Share

Empat : Kenapa Harus Alin

Author: Rilla
last update Last Updated: 2023-01-31 00:01:22

Alin membanting pintu kamarnya dengan sangat keras. Ia tak peduli pintu itu akan hancur. Ia sangat ingin berteriak sekeras mungkin.

"KALIAN MINTA AKU MENGEMBALIKAN SEMUANYA BUKAN? BAIKLAH! AKAN KU TURUTI. TAPI SETELAH INI, JANGAN HARAP AKU AKAN LUNAK!!!"

Alin berteriak keras seperti orang kesetanan. Ia hanya ingin melepaskan sesak di hatinya. Semua kekecewaan yang selama ini ia rasakan dan berakhir dengan puncak yang sudah meledak.

Ia tahu bagaimana akhir dari masa depannya. Karena besok adalah hari penentuan. Sedangkan uang itu belum ia dapatkan. Ia sudah meminjam ke sana ke mari. Menemui satu per satu teman-temannya dulu. Namun sikap mereka seperti tak mengenalnya. Adapun yang sudah berhasil, namun mendadak menjadi manusia paling miskin di dunia.

Apalagi saat ia mendengar kalimat dari mamamya tadi. Ia semakin tak ada semangat lagi untuk mendapatkan uang sebanyak itu.

Pasrah? Memang itu yang akan ia lakukan. Menanti hari esok dengan perasaan campur aduk.

Ia sudah tak peduli lagi dengan masa depannya. Ia tak peduli lagi dengan impiannya menikah dengan pria yang ia cintai, punya anak dan hidup bahagia. Ia sudah tak peduli.

Alin meraih ponselnya. Ia melihat banyak pesan dan panggilan dari Zaki. Alin mencoba menghapus pesan tersebut, tanpa membacanya terlebih dahulu. Bahkan tak ada niatan dari Alin untuk kembali menghubungi Zaki.

Ia menghela nafas panjang. Ia mencoba untuk tak melibatkan Zaki saat ini. Sudah cukup banyak Zaki membantunya. Jadi ia tak mau melibatkan sahabatnya itu lagi.

Esok paginya, Alin terbangun dengan mata yang sembab. Semalam Ia menangis sejadi-jadinya sampai ia tertidur karena lelahnya.

Alin meraih ponselnya yang ada di samping bantalnya dan melihat layar ponsel tersebut. Dan sama seperti semalam, ada banyak panggilan telpon dan pesan dari Zaki. Dan yang ia lakukan adalah menghapus kembali tanpa ia baca.

Ia menghela nafas kasar. Ia tak mau lagi melibatkan Zaki. Alin memutuskan untuk mematikan ponselnya. Menyimpan ponsel tersebut ke dalam koper kecilnya yang semalam sudah ia siapkan. Berharap dengan ini, tak ada yang mencarinya pagi, termasuk Zaki.

Setelah menyimpan ponselnya tersebut, ia pun melanjutkan dengan memilih beberapa pakaian miliknya dan memasukkan pakaian tersebut ke dalam koper kecil miliknya. Ia hanya membawa tujuh pasang baju dan menyingkirkan sisanya.

Sisa dari pakaiannya ia bungkus ke dalam kantong kresek besar dan untuk ia buang. Sungguh, ini jahat memang. Namun ia tahu akan masa depannya seperti apa. Jadi ia tak butuh semua itu lagi. Hak nya di rumah ini pun sudah lenyap. Jadi tak perlu semua barang-barangnya ada di sini lagi.

Alin akan menghilangkan jejak dan hidup dalam penjara seorang pria kaya raya bernama Tian.

Setelah dirasa semua miliknya tak ada lagi yang diluar, ia pun membawa satu persatu turun ke bawah dan langsung ia kumpulkan di depan rumahnya.

Saat ia turun, langkahnya terhenti saat ia melihat mamanya sedang berada di ruang tamu duduk sendirian. Alin mencoba untuk tak peduli lagi. Biarkan ini menjadi pengorbanan terakhirnya sebagai anak. Setelah ini ia sudah tak peduli lagi.

Ia melewati begitu saja mamanya yang sedang menatapnya.

"Mau kamu bawa ke mana itu Alin?" tanya wanita itu pada anaknya.

