"Bukannya itu Tamara, Kha?" Tanya Dika tapi dia takut salah."Hem, udah ayo! Nggak usah bahas dia," ajak Arkha berjalan menuju meja pojok agak jauh dari Tamara. Namun Tamara tahu jika, Arkha sengaja menghindar darinya."Oke Arkha sayang, waktunya beraksi."Tamara berjalan menuju meja Arkha untuk sesuatu rencana. Perlahan kaki jenjang mulus Tamara mendekat."Hai Arkha, Virgo, Dika dan Mario?""Hai, Tamara. Kau macam absen kelas aja?" gurau Mario."Hahahaha, jadi inget ya waktu SMA jadi bucin," Tamara sambil melirik kearah Arkha.Arkha tak menggubris obrolan tak penting, ia memilih beranjak dari kursi untuk menuju toilet. Dengan gerakan cepat, Tamara mengikuti dan pura-pura menabrak Arkha.Bruk"Maaf Kha, kau tak apa?" Tamara mencoba membersihkan jas kebesaran Arkha."Sial! Bisakah kau menjauh dariku?""Oke, santai, Kha. Aku pergi."Tamara sedikit terkejut dengan ucapan Arkha menjadi galak padanya. "Huh, kalau bukan demi hartanya tak sudi aku direndahkan dia, BRENGSEK KAU, ARKHA!" bat
"Ini lipstik siapa?" tanya diri Nina sendiri..Nina mencoba mengingat pesan singkat dari seseorang tak dikenal yang menyuruh membuka paket tadi."Apa ada hubungan sama paket tadi?" pikirnya.Saat asyik menerka, ada sebuah ketukan dari pintu kamar mandi membuat lamunannya buyar.TokTok"Sayang, kamu di dalam?" tanya Arkha"Iya kak, bentar," teriak Nina, lalu tak lama Nina keluar dai kamar mandi.Ceklek"Sayang, kamu lagi apa?""Maaf kak, tadi perutku sakit tapi sekarang udah nggak.""Apa perlu kita periksa ke dokter, sayang?""Nggak perlu kak. Ya udah, kakak mandi aku mau taruh baju kotor kakak.""Sayang, taruh di depan kamar aja. Aku nggak mau kamu sakit atau kecapekan.""Baiklah, kak."Arkha mengulas senyum mengelus puncak kepala istri lalu ia masuk ke kamar mandi. Sedangkan Nina menaruh baju kotor Arkha di depan kamar.Beberapa menit, akhirnya Arkha selesai ritual mandi. Wajah Arkha nampak segar dan terpampang jelas tubuh atletisnya membuat Nina memalingkan wajahnya. Arkha tahu jika
Seketika jantung Nina terpompa lebih cepat, rasanya sungguh tak karuan. Semula hatinya penuh bahagia kini berubah dalam sekejap mendengar kata itu. "Nggak mungkin, suamiku," batin Nina masih berusaha tenang.Tak lama, Arkha kembali menemui sang istri."Sayang, ada apa?""Kak, aku tadi hanya ingin minta maaf. Oh ya, mau sarapan apa?" ucapnya sambil menahan tangis."Kita makan bareng ya!" ajaknyaSeketika Nina bahagia ternyata suaminya tak marah lagi."Iya kak. Apa kakak masih marah soal tadi?""Soal yang mana sayang?""Yang tadi itu.""Udahlah, kita mending sarapan!"Keduanyapun turun ke bawah menuju ruang makan, disana sudah tersaji beberapa hidangan pagi seperti biasa. Nina mengambilkan Arkha sepotong roti dengan selai coklat serta kopi hitam kesukaan."Ini kak.""Makasih sayang.""Sama-sama.""Oh ya, nanti aku pulang telat. Kamu baik-baik dirumah ya.""Iya kak, kakak juga hati-hati kerjanya.""Iya pasti."Beberapa saat Julia dan Alan serta Firman menghampiri mereka."Pagi semua.""
