Alin tak bisa menahan rasa kecewanya saat ia mendapati kenyataan jika dirinya dijadikan sebagai penebus hutang sebanyak dua milyar yang dilakukan oleh orang tuanya sendiri pada seorang milyader muda bernama Tian. Tian memberikan dua pilihan, jika tak bisa melunasi, orang tua Alin akan dipenjara seumir hidup, namun jika Alin tak ingin orang tuanya dipenjara, Alin harus siap mengabdikan dirinya pada Tian sampai batas waktu yang tak ditentukan.
Lihat lebih banyak"Mama? Papa? Apa-apaan ini?"
Alin Kamelia Putri atau yang biasa disapa Alin itu syok bukan main saat ia melihat kedua orangtuanya yang sedang berlutut pada seorang pria.Ia langsung berlari menuju orang tuanya dan meminta keduanya untuk berdiri. Wajah mamanya sudah kacau balau. Mata bengkak seperti habis menangis. Begitupun wajah papanya yang terlihat panik."Alin. Alin untung kamu datang nak. Bantu kami." isak mamanya sambil merangkul Alin."Kenapa? Kalian kenapa? Dan siapa orang ini? Kenapa mama sama papa sampai sujud-sujud seperti itu." tanya Alin kesal."Apa kau yang bernama Alin?" tanya Tian basa basi. Padahal sebenarnya ia sudah melihat foto Alin sebelumnya dari anak buah yang ia suruh.Alin menatap pria tersebut. "Iya. Kau siapa? Kau apakan kedua orang tua ku? Jangan macam-macam, aku bisa melaporkanmu ke polisi." ancam Alin yang justru membuat Tian tertawa."Melaporkanku ke polisi? Apa tak salah? Kau yakin?" tanya Tian sambil menatap kedua orang tua Alin.Alin menatap mama dan papanya yang menunduk takut setelah Tian menatapnya.Alin bertanya untuk dirinya sendiri. Ada hubungan apa orang tuanya dengan pria di hadapannya ini. Kenapa orang tuanya setakut itu.Alin menatap Tian sebentar lalu kembali menatap papanya."Dia siapa pa?" tanya Alin yang tak mau berbasa basi lagi.Pria paruh baya itu langsung berdiri. Ia menghampiri Alin dan membawa anaknya itu untuk duduk di sofa."Alin. Begini nak. Mama sama papa mau minta bantuan kamu. Kami tak ingin dipenjara.""Penjara? Apa maksudnya? Siapa yang mau menjarain papa?"Pria itu menatap Tian. Alin memejamkan matanya kesal. Ia lalu menatap Tian nyalang, "Anda sebenarnya siapa? Ada hubungan apa Anda dengan keluarga saya?" berang Alin pada Tian. Bahkan gadis itu sampai berdiri.Tian bertepuk tangan lalu berdiri dari duduknya. Ia lalu memanggil seseorang. Tak lama setelahnya, seseorang muncul di samping Alin membuat Alin terkejut.Orang baru lagi. Ia tak melihat ada pria ini tadi di luar.Pria itu menyerahkan selembar kertas pada Tian lalu Tian menyerahkan kertas tersebut pada Alin."Silahkan baca terlebih dahulu." ucap Tian. Pria itu kembali duduk. Sedangkan Alin tetap berdiri. Alin melirik kertas tersebut dan mulai membacanya satu persatu."Hutang? Dua milyar? Hu--hutang apa ini ma? Kenapa sebanyak ini?" Alin memijit keningnya yang mendadak sakit. Ia terus menbaca sampai ke bawah. Hal itu berhasil membuat tubuhnya lemah tak berdaya. Ia merosot turun ke lantai. "Menjadikan Alin sebagai jaminan?" ucapnya lirih.Ia menatap kedua orang tuanya. Sedangkan yang ditatap hanya bisa menunduk."Apa ini ma? Apa maksud surat ini?" tanya Alin dengan nada yang mulai meninggi. "Hutang dua milyar? Penjara atau Alin jadi jaminan? Apa maksudnya?" dadanya terasa sesak. Alin bahkan sampai kehabisan kata. Sesakit inikah hidupnya? Semalang inikah takdir yang Tuhan gariskan untuknya?.Alin menatap Tian dengan