"Buang." jawab Alin singkat.

Wanita itu terkejut. Ia langsung berdiri dan mendekati Alin. Ia menahan plastik besar yang berisi banyak pakaian Alin.

"Buang gimana? Kenapa di buang?"

"Haaahh! Alin nggak butuh ini lagi."

"Itu kan baju kamu?"

"Karena baju Alin makanya Alin buang."

"Kenapa di buang. Letakkan saja di kamar."

"Itu bukan kamar Alin lagi. Tepatnya setelah Alin putuskan untuk jadikan diri Alin tebusan." wanita itu tersentak mendengar kalimat dari sang anak.

"Itu masih kamar Alin."

Alin tak menjawab. Ia hanya tersenyum lalu kembali membawa pakaiannya ke tempat pembakaran sampah di rumahnya. Alin melempar pakaian tersebut ke dalam tempat pembakaran lalu membakar bungkusan berisi banyak pakaiannya sampai habis. Ia lalu kembali untuk mengambil yang lain dan melakukan hal yang sama.

Walaupun mamanya mencoba untuk menghalangi, namun Alin tetap tak mempedulikan itu. Baginya, ia sudah tak ada hak dan keperluan di rumah ini lagi. Begitu juga dengan barang-barangnya. Karena itu, saat ia keluar dari rumah ini nanti, ia juga ingin semua barang-barangnya ikut menghilang dari rumah tersebut.

Alin menatap penuh luka tempat pembakaran yang saat ini sedang menghanguskan semua barang-barangnya. Tak terasa air matanya menetes. Dengan cepat Alin menghapusnya. Ia tak mau terlihat cengeng lagi. Ia akan menjadi Alin yang kuat.

"Kau harus kuat Alin." ucap Alin menguatkan dirinya sendiri. Ia bahkan sampai menghela nafas panjang berkali-kali agar sesak di dadanya bisa hilang. Setidaknya sedikit berkurang.

Alin berdiri seperti patung di depan tempat pembakaran sampah tersebut. Ia melihat dengan jelas satu persatu barang-barangnya hangus dibakar api. Semakin banyak api yang menghanguskan semua barang-barangnya, semakin bertambah rasa sakit di hatinya. Ia tak yakin rasa sakit hati itu akan terobati dengan cepat.

Alin menengadahkan kepalanya ke atas. Ia menatap langit luas dengan tatapan lirihnya. Inilah puncak dari kekecewaan yang ia rasakan selama ia Hidup. Dan apakah ia harus membenci Tuhan? apa seburuk ini takdir yang Tuhan goreskan untuknya? Kenapa tak pernah ia rasakan kebahagian di rumah ini. Kenapa ia tak bisa leluasa mendapatkan peluk hangat dari orang tuanya.

Ia juga ingin merasa diperhatikan. Ditanya kapan pulang saat bekerja dan didukung oleh kedua orang tuanya. Tapi apa boleh buat, itu akan hanya jadi hayalannya. Bahkan sampai sekarang.

Setelah kekecewaan ini, ia berjanji tak akan lagi peduli dengan orang-orang di sekitarnya. Tak akan peduli lagi dengan semuanya. Ia hanya akan menyayangi dirinya sendiri dan akan selalu berterima kasih karena sudah berjuang sampai saat ini.

Setelah semua barangnya menjadi abu, ia pun memutuskan untuk masuk ke dalam. Namun saat ia hendak melangkahkan kakinya ke dalam rumah, ia dihentikan dengan kedatangan beberapa orang yang ia sudah tahu mereka siapa.

Alin tak menghiraukan. Ia masuk ke dalam dan memberitahu orang tuanya jika beberapa pria brengsek itu sudah datang. Ia Bahkan tak mempedulikan apa yang orang tuanya bicarakan setelah itu. ia sungguh benar-benar sudah tak peduli lagi dengan semuanya.

Alin berjalan masuk ke kamarnya dan mengambil koper kecil berisi pakaian

Yang akan ia bawa dan turun ke bawah. Sebelum turun, Alin memperhatikan kamarnya sekali lagi.

"Jangan menangis Alin. Jangan menangis." ucapnya.

Ia lalu menutup pintu kamar dan turun ke bawah.