"Stop!"Tiba-tiba ada seruan membuat semua menoleh, dan ternyata "Sialan, ngapain elo teriak kayak di hutan," sergah Arkha pada sahabatnya Virgo."Hee ... sorry bro. Slow, gue iri tahu kalian semesra itu.""Kurang kerjaan banget sih lo."Dan tanpa di duga, ada dua wanita cantik datang masuk ke dalam acara membuat Virgo dan Mario terkejut. Wanita cantik itu berjalan menuju Nina sambil membawa sebuah bucket cantik."Hai cantik, ini untukmu," ucap Mita dan Ana."Kalian, makasih udah datang kesini," peluk penuh kegembiraan Nina pada kedua sahabatnya.Dari kejauhan Virgo dan Mario bahagia, dengan segera menata rambut saat keduanya melihat bidadari yang pernah mereka jumpai. Kaki jenjang kedua pria tampan itu mulai melangkah menghampiri namun belum sampai di dekat Nina, sudah ada seruan dari pria tampan siaplagi kalau bukan Arkha."Stop!""Astaga, ada apa Arkha. Ganggu saja?" keluh Virgo kesal."Aku tahu kalian berdua mau apa, stop disitu. Acara berlanjut.""Huh, untung bos," batin Mario m
"Kenapa kamu, nak?" tanya Firman bingung karena mendengar sedikit umpatan dari menantunya."Em, maaf Ayah. Ada masalah sedikit. Arkha berangkat dulu.""Iya , nak."Saat akan masuk ke dalam mobil, Arkha berpapasan dengan Wiliam dan Julia."Mama, Papa.""Kau mau kemana?""Aku keluar kota, Pa, Ma. Ada masalah dihotel kita.""Masalah apa, Arkha?""Ada manipulasi data keuangan, Pa.""Ya udah, kamu hati-hati.""Iya pa."Arkha masuk ke dalam mobil dan melaju menuju keluar dari halaman megah itu. Sedangkan di tempat pengadilan, sudah ada Virgo dan Mario mendengar putusan hakim."Kau sudah nyalakan kameranya, Vir?""Udah.""Oh ya, setelah ini aku ijin ke kampung Lili, aku mau menemui Mita," ucap Virgo sambil senyum-senyum sendiri."Hah, ngapain? jangan bilang kau mau ngelamar?""Menurutmu?"Mario geleng-geleng kepala melihat tingkah sahabatnya. Mario teringat jika ia masih susah menjalin hubungan lebih serius dengan Ana.Tak lama, sidang dimulai terlihat kedatangan Dika dan juga Wiliam mengha
"Sayang, duduklah dulu! Arkha harus berobat ke Singapura karena disana lengkap alatnya untuk terapi dan semua. Dokter juga bilang, ada yang sengaja menaruh cairan ke dalam makanan atau minuman dan akhirnya membuatnya lumpuh.""Tidak mungkin, Pa," Julia menangis."Sayang, sabar ya. Doakan semua lancar, Arkha cepat kembali. Aku bingung ngomong sama Nina bagaimana?""Om, biar aku saja yang bilang," ujar Virgo.""Tak usah Vir, nanti dia malah curiga. Biar aku saja.""Baiklah.""Mario dan kamu Virgo, aku minta tolong selidiki terakhir Arkha makan dimana dan mintakan kopian cctv itu lalu cari tersangkanya.""Kenapa tak lapor polisi, Pa?""Aku akan menangani ini sendiri, untuk tersangkanya biar hukum.""Ya udah, ayo kita keluar! Aku akan bicarakan sama Nina."Semua mengangguk dan keluar dari ruang kerja. Kini, Wiliam menuju taman mencari menantunya tersebut. Disana nampak keceriaan menantunya terpancar membuat Wiliam ragu memberikan kabar. Perlahan langkah kaki Wiliam mendekat kearah Nina ya
Tiba-tiba Nina keluar dari mobil lalu memanggil mertuanya."Pa..."Wiliam terkejut lalu berbalik badan."Nina, ada apa nak?""Pa, Kak Arkha ada dimana?"Wiliam terkejut kenapa Nina bertanya kembali sama halnya dengan Virgo, Mario dan kedua sahabat Nina. Wiliam berusaha santai mungkin ia tunjukkan lalu memberitahu. "Nin, Arkha sedang diluar negeri menangani perusahaan. Papa mohon kamu bersabarlah.""Tapi dia baik saja bukan?""Iya, nak.""Baiklah, Nina percaya. Maafin Nina," ucapnya tak bersemangat."Papa yang minta maaf. Kamu hati-hati!""Baik, Pa."Nina melambaikan tangan sambil tersenyum dan masuk kembali ke dalam mobil. Kini, mobil mereka melesat menuju mal tak jauh dari kediaman Wiliam. Kini mobil yang ditumpangi Nina dan sahabatnya sudah sampai di mal. Nina perlahan turun diikuti para sahabat. Semua mata tertuju pada Nina karena diikuti para bodyguard yang tak jauh darinya. Nina awalnya agak risih tapi ia ingat ada bayi dikandungan, ia berpikir demi keselamatan bayinya karena d
"Kak, ada apa?""Nina tak sadarkan diri," ucap Arkha sambil menangis."Astaga, ya Tuhan."Lalu Mita berlari melihat keadaan Nina dari pintu kaca. Mereka berdua menangis sesegukan memikirkan sahabatnya."Nina bangun! kamu janji bakal merawat anakmu," batin Mita menangis.Dan tak lama terdengar suara sepatu beradu datang mendekat."Arkha, bagaimana Nina?" tanya Mama Julia."Nina tak sadarkan diri, Mom.""Apa?"Tiba-tiba Julia jatuh pingsan mendengar menantu kesayangannya tak sadar. Dengan sigap Wiliam dan Arkha membawa ke UGD. Disana, Julia diperiksa dokter. "Tuan, Nyonya hanya shock saja. Apa perlu saya suntik penenang?" tanya Dokter pada kedua pria itu."Tak perlu, dokter. Terimakasih.""Ya sudah, saya permisi dulu.""Silahkan, Dokter!"Sesaat Julia tersadar lalu menangis sesegukan, dan Wiliam memeluknya memberi ketenanangan. "Tenang, sayang.""Aku akan membawa Daniel kesini agar Nina bisa tertangani baik."Julia tak mampu berkata lebih banya dia hanya mengangguk. Sedangkan Arkha me