Hana kini sudah berada di dalam sebuah restoran Itali, tempat biasa ia makan siang dengan Mike. Astaga, wajahnya merona-rona bahagia saat membayangkan bagaimana ekspresi Mike saat tahu jika dirinya kini sedang hamil anak lelaki tersebut. Bayi ini akan menyatukan mereka, dan Hana tahu bahwa Mike benar-benar sangat mengharapkan bayi tersebut.
Tak lama, Hana melihat sosok tinggi tegap itu datang menghampirinya, sosok yang amat sangat tampan dengan mata coklatnya. Tanpa sungkan Mike langsung memeluk Hana yang sudah berdiri dan tanpa malu lagi dia mendaratkan ciumannya pada bibir Hana.
Mike lalu duduk di hadapan Hana.
“Umm, maaf, aku yang memesankanmu makan siang.” Kata Hana kemudian ketika seorang pelayan mengantarkan pesanan Hana.
“Tidak apa sayang, kamu tahu seleraku.” jawab Mike dengan lembut. “Lalu, sekarang ada apa? Aku tahu kamu tidak hanya mengajakku makan siang saja, bukan?” tanya Mike sambil menyantap pasta yang be
Hana tidak bisa menghentikan tangisnya, tangis tanpa suara. Hana tidak ingin Mike, lelaki brengsek itu mengetahui jika dirinya masih menangisi diri Mike.Tadi malam, Hana kembali ke rumah kontrakannya bersama Dara. Berkali-kali Dara menanyakan apa yang terjadi, tapi sekalipun Hana tidak menjawabnya. Hana masih sibuk menangisi nasibnya. Kenapa Mike tega melakukan hal ini padanya? Meninggalkannya disaat dirinya membutuhkan sosok Mike sebagai ayah dari bayi yang dikandungnya. Bagaimana Hana menghadapi semua ini? Menghadapi orang tuanya? Menghadapi Revan, kakaknya?Akhirnya Hana bisa tertidur karena lelah menangis. Paginya lagi-lagi Hana terbangun karena mual hebat. hingga membangunkan Dara. Dara sempat mengajak Hana ke rumah sakit tapi tentu saja Hana menolaknya. Hana belum ingin memberitahukan keadaannya pada siapapun juga termasuk Dara, sahabatnya sendiri.Hari ini niat Hana adalah ke kantor pagi-pagi dan menenggelaman Diri dengan tumpukan berkas-berkas periklana
Hana masih saja tak berhenti menangis. Dara bahkan sudah membelikan coklat, ice cream dan lain sebagainya agar Hana lebih baik lagi, namun ternyata tidak ada gunanya. Hana masih saja menangis.“Hana, ceritakan padaku apa yang terjadi padamu.” Sekali lagi Dara membujuk Hana.Hana hanya menggelengkan kepalanya. Tentu saja Hana belum berani bercerita jika dirinya saat ini sedang putus hubungan dengan Mike dalam Keadaan hamil.“Hana, jika kamu tidak bercerita, aku akan pulang dan tidak mau lagi berteman denganmu. Please Hana. Beri tahu aku apa yang terjadi padamu.”Hana lalu memeluk Dara dan tangisnya semakin pecah. “Aku dan Mike sudah berakhir Dara. Kami sudah berakhir.” Akhirnya Hana buka suara.“Apa? Kenapa bisa?”“Kupikir dia sudah memiliki wanita lain, Dara.”“Apa wanita itu orang luar? Maksudku dia orang asing?”Hana seketika melepaskan pelukanny
Jam setengah tujuh malam Hana baru sampai di rumah kontrakannya. Dara benar-benar khawatir dengan keadaan Hana, hampir saja Dara keluar mencari Hana karena tak kunjung pulang. Belum lagi Revan yang tadi sempat meneleponnya karena ingin menemui Hana lagi. Ahh lelaki itu benar-benar membuat Dara pusing.“Mas Revan menelepon lagi. Dia akan ke sini.” kata Dara sambil membuatkan Hana segelas susu hangat untuk ibu hamil.“Sejak kapan kalian dekat?”“Dekat? kami tidak dekat, Hana.” Kali ini Dara sudah duduk di hadapan Hana sambil memberikan susu tersebut.“Mas Revan jarang dekat dengan wanita setahuku, tapi dia sering meneleponmu.”“Dia meneleponku karena ingin tahu keadaanmu, kamu pikir dia harus menelepon siapa selain aku?”“Tapi wajahmu memerah setiap kali kita membicarakan tentang kakakku itu.” Kali ini Hana berbicara dengan nada menggoda.“Hahahaha kamu pikir
