setiap tugas dari Garrett ia selesaikan dengan mulus, tanpa cela, seolah benar-benar anak buah yang setia. Dan hasilnya, Garrett mulai mempercayainya. Ia sering mengajak Piero ikut serta dalam aksi kotor, membawanya ke tempat-tempat di mana rahasia kelamnya tersimpan. Namun, semakin dalam Piero menyelami dunianya, semakin ia sadar, Garrett tidak memiliki hati nurani. Pria itu memperlakukan nyawa orang lain seperti debu, bisa dibuang kapan saja. Dan itu membuat dendam dalam hati Piero tumbuh semakin besar. Tapi menghadapi Garrett tak bisa sembrono, salah langkah, nyawanya akan berakhir seketika. Hari itu, mereka berada di sebuah gudang senjata. Situasi kacau. Tembakan bersahutan, ledakan kecil terdengar dari sudut-sudut ruangan. Asap mesiu memenuhi udara. “Pier, kiri!” teriak salah satu rekan Garrett. Refleks, Piero menunduk, berguling ke tanah, tangannya meraih pistol yan

  • Humming of Death   Bab 16

    Hari demi hari bergulir. Sejak bergabung, Piero mulai mendapat tugas dari Garrett lebih sering dari biasanya. Tugas-tugas yang membuat tangannya kotor, yang memperlihatkan langsung sisi kelam Garrett, kejahatan yang tidak pernah masuk berita, kejahatan yang dunia tidak pernah tahu.Sebulan penuh ia menyelami lingkaran pria itu, dan barulah Piero menemukan alasan mengapa sang kepala sekolah mau menjadi boneka Garrett. Ancaman. Jika ia tak patuh, sekolah akan diledakkan saat ribuan siswa masih berada di dalam kelas. Pilihan itu tak manusiawi, dan sang kepala sekolah memilih tunduk agar anak-anak itu tetap bernafas.Hari ini, Piero berdiri di belakang panggung, menyaksikan Garrett diwawancarai media. Senyumnya penuh karisma, setiap kata yang keluar dari bibirnya seolah mampu menghipnotis semua orang. Para jurnalis terpukau, publik akan semakin mengaguminya. Dan itu membuat perut Piero mual.Ketika wawancara usai, Piero mengikuti Garrett menuju mobil. Di perjalanan, Garrett bersandar sant

  • Humming of Death   Bab 15

    Satu minggu telah berlalu tanpa ada tugas atau panggilan dari Garrett. Namun Piero tidak pernah berhenti mengawasi, ia tahu pria itu tidak pernah diam. Sore itu, langkah kakinya membawanya ke sebuah gedung tua, tempat berkumpulnya orang-orang yang seakan sudah tidak dianggap sebagai manusia lagi.Begitu pintu berderit terbuka, aroma busuk menusuk hidungnya. Campuran alkohol basi, keringat, dan sesuatu yang lebih gelap. Di dalam, tubuh-tubuh kurus dengan mata sayu berkeliaran bagai mayat hidup. Bahu mereka membungkuk, tangan terkulai, seakan siap jatuh kapan saja.Lantai dipenuhi botol kaca kosong, sebagian masih berisi cairan berbahaya yang membuat mereka menjadi zombie yang merangkak dalam dunia halusinasi. Jumlahnya menggunung, menandakan betapa banyaknya orang yang sudah terseret dalam cengkraman Garrett.“Carlo, ada pemasukan dari Garrett beberapa hari terakhir?” suara Piero terdengar tenang, tapi matanya awas, mengamati setiap gerak di ruangan itu.Carlo yang tengah duduk santai

  • Humming of Death   Bab 14

    Keesokan harinya, Piero dipanggil kembali ke kediaman wanita yang semalam ia temui. Ia tidak tahu apa alasan panggilan itu, namun pria berambut cepak yang kemarin menyambutnya langsung mengarahkan langkah ke halaman belakang. “Nona ingin bicara denganmu,” ucap pria itu dingin. Piero melangkah perlahan, dan dari kejauhan, ia melihat sosok Laura duduk di bawah pohon flamboyan tua. Angin sore menggerakkan helaian rambut hitamnya yang terurai, membuatnya tampak seperti sosok rapuh yang terkunci dalam dunia asing. Piero berhenti tiga meter di belakangnya. “Duduklah,” ucap Laura tanpa menoleh. Piero berdehem singkat lalu mendekat, duduk di kursi besi berkarat yang berhadapan dengannya. Meja bulat kecil di antara mereka menjadi batas tipis, seakan garis pemisah antara dua rahasia besar. “Apa yang membuatmu memanggilku kemari?” tanya Piero, suaranya sengaja datar. Laura menatapnya lekat, matanya seperti berusaha menembus wajah Piero. Namun di balik tatapan itu, tersimpan kesedihan yang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status