Saat pintu tertutup, ia bisa mendengar suara Tian yang menanyakan tentang uang dua mikyar tersebut.

Alin segera turun ke bawah sambil membawa kopernya.

"Kau tak perlu menanyakan uang tersebut. Aku pilih opsi ke dua.!"

*****

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Heru Andok
kenapa mau membuka n harus mengunakan koin. dan tidak ada waktu yg tidak mengunakan koin
goodnovel comment avatar
Topan Setiawan
mantap men
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Hutang Dua Milyar Menjadikanku Tawanan Pria Asing   Chapter 92 (END)

    Tak jauh beda dengan Delon, Haris dan Naura pun baru saja merasakan pelepasan mereka. Dan kini keduanya sedang berada di bawah selimut, setelah tadi Haris berkali-kali melepaskan benihnya dalam rahim Naura. "Capek?" Tanya Haris pada sang istri.Naura mengangguk, "Ngantuk yank." Ucapnya."Ya udah, kamu tidur ya. Aku mandi dulu." Naura lagi-lagi mengangguk. Ia mengeratkan selimutnya untuk kembali tidur, sementara Haris memilih untuk mandi. Tubuhnya terasa begitu lengket setelah pertempuran penuh nikmat yang ia lakukan bersama Naura.Seperempat jam setelahnya, Haris selesai dan kembali masuk ke dalam selimut. Ia memeluk Naura Yang sudah terlelap dan sama-sama mengarungi mimpi.*****Paginya, Kediaman Tian sedang Tak baik-baik saja. Pasalnya sang istri merajuk karena perkara ia minum pakai gelas warna merah. Bahkan keributan itu menarik perhatian pengantin baru.Naura yang saat itu baru masuk ke dalam langsung dibuat heran dengan Alin yang sedang menangis sesenggukan di sofa keluarga. Di

  • Hutang Dua Milyar Menjadikanku Tawanan Pria Asing   Chapter 91

    Tita masih syok. satu kalimat yang tak ia bayangkan akan keluar dari mulut Mas Delon, satu kalimat yang tak pernah ia bayangkan akan ada yang meminta itu padanya, berhasil membuat kerja jantungnya meningkat. Tita menyentuh dadanya lalu menatap Delon. "Mas, Jantung aku." bisik Tita. Delon langsung panik. ia mengeluarkan ponselnya dan mencoba menghubungi seseorang, namun langsung dicegat Tita. "Mas mau ngapain?" tanya Tita cepat."Nelpon dokter. tapi jantung kamu--""Iiiihh Mas Delon. kok dokter sih." Dengan tanpa sadar dan spontan, Tita menarik telapak tangan Delon dan meletakkannya tepat di dadanya. sebenarnya tujuan Tita ingin meminta Delon merasakan detaknya, namun sepertinya yang Tita lakukan adalah sebuah kesalahan. karena bukan merasakan detak jantung Tita, justru Delon yang dibuat berdetak tak karuan."Kerasa nggak?" Tanya Tita polos.Delon belum menjawab. Ia menatap Tita Lamat. Sampai Tita sadar jika ia sudah sedikit keterlaluan. Tia langsung menarik tangan Delon dari dadany

  • Hutang Dua Milyar Menjadikanku Tawanan Pria Asing   Chapter 90

    Pesta pernikahan sudah usai. yang tersisa hanyalah lelahnya saja. namun beda dengan penagntin baru. bukan sisa, melainkan hal baru. bagaimana tidak, keduanya bahkan tak canggung lagi sama sekali berbicara soal malam pertama. dan itu membuat Delon menatap keduanya kesal. adn saat ini mereka sedang berkumpul di rumah Tian. di sana juga ada Tita."Bisa disortir sedikit kalimat kalian?" Ucap Delon sewot. Naura menatap Delon dengan tatapan usil, "Makanya, buruan nikah. jangan sampai Tita disalip yang lain."Tita langsung tersipu. sementara Delon menggerutu kesal."Bro, kalimat yang di pesta tadi serius?" kini giliran Tian mengambil alih."Yang mana?""Kamu lihat? Dia yang saat ini sedang abang--"Buugghh!Sebuah bantal kursi melayang ke arah Tian. dan pelakunya adalah Delon sendiri. gugupnya Delon membuat semuanya tertawa."Ngapain malu. kalau benar ya diakui saja. toh nggak ada yang salah kok. kalau Tita sendiri, mau nggak sama om om seperti Delon?" Delon menatap tajam Alin. namun hanya