Mike menuntun Hana masuk ke dalam mobilnya. Hujan masih saja belum reda, tubuh yang basah kuyub membuat Hawa dingin seakan-akan menusuk hingga ke tulang. Gemeletuk gigi membuat Mike menatap ke arah Hana. Wajah pucat itu.. bibir biru itu.. Sial!! Dia kedinginan.Mike meraih jasnya yang berada di jok belakang. Dengan sedikit kesal Mike melempar jas tersebut ke arah Hana."Pakai ini." katanya sedingin mungkin.Bukan, Mike bukan kesal terhadap Hana, tapi kesal dengan dirinya sendiri yang selalu memperhatikan Hana, yang tidak tega dengan keadan Hana yang menyedihkan. Ada apa dengannya?Dengan tangan gemetar menahan rasa dingin yang merayapi sekujur tubuhnya, Hana mencoba mengenakan jas tersebut. Tapi tidak bisa. tanganya terlalu gemetar, tubuhnya terlalu lemas karena kedinginan.Akhirnya Mikelah yang memakaikan jas tersebut lengkap dengan umpatan khasnya dalam hati. Mike lalu menyalakan penghangat di mobilnya. Kemudian ia mulai menjalankan mobilnya menu
Mike mengemudikan mobilnya tanpa banyak bicara. Pikirannya masih kacau. Bagaimana mungkin Hana bisa begitu mempengaruhinya hingga hampir saja dirinya jatuh kedalam pesona Hana kembali? Dilihatnya wanita yang duduk di kursi sebelahnya. Wanita itu sedang tertidur pulas dengan wajah pucatnya.Pucat? Tunggu dulu. Mike memberhentikan mobilnya di pinggir jalan, di rabanya kening Hana. Sial! Wanita ini demam. Mungkin karena kehujanan kemarin malam. Dan astaga, apa wanita ini sudah makan teratur hari ini?“Hana bangun.” Mike mengguncang bahu Hana.Hana sedikit terkejut mendapati Mike yang sudah sangat dekat dengannya. “Apa kita sudah sampai?”“Kamu demam, aku akan membawamu ke rumah sakit.” kata Mike dengan dingin.“Tidak perlu Mike, kamu hanya perlu mengantarku pulang. Aku bisa ke dokter sendiri.” kata Hana yang langsung menunduk saat mendapat tatapan tajam dari Mike.“Kamu sudah tahu bagaimana
Hana sedikit risih saat semua mata tertuju padanya. Bagaimana tidak, hari ini dirinya di pindah tugaskan menjadi sekertaris pribadi CEO, belum lagi ruangannya yang menyatu dengan ruangan Mike sang CEO, sangat berbeda dengan ruangan sekertaris pribadi Mike lainnya yang ruangannya ada di luar ruangan Mike.Di tambah lagi Mike yang juga ikut sibuk membantu Hana memindahkan barang-barangnya dari meja lama ke meja baru Hana. Mungkin saat ini akan ramai gossip dirinya dan Mike di kalangan pegawai lainnya.“Kenapa kamu melamun saja? Apa kamu tidak ingin membenarkan letak semua barang-barangmu itu?” tanya Mike dengan napas tersenggal-senggal karena baru saja mengangkat sekardus besar barang-barang Hana.“Emmm.. Mereka pasti membicarakanku.”“Lalu kenapa? Bukan mereka yang menggajihmu.”“Tapi Mike, aku merasa sedikit risih.”Dan Mike tidak mengucapkan sepatah katapun. Mike hanya menatap Hana dengan tata
Hana terbangun ketika mendapati seorang lelaki bergelung dengan mesranya di dalam pelukannya, tidur dengan nyaman dengan memeluk perutnya dan sesekali mengecupnya lembut. Ohh.. ternyata lelaki ini sudah kembali menjadi lelaki yang dikenalnya dulu.Mike tiba-tiba tersentak dan memandang ke arah Hana. “Ada apa Mike?” tanya Hana sedikit terkejut saat mendapati Mike memandangnya dengan tatapan terkejutnya.“Dia berbicara.” kata Mike kemudian masih dengan wajah terkejutnya.Hana tak bisa menahan tawanya saat melihat tampang Mike yang menurutnya sangat menggelikan tersebut. “Mana mungkin Mike? dia belum bisa bicara.” kata Hana masih disertai dengan tawanya.“Kamu tidak percaya denganku?”“Mike, dia tidak mungkin bicara, dia belum bisa bicara Mike.”“Tapi aku tadi benar-benar mendengarnya, Hana. Sungguh.”“Apa yang kamu dengar?”“Emm... Mungkin s
Mike melangkahkan kakinya dengan sedikit lemas, masuk ke dalam apartemennya dan mendapati Hana sudah tidur meringkuk dalam kamarnya. Mike mendekati Hana, duduk berjongkok di hadapan Hana.“Hana, apa kamu sudah tidur?”Hana mencoba mengedip-ngedipkan matanya berkali-kali melawan semua kantuk yang menderanya. “Mike, kamu baru pulang? Jam berapa ini?”“Masih jam satu dini hari.”Hana terduduk sambil sesekali menguap. “Kanapa kamu baru pulang? Ada masalah?” tanya Hana sedikit khawatir. Ya, tentu saja, Hana mengira jika Mike memiliki masalah serius dengan sang ibu. Mengingat Mike sempat menyembunyikan keberadaan ibunya dari Hana, dan itu membuat Hana sedikit curiga, kenapa Mike melakukan hal itu.“Tadi aku pulang sebentar ke rumah ibu. Jadi baru kembali.” Sesekali Mike mengusap perut Hana yang mulai membuncit. “Maafkan aku membuatmu menunggu.”Hana tersenyum hangat, “Ak