tatapan ingin membunuh. Ia meremas kertas tersebut sampai tak berbentuk lalu melemparkannya kuat pada Tian tepat mengenai wajah Tian. Kelakuan Alin membuat pria yang ada di sebelah Alin langsung menahan tubuh Alin agar tak bisa bergerak lagi."Lepasin! Kalian brengsek! Kalian pasti menjebak orang tua saya!" teriak Alin menggema di dalam rumah."Kau bisa bertanya pada orang tuamu. Apa aku menjebak mereka?" tantang Tian.Alin menatap lirih mama dan papanya. Dari tatapan Alin, seolah gadis itu meminta penjelasan tentang yang terjadi saat ini.Wanita paruh baya itu masih menunduk. Sedangkan papa Alin sudah menatap sang anak."Papa, papa kalah tender saham nak." ucap pria itu yang langsung membuat tubuh Alin kembali lemas. Ia bahkan nyaris pingsan jika tak ditahan oleh pria di sampingnya itu."Jadi apa sekarang? Papa sama mama jebak Alin? Kenapa harus Alin?" tatapan penuh kekecewaan Alin perlihatkan pada kedua orang tuanya."Papa juga tak menyangka nak. Papa nggak tahu sama sekali jika akan terjadi hal yang seperti ini.""Lalu? Apa selanjutnya? Alin dijual?""Alin, kami--""JAWAB SAJA! JANGAN BERTELE-TELE. ALIN BUTUH KEJELASAN."Ck!Decakan terdengar keras dari Tian. Alin langsung menatap pria tersebut, "Dramanya terlalu lama." ucap Tian. "Kalian sanggup melunasi atau tidak?""Alin--"Alin memejamkan matanya saat ia mendengar suara bergetar mamanya memanggilnya."Beri saya waktu, saya akan cari uangnya." ucap Alin mencoba meyakinkan dirinya. Namun permintaan Alin justru membuat Tian tertawa keras."Kau jangan bercanda. Dua milyar bukan uang yang sedikit. Butuh bertahun-tahun bahkan puluhan tahun untuk mencarinya." Tian melangkah mendekati Alin, "Kecuali kau jadi seorang pelacur berkelas." lanjutnya sambil berbisik.Alin menatap Tian penuh amarah. Ia seperti sedang direndahkan. Ucapan Tian sangat menyakitkan terdengar di telinganya."Bajingan kau!" umpat Alin."Orang tuamu yang membuatku menjadi bajingan. Coba mereka melunasinya, tak akan ada kejadian seperti ini." ucap Tian, "Jadi bagaimana? Orang tuamu dipenjara seumur hidup, atau kau jadi pelayanku seumur hidupmu."Dada Alin mendadak sesak. Ia kesulitan berkata-kata. Apalagi saat ia melihat tatapan kedua orang tuanya padanya. Ia tak sanggup membayangkan tubuh yang akan ringkih itu menua bahkan perlahan berangsur tak bernyawa di balik jeruji besi.Takdirnya sejak kecil memang tak baik. Tapi apa sekarang juga harus tak baik. Kenapa Tuhan memperlakukan hidupnya sejahat ini. Apa tak ada secelahpun kebahagiaan untuknya? Apa salahnya? Apa dosa yang sudah ia perbuat, sampai-sampai Tuhan menghukumnya sejahat ini.Alin menegarkan dirinya. Ia mencoba dengan pilihan terakhirnya. Ia harap akan ada jalan keluar."Beri aku waktu untuk melunasinya." pinta Alin sambil menatap Tian dengan penuh yakin.Menatap keseriusan Alin, Tianpun tersenyum namun banyak makna dari senyuman tersebut."Baik. Kau akan kuberi waktu sampai minggu depan.""WHAT? Kau gila! Siapa yang bisa mengumpulkan uang sebanyak itu dalam satu minggu.! Kau pikir--""Aku hanya memberimu waktu satu minggu. Jika tak setuju, tak apa. Orang tuamu akan--""Oke! Oke! Baiklah. Satu minggu. Aku akan kembalikan semua uang itu dalam satu minggu ini." suasana hening seketika. Kedua orang tua Alin menatap sang anak tak percaya. Di mana Alin akan mendapatkan uang sebanyak itu dalam seminggu?."Alin, kamu--""Saya akan kembalikan uang anda dalam seminggu.""Baiklah. Aku kembali satu minggu lagi. Tentu saja dengan uang yang sudah kau sediakan. Jika tidak, jangan harap kalian bertiga bisa lepas." Tian tersenyum sekilas lalu berjalan keluar meninggalkan kediaman Alin.Sepeninggalan Tian dan anak buahnya, Alin langsung merosot turun dan meraung sejadi-jadinya. Hatinya memberontak. Ia kesal dan marah. Bahkan ia tak mau didekati oleh orang tuanya."Dimana aku bisa dapatkan uang itu? Kalian jahat! Kalian bukan orang tua Alin. KALIAN JAHAT!" teriak Alin kesetanan. Ia tak peduli. Ia lebih memikirkan masa depannya yang terancam satu minggu kedepan.*****Tak jauh beda dengan Delon, Haris dan Naura pun baru saja merasakan pelepasan mereka. Dan kini keduanya sedang berada di bawah selimut, setelah tadi Haris berkali-kali melepaskan benihnya dalam rahim Naura. "Capek?" Tanya Haris pada sang istri.Naura mengangguk, "Ngantuk yank." Ucapnya."Ya udah, kamu tidur ya. Aku mandi dulu." Naura lagi-lagi mengangguk. Ia mengeratkan selimutnya untuk kembali tidur, sementara Haris memilih untuk mandi. Tubuhnya terasa begitu lengket setelah pertempuran penuh nikmat yang ia lakukan bersama Naura.Seperempat jam setelahnya, Haris selesai dan kembali masuk ke dalam selimut. Ia memeluk Naura Yang sudah terlelap dan sama-sama mengarungi mimpi.*****Paginya, Kediaman Tian sedang Tak baik-baik saja. Pasalnya sang istri merajuk karena perkara ia minum pakai gelas warna merah. Bahkan keributan itu menarik perhatian pengantin baru.Naura yang saat itu baru masuk ke dalam langsung dibuat heran dengan Alin yang sedang menangis sesenggukan di sofa keluarga. Di
Tita masih syok. satu kalimat yang tak ia bayangkan akan keluar dari mulut Mas Delon, satu kalimat yang tak pernah ia bayangkan akan ada yang meminta itu padanya, berhasil membuat kerja jantungnya meningkat. Tita menyentuh dadanya lalu menatap Delon. "Mas, Jantung aku." bisik Tita. Delon langsung panik. ia mengeluarkan ponselnya dan mencoba menghubungi seseorang, namun langsung dicegat Tita. "Mas mau ngapain?" tanya Tita cepat."Nelpon dokter. tapi jantung kamu--""Iiiihh Mas Delon. kok dokter sih." Dengan tanpa sadar dan spontan, Tita menarik telapak tangan Delon dan meletakkannya tepat di dadanya. sebenarnya tujuan Tita ingin meminta Delon merasakan detaknya, namun sepertinya yang Tita lakukan adalah sebuah kesalahan. karena bukan merasakan detak jantung Tita, justru Delon yang dibuat berdetak tak karuan."Kerasa nggak?" Tanya Tita polos.Delon belum menjawab. Ia menatap Tita Lamat. Sampai Tita sadar jika ia sudah sedikit keterlaluan. Tia langsung menarik tangan Delon dari dadany
Pesta pernikahan sudah usai. yang tersisa hanyalah lelahnya saja. namun beda dengan penagntin baru. bukan sisa, melainkan hal baru. bagaimana tidak, keduanya bahkan tak canggung lagi sama sekali berbicara soal malam pertama. dan itu membuat Delon menatap keduanya kesal. adn saat ini mereka sedang berkumpul di rumah Tian. di sana juga ada Tita."Bisa disortir sedikit kalimat kalian?" Ucap Delon sewot. Naura menatap Delon dengan tatapan usil, "Makanya, buruan nikah. jangan sampai Tita disalip yang lain."Tita langsung tersipu. sementara Delon menggerutu kesal."Bro, kalimat yang di pesta tadi serius?" kini giliran Tian mengambil alih."Yang mana?""Kamu lihat? Dia yang saat ini sedang abang--"Buugghh!Sebuah bantal kursi melayang ke arah Tian. dan pelakunya adalah Delon sendiri. gugupnya Delon membuat semuanya tertawa."Ngapain malu. kalau benar ya diakui saja. toh nggak ada yang salah kok. kalau Tita sendiri, mau nggak sama om om seperti Delon?" Delon menatap tajam Alin. namun hanya
Hari pernikahan."Kak, selamat ya. Akhirnya nikah juga." Ucap Alin dengan bahagia. Ia tak menyangka jika kakaknya akhirnya berakhir di pelaminan dengan kak Haris.Dan status Naura berubah menjadi istri orang tepat satu jam yang lalu. Pesta pernikahan yang bertemakan white garden itu dihadiri banyak tamu. Khususnya dari rekan-rekan Haris dan Tian di perusahaan dan kawan nongkrong.Di tengah-tengah tamu yang hadir, juga ada Delon dan Tita. Gadis itu terlihat begitu cantik. Delon berhasil menyulap Tita menjadi seorang ratu yang begitu sempurna. Dan selama pesta berlangsung, Tita hanya duduk dan sesekali saja berdiri. Delon juga terlihat melayani Tita dengan sangat baik. Sepertinya pria itu sudah tersihir dengan pesona Tita.Sebelum h-1 pernikahan Haris dan Naura berlangsung, Delon datang ke kediaman Tian. Pria itu berkunjung untuk berkumpul bersama sekaligus mengatakan jika besok Tita akan datang ke pesta dan Delon juga mengatakan bagaimana kondisi Tita sebenarnya membuat Naura dan Alin
Haris dan Naura melihat tim dari WO sedang menyulap aula gedung perusahaan di kantor Tian menjadi ruangan yang dipenuhi berbagai jenis bunga dan lebih mendominasi warna putih. Dan persiapan itu sudah hampir rampung. Setelah dua Minggu pengurusan semuanya, mulai dari surat-surat yang dibutuhkan sampai penentuan konsep pernikahan, bahkan Haris menemui ayah kandung Naura yang sudah pindah ke Bandung untuk memberitahukan rencananya tersebut. Dan kini tibalah saatnya memasuki H-3 pernikahan dirinya dan Naura.Haris merangkul pinggang Naura. "Kamu suka?" Tanyanya pada Naura. Naura mengangguk. "Sangat." Jawab Naura penuh haru. Ia tak menyangka jika dirinya dan Haris akan menikah juga. Dan setelah menikah, mereka tak perlu dipisahkan jarak, karena Haris sudah mendapat izin cuti dari Tian untuk menemani dirinya selama kuliah di Aussie."Oya, kamu sudah dapat info terbaru dari Delon?" Haris menatap Naura yang tiba-tiba menanyakan soal Delon. "Jangan mikir yang aneh-aneh dulu. Kamu sadar nggak
Alin dan Tian baru saja sampai di Jakarta setelah satu minggu lamanya mereka berbulan madu. dan kedatangan mereka siang ini di sambut oleh Haris dan Naura di bandara. dan sepasang kekasih itu sudah menunggu pengantin baru sejak setangah jam yang lalu.Naura asik menyantap es krim yang Haris belikan di cafe bandara. "Enak banget kayaknya." Goda Haris pada gadis itu."Banget yank. kamu mau?"Haris menggeleng, "Kamu aja. aku lagi nggak mau makan es krim.""Kenapa? panas-panas gini mending makan atau minum yang dingin dingin." Tak tergoda sama sekali, Haris tetap menggeleng. Naura mencibir. Ia kembali menyantap es krim coklat kesukaannya. Dari tempatnya berdiri, Haris bisa melihat pengantin baru tersebut keluar dari pintu kedatangan. Ia segera melambaikan tangannya memberi kode pada Tian di mana posisinya saat ini.Naura yang melihat kehadiran sang adik langsung keluar dari mobil dan berlari mengejar Alin. "Aaaaa kangeeennn." Teriak Naura yang langsung memeluk Alin saat dia sudah sampai
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen