"Buang di dalam Hen. Buang di dalam. Aku ingin hamil.."
Suara lenguhan dan permohonan itu keluar dari bibir Naima. Sudah nyaris satu jam ia dan Herdra bercinta dan ini saatnya Hendra melepaskan cairannya dan gilanya, Naima meminta cairan itu untuk dibuang di dalam.
Ara melirik jam di tangannya. Tiga menit lagi akan menandakan tepat pukul dua belas siang.Matahari yang terlihat kelabu saat ini tak seirama dengan suhu udara yang panas. Entahlah. Entah karena dirinya yang baru saja berjalan jauh, atau karena bumi yang tak sehat lagi karena pemanasan global yang ekstrim.
Ara berlari cepat saat telinganya mendengar suara gedoran pintu yang sangat kuat. Dalam larinya, ia merutuk kenapa kamar utama ada di lantai atas. Apa salahnya berada di bawah saja.Jika berada di bawah, ia tak akan susah-susah keluar dari kamar dan berlari turun ke bawah.Ia akan memarahi Babas
kaget? Janttungan?seperti itulah keadaannya. kalian pikir siapa yang tak akan terkejut saat kau mendengar suamimu akan mengizinkan seorang wanita tinggal bersama di rumahmu. apalagi wanita itu kini tengah hamil anak suamimu.ya walaupun belum tahu juga jika yang dikandungnya itu anak suamimu atau bukan. yang jelas itu sungguh mengganggu.
Ara melihat dari sudut matanya. Bagaimana Naima yang selalu bermanja pada Babas. Wanita rubah itu bergelayut manja pada suaminya.Ingin rasanya Ara melemparkan toples yang tengah ia pegang mengenai kepala wanita itu, namun dengan cepat segera ia urungkan karena ia sadar, tenaganya tak akan sanggup dilawan wanita hamil.Sudah satu bulan lamanya Naima tinggal di rumah mereka. Dan hampir setiap harinya Ara harus menahan emosi.
Chapter sebelumnya aku salah bikin Chapter,,hehehehsebenarnya masih Chapter 38, aku bikin 39. tapi udah aku ubah kok..^^ selamat membaca lanjutannya yaaa..^^*****Jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi.tak seperti hari-hari sebelumnya, biasanya pukul 8 pagi arah sudah terbangun, namun hari ini Ara masih sibuk bergelut dengan selimut tebalnya.
Sudah empat bulan Naima tinggal bersama dengan Babas dan Ara. Dan selama empat bulan juga Naima selalu menahan beban dihatinya. Dimana Babas yang tak jua mau memanjakannya. Ia ingin Babas mencintainya. Namun yang ia dapatkan justru sikap tak pedulinya Babas. sampai kapan Babas mau seperti ini?.Naima lagi-lagi menangis di kamarnya. Ia kembali dibentak oleh Babas saat tadi ia bersitegang dengan Ara di meja makan.
Sudah hampir dua jam aku dan Ara berada di kamar kami, tapi wanita itu tetap hanya diam dan tak mau bicara denganku.padahal aku sudah meliriknya sedari tadi. namun seolah membutakan diri, istrinya itu tak mau merespon dirinya.Tapi kalian tahu? sebenarnya inilah yang aku cari. melihat semuanya dengan mata kepalaku sendiri.
Ara