Share

52. Dalam Senyap dan Sepi

Sudah tidak begitu canggung lagi, Sia tahu jika menggaruk bukanlah kegiatan yang menggunakan kelembutan. Jadi Sia langsung menggaruk, serupa mencakar di bagian yang di sebutkan Rigel.

“Benar yang ini?”

Rigel mengangguk. Menikmati penderitaannya hilang perlahan-lahan karena Sia. “Wah, tepat sekali. Terima kasih, Sia. Kurasa sudah cukup.”

Sia kembali ke posisinya, duduk dan melipat kedua tangan di atas meja, lalu mulai berpikir tentang perjalanannya dari rumah ke toko roti. Tetap tidak terlintas apapun. Seolah semuanya percuma. Hilang dalam sekejap, tidak dapat kembali.

Ketika suara bel pintu depan berbunyi, Sia bangun dari duduknya. “Boleh aku yang membukakan pintu?”

“Silakan.”

Pesanan Rigel tiba. Ada beberapa obat-obatan pereda nyeri, kasa steril, dan salep. Sia segera mengeluarkan semuanya di atas meja.

“Kau bisa melakukannya?” Rigel tampak ragu, memang ragu. Dia selalu terb

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status