Tidak berapa lama Shahnaz akhirnya sampai di restaurant yang dia maksud.
Shahnaz turun dari dalam mobil kemudian masuk ke dalam Restaurant Jepang yang terlihat mewah dan banyak dikunjungi oleh orang-orang dari kalangan atas.
Shahnaz melihat Brams sedang duduk di meja paling pojok.
"Nah.. itu dia yang aku cari," bathin Shahnaz.
Brams terlihat sendiri dan duduk sambil menerima telepon dari seseorang.Dengan nada yang manis, Shahnaz menyapa Brams.
"Hai,bolehkah aku duduk disini ?"
Brams melihat ke arah Shahnaz."Oh silahkan," jawab Brams dengan ramah."Oh iya, apakah kita boleh kenalan ?"
"Oh tentu boleh," jawab Brams.
"Kenalkan Namaku Shahnaz."
"Kenalin juga Namaku Brams."
Hati Shahnaz berbunga-bunga dan bergetar hebat mendengar jawaban Brams."Oh satu nama yang bagus," ucap Shahnaz.
"He he,terimakasih Shahnaz," kata Brams.
"Kalau boleh tahu,kamu ini kerja dimana?" Tanya Brams.
"Maaf Brams,aku bekerja di perusahaan Textile satu-satunya di kota ini."
Dengan kening berkerut Brams heran dan penuh tanda tanya."Kamu sudah lama bekerja disana ?"
"Aku baru sebulan bekerja Brams, itupun hanya sebagai karyawan biasa."
"Kamu sendiri kerja dimana ?" tanya Shahnaz pura-pura tidak tahu.
"Aku kerja sebagai Presdir di perusahaan textile yang ada di kota ini."
"Jadi kamu adalah Direktur perusahaan itu?"
"Maaf pak,aku sama sekali tidak tahu."
"Tidak apa-apa, aku jugakan tidak tahu kalau kamu adalah karyawan di Perusahaan itu."
"Aduh pak, aku jadi malu dan merasa tidak pantas bersama bapak disini."
"Ya sudah kamu enggak usah malu." Inikan bukan kantor.
"T_Tapi gimana ya pak?" Shahnaz pura-pura merasa bersalah.
"Kamu tenang aja,kamu panggil aja Brams."
"Masa iya sih pak,aku inikan karyawan bapak."
"Shahnaz, inikan diluar kantor."
"I_Iya pak,eh..Brams."ucap Shahnaz.
"Brams,kamu kenapa sendirian ? Masa sih seorang Presdir tidak ada pasangan."
"Ha ha ha,biasalah Shahnaz, terkadang rasa sendiri itu lebih menyenangkan."
"Masa sih?"
"Iya.. Shahnaz,kalau sendiri rasanya kita tidak ada beban yang harus di pikirkan."
"Kamu sendiri bagaimana ?"
"Oh aku kebetulan juga jomblo."Aku saat ini lagi single.
"Berarti kita sama dong," ucap Brams.
Shahnaz tersenyum mendengar ucapan Brams."Oh iya, sebagai perkenalan pertama aku ingin traktir kamu makan siang."
"Ya.ampun, benarkah?"
"IyaShahnaz, sekarang kamu boleh pilih makanan apa saja yang kamu mau."
"Yesss aku berhasil, bathin Shahnaz."
"Oh .. terimakasih Brams,"ucap Shahnaz.
"Silahkan !"
Shahnaz mengambil buku menu yang ada di meja.Dia memilih makanan dan minuman kesukaannya.Sambil menunggu makanan datang, keduanya cerita bersama.
"Brams, apa kamu sama sekali belum punya pasangan?"
Brams melihat ke arah Shahnaz."Kamu kenapa berkata begitu Shahnaz ?"
"He he enggakgak apa-apa kok,"jawab Shahnaz.
Brams terdiam, dia tahu dan mengerti kemana arah tujuan Shahnaz menanyakan hal tersebut."Sepertinya cewek ini suka padaku,"bathin Brams.
"Brams ?"
"Eh iya Shahnaz."jawab Brams.
"Kamu kenapa diam?"
"Akh, enggak kok Shahnaz."
"Aku hanya teringat dengan janji dengan teman."
"Silahkan !"
Seorang pelayan datang membawakan makanan yang sudah dipesan oleh mereka."Ayo Shahnaz, Silahkan dinikmati !"
"Oh iya, terimakasih Brams."
Keduanya terlihat menikmati makanan yang telah terhidang di atas meja."Bagaimana Shahnaz ?"
"Apa kamu suka makanan di restaurant ini ?"
"Ya aku sangat suka Brams," jawab Shahnaz.
Brams dan Shahnaz sama-sama tersenyum sambil berpandangan bersama.Tidak terasa makanan yang telah tersaji kini telah habis dinikmati keduanya."Brams,kamu tahu tidak ?"
"Tahu apa Shahnaz ?"
"Setelah sekian lama,baru kini aku merasakan makanan seenak ini Brams."
"Oh ya ?"
"Iya Brams,"jawab Shahnaz.
"Oke,kapan-kapan aku akan mengajak kamu makan bersama disini lagi."
"Benarkah Brams ?"
"Iya Shahnaz, aku sangat senang bisa kenal dengan kamu."
Shahnaz terlihat begitu bahagia.Dia merasa kalau hari ini dia sangat beruntung."Shahnaz, apa aku boleh minta nomor handpone kamu ?"
"Oh..tentu boleh Brams,"jawab Shahnaz.
"Sini aku akan tulis di handpone kamu."
Brams memberikan handpone dan Shahnaz langsung menulis nomor handphonenya.Beberapa saat kemudian,
"Shahnaz,sepertinya aku masih ada janji dengan rekan kerja sekarang."
"Oh kalau begitu kita pulang saja."kata Shahnaz.
"Oke Shahnaz,aku duluan ya.""Iya silahkan,"jawab Shahnaz.
Brams pergi membayar semua yang telah mereka makan kemudian pergi meninggalkan restauran tersebut.Shahnaz masih terlihat duduk dan bertopang dagu.
Sambil melamun dan tersenyum sendiri, Shahnaz terbayang lagi akan ketampanan Brams."Pantesan aja Brams banyak dikagumi wanita,' bathin Shahbaz.
"Orangnya ramah,tampan lagi."
"Aku harus berhasil mendapatkan Brams, aku tidak rela kalau Brams harus jatuh ke tangan orang lain."
Shahnaz juga mengambil tas kemudian keluar dari restauran tersebut.Sambil masuk ke dalam mobil, dia berencana akan cerita panjang lebar tentang keberuntungan ini pada mamanya.Brams telah sampai di sebuah tempat yang telah dijadikan untuk berjumpa dengan para rekan kerjanya.
Brams melihat belum ada yang datang, Hingga dia duduk dan jadi teringat pada Shahnaz yang baru dia jumpai di restauran siang tadi.Brams tersenyum, dia merasa lucu sendiri karena tiba-tiba dapat kenalan baru dan kebetulan karyawan baru di perusahaannya.
"Kalau diperhatikan, Shahnaz cantik juga," bathin Shahnaz.
Saat melamun tiba-tiba rekan kerja Brams datang."Selamat siang pak Brams !"
"Selamat siang pak," jawab Brams.
"Silahkan duduk !"
Kedua rekan kerjanya duduk bersama di tempat tersebut."Maaf pak Brams,"kami telah membuat bapak lama menunggu.
"Akhhh enggak apa-apa kok."jawab Brams.
Aku juga belum lama sampai di tempat iniBrams berdiri, terlihat memanggil pelayan dari tempat tersebut untuk segera menyuguhkan minuman.
Semua tentang bisnis mereka bicarakan di tempat tersebut.
Hingga seorang dari rekan kerja Brams yang bernama Wanda mendekati Brams."Pak Brams, apakah minggu depan bapak ikut ke acara rekan kerja kita yang ada di Singapore ?"
"Hahhhh,entahlah pak Wanda,Aku belum tahu."
Apabila nanti aku tidak bisa hadir,aku akan menyuruh wakilku untuk datang kesana."Sebagai lelaki yang masih muda, apa pak Brams tidak merasa rugi kalau tidak datang?"
"Memangnya kenapa pak Wanda ?"
Pak Wanda tersenyum melihat Brams."Pak Brams, seandainya aku masih lajang aku akan ikut karena ingin melihat putri Pak Hadi yang sangat cantik dan anggun."
"Masa sih pak Wanda ?"
"Iya pak Brams," Pak Hadi mempunyai seorang putri yang bekerja di perusahaannya.
"Ha ..ha..ha..," ketiganya tertawa bersama.
