Share

Bab 19

Hidupku tidak pernah sepenuhnya menjadi milikku.

Kekecewaan dan kesedihan yang kurasakan

nyatanya melukai orang lain juga.

Kini aku harus membahagiakan diriku

untuk mengobati luka mereka.

Laras mengetuk pintu kamarku yang terbuka. Sepertinya dia baru saja pulang kerja karena dia masih memakai seragamnya. Rambutnya yang lepek karena tertutup jilbab seharian, masih diikat ekor kuda.

"Kok baru pulang? Lembur ya hari ini?" tanyaku sambil meletakkan Men Coblong karya Oka Rusmini yang mulai kubaca sejak satu jam yang lalu.

"Enggak, Mbak. Tadi sekalian mampir ambil pesanan batik buat seragam lamaran."

"Sudah jadi seragamnya?"

"Kalau seragam laki-laki sudah jadi, siap pakai. Tapi untuk yang perempuan, cuma bentuk kain sepanjang dua meter. Biar jahit sendiri-sendiri. Tahu sendiri lah, Mbak. Ibu-ibu lebih ribet kalau urusan baju."

Aku melihat air muka Laras sedikit sedih. "Trus kamu ngapain di sini? Bukannya langsung mandi. Ini sudah jam tujuh malam lho."

"Ibu ada di ruang tamu. Mau ketemu sama
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status