  • Hutang Dua Milyar Menjadikanku Tawanan Pria Asing   Chapter 89

    Hari pernikahan."Kak, selamat ya. Akhirnya nikah juga." Ucap Alin dengan bahagia. Ia tak menyangka jika kakaknya akhirnya berakhir di pelaminan dengan kak Haris.Dan status Naura berubah menjadi istri orang tepat satu jam yang lalu. Pesta pernikahan yang bertemakan white garden itu dihadiri banyak tamu. Khususnya dari rekan-rekan Haris dan Tian di perusahaan dan kawan nongkrong.Di tengah-tengah tamu yang hadir, juga ada Delon dan Tita. Gadis itu terlihat begitu cantik. Delon berhasil menyulap Tita menjadi seorang ratu yang begitu sempurna. Dan selama pesta berlangsung, Tita hanya duduk dan sesekali saja berdiri. Delon juga terlihat melayani Tita dengan sangat baik. Sepertinya pria itu sudah tersihir dengan pesona Tita.Sebelum h-1 pernikahan Haris dan Naura berlangsung, Delon datang ke kediaman Tian. Pria itu berkunjung untuk berkumpul bersama sekaligus mengatakan jika besok Tita akan datang ke pesta dan Delon juga mengatakan bagaimana kondisi Tita sebenarnya membuat Naura dan Alin

  • Hutang Dua Milyar Menjadikanku Tawanan Pria Asing   Chapter 88

    Haris dan Naura melihat tim dari WO sedang menyulap aula gedung perusahaan di kantor Tian menjadi ruangan yang dipenuhi berbagai jenis bunga dan lebih mendominasi warna putih. Dan persiapan itu sudah hampir rampung. Setelah dua Minggu pengurusan semuanya, mulai dari surat-surat yang dibutuhkan sampai penentuan konsep pernikahan, bahkan Haris menemui ayah kandung Naura yang sudah pindah ke Bandung untuk memberitahukan rencananya tersebut. Dan kini tibalah saatnya memasuki H-3 pernikahan dirinya dan Naura.Haris merangkul pinggang Naura. "Kamu suka?" Tanyanya pada Naura. Naura mengangguk. "Sangat." Jawab Naura penuh haru. Ia tak menyangka jika dirinya dan Haris akan menikah juga. Dan setelah menikah, mereka tak perlu dipisahkan jarak, karena Haris sudah mendapat izin cuti dari Tian untuk menemani dirinya selama kuliah di Aussie."Oya, kamu sudah dapat info terbaru dari Delon?" Haris menatap Naura yang tiba-tiba menanyakan soal Delon. "Jangan mikir yang aneh-aneh dulu. Kamu sadar nggak

  • Hutang Dua Milyar Menjadikanku Tawanan Pria Asing   Chapter 87

    Alin dan Tian baru saja sampai di Jakarta setelah satu minggu lamanya mereka berbulan madu. dan kedatangan mereka siang ini di sambut oleh Haris dan Naura di bandara. dan sepasang kekasih itu sudah menunggu pengantin baru sejak setangah jam yang lalu.Naura asik menyantap es krim yang Haris belikan di cafe bandara. "Enak banget kayaknya." Goda Haris pada gadis itu."Banget yank. kamu mau?"Haris menggeleng, "Kamu aja. aku lagi nggak mau makan es krim.""Kenapa? panas-panas gini mending makan atau minum yang dingin dingin." Tak tergoda sama sekali, Haris tetap menggeleng. Naura mencibir. Ia kembali menyantap es krim coklat kesukaannya. Dari tempatnya berdiri, Haris bisa melihat pengantin baru tersebut keluar dari pintu kedatangan. Ia segera melambaikan tangannya memberi kode pada Tian di mana posisinya saat ini.Naura yang melihat kehadiran sang adik langsung keluar dari mobil dan berlari mengejar Alin. "Aaaaa kangeeennn." Teriak Naura yang langsung memeluk Alin saat dia sudah sampai

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status