"Kalau soal wanita memang pak Wanda adalah ahlinya,"kata Brams.
"Pak Wanda pengennya begitu?"
"Kenapa buru-buru nikah ?"
Wanda terdiam dan berbisik."Kalian mesti tahu,selagi kita banyak uang walaupun sudah punya istri kita pasti masih kurang dan terus mencari sensasi baru."
"Ha ..ha..ha..,"
Ketiganya juga semakin tertawa bebas."Ya sudah,kita lanjutkan lagi tentang pokok pembicaraan kita ya !"
"Oke oke pak Brams,"jawab keduanya.
Mereka kembali membahas tentang bisnis nya.Shahnaz sudah sampai di rumah.Dia masuk ke dalam rumah dan berusaha memanggil mamanya.
"Mama !"
Bi Munah datang,"Non Shahnaz,"mamanya non lagi keluar.
"Oh baiklah bu Minah,"ucap Shahnaz.
Shahnaz naik ke ke lantai dua,Dia segera masuk ke kamarnya.Shahnaz menaruh tasnya di atas meja.
"Ibu dimana sih ?"
Aku sudah tidak sabar ingin cerita semuanya.Hahhhh,
Shahnaz menghela napas yang panjang dan berbaring di tempat tidur.
Pagi hari telah tiba, Brams terlihat sudah duluan bangun dan terlihat rapi. Dia duduk sembari menunggu Pak Hadi keluar dari kamar. Rasa kecewa tadi malam membuat Brams malas untuk masuk ke kamar Shahnaz. Dia tidak ingin pamit, karena dia merasa tidak akan ada jawaban yang didapat nantinya."Brams, kamu kelihatan sudah rapi. Kamu mau kemana, Brams?" Pak Hadi bertanya dengan penasaran sembari duduk disamping Brams.Tidak lama kemudian, Mama Jesselyn juga keluar dan ikut bergabung dengan mereka. Dia juga heran dengan pakaian Brams yang terlihat rapi seakan ingin pergi kesuatu tempat."Kamu mau kemana, Brams?" "Papa...Mama...pagi ini juga aku harus kembali ke Jakarta. Tadi malam, aku dapat telepon untuk hadir nanti jam satu siang. Aku tidak punya pikiran lain.Tanpa alasan apapun aku harus kembali ke Jakarta, Papa," ucap Brams dengan gaya berbohong pada kedua mertuanya. Keduanya saling berpandangan. Mereka bertanya tentang Jesselyn dan keadaannya."Tapi, Brams. Bagaimana nantinya dengan
Shahnaz dan Galih pergi bersama ke rumah. Sepanjang perjalanan, keduanya terlihat sangat mesra dan tidak jarang suka bercanda dan tertawa bersama. Galih merasa, Shahnaz adalah calon terbaik baginya yang akan menggantikan posisi mantan istrinya dahulu."Shahnaz, apa kamu tidak kepikiran lagi pada lelaki yang bernama Brams?" Sontak Shahanz terkejut. Dia seakan tidak percaya bila Galih bertanya tentang Brams pada dirinya. "Galih, kamu kenapa berkata demikian?"Hmmm...Galih menarik napasnya perlahan hingga mengeluarkannya kembali. Dia merasa bilakah masih ada hati Shahnaz pada lelaki itu."Tidak..aku hanya ingin memastikan apakah kamu masih mengingat dia?" "Galih, semenjak aku mengenal kamu, rasanya kau sudah melupakan orang tersebut. Apalagi kamu itu sangat jauh berbeda dengan dia yang sama sekali tidak perduli denganku," jawabnya "Sayang, maafkan aku! Jujur aku tidak bermaksut membuat kamu jadi teringat pada semuanya," ucap Galih. "Hmmm..," Shahnaz hanya tersenyum tipis. Dia tidak s
Hari sudah menjadi sore. Shahnaz juga sudah mulai bosan melihat Galih bekerja. Ditambah lagi dengan badan yang gerah, membuat dia ingin pulang secepatnya."Galih, hari sudah sore. Aku permisi pulang, ya!" Galih meletakkan kembali alat ukir yang ada di tangannya. Dia mendekati Shahnaz yang ingin segera pulang."Shahnaz, aku ingin ikut ke rumah kamu," ucapnya.Shahanaz terkejut mendengar keinginnan Galih untuk ikut bersamanya. Namun keinginan Galih tersebut, tidak disengkal oleh Shahnaz. Dia bahkan senang mendengarnya karena dia merasa, Galih tidak bisa jauh darinya."Shahnaz, aku madi dulu, ya! Kamu tunggu aja dulu, aku tidak akan lama, kok."Shahnaz mengangguk. Dia tersenyum melihat Galih mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi. Gemerincing air yang kini terdengar oleh Shahnaz, membuat dia juga ingin membuang rasa gerah untuk segera mandi."Sebaiknya aku menyusul Galih," ucapnya.Shahnaz tanpa ragu pergi ke kamar mandi. Pintu kamar mandi yang sama sekali tidak dikunci, memudahkan
"Shahnaz, ayo masuk!" Galih terlihat sudah menyiapkan makanan di atas mejanya.Shahnaz bahagia. Dia diperlakukan dengan penuh kasih sayang oleh Galih. Keduanya menikmati makanan yang sudah tersaji."Galih, makanan ini enak sekali, kamu beli darimana?" "Ohh..aku hanya pesan saja pada langganan lama yang sudah terkenal dengan rasa dari masakannya," ucap Galih.Mulut mungil Shahnaz tersenyum. Dia melihat ada sebuah nasi yang menempel di atas bibir Galih .Dengan penuh kasih sayang dan juga perhatian, Shahnaz mencoba membersihkannya dengan mengambil nasi tersebut."Ada apa, Shahnaz?" "Tidak, aku hanya mengambil nasi yang lari dari jalannya," ucap Shahnaz.Keduanya tertawa. Mereka merasa lucu dengan hal yang baru saja terjadi. Sembari makan bersama, Shahnaz melihat model dari perabotan yang baru dikerjakan oleh Galih. Dia juga ikut kagum dengan model dari hasil kerja Galih yang sangat beda daripada barang lain yang sering terpajang di berbagai toko yang ada di beberapa tempat yang ada di
Keesokan harinya, Galih keluar untuk membelanjakan semua keperluannya. mulai dari bahan hingga alat yang akan dia gunakan untuk membuka usaha. Galih berniat, dalam waktu singkat dia akan memperoleh kesuksesannya yang dulu telah direbut mantan istrinya. Seminggu kemudian, Galih sudah bisa membuka usahanya. Pagi itu dia masih bekerja sendiri. Dia yakin kalau di tahap permulaan ini, dia masih sanggup bekerja sembari mengenalkan berbagai model hasil tangannya yang terlihat beda dari yang lain. Para pelanggan Yanto yang dulu banyak memesan barang, kini selalu menanyakan dimana keberadaan Galih. Mereka ingin memesan banyak prabotan lain tetapi harus hasil kerja dari Galih. Tanpa merasa tersaingi, Yanto selalu memberitahu dimana Galih sekarang berada. Dia yakin kalau saja Galih punya orderan yang banyak, tanpa diminta, Galih juga akan membaginya pada dia. Sebagai sahabat yang baik, Yanto juga ingin Galih secepatnya berhasil agar cicilan Bank yang sudah dia percayakan pada Galih dapat be
Shahnaz melihat ada tas hitam di depan, dia penasaran tentang tas tersebut. Sembari duduk di samping Galih, Shahnaz meraih tas tersebut dan mengangkatnya."Galih, ini tas siapa?""Shahnaz, atas hal inilah aku sengaja menyuruh kamu datang kesini," ucap Galih.Shahnaz mengerutkan keningnya. Dia semakin bingung dengan maksut Galih sebenarnya. Shahnaz penasaran dan kembali bertanya."Galih, kamu tidak mencuri tas orang, kan?" Galih spontan melihat Shahnaz. Dia tidak yakin kalau Shahnaz bertanya demikian pada dirinya."Kamu bilang apa Shahnaz? Dari aku lahir, aku tidak pernah melakukan perbuatan sehina itu," jawabnya "Maaf, bukannya aku menuduh. Aku hanya heran saja, kenapa tiba-tiba ada tas seperti ini di rumah kamu.""Hahhh..!" Galih menghela napas yang panjang. Dia menggelengkan kepalanya sembari melihat wajah Shahnaz."Shahnaz, ini adalah uang yang dipinjamkan Yanto padaku untuk membuka usaha baru" ucap Galih "Sebanyak inikah?""Iya, Shahnaz. Uang ini berjumlah sekitar Lima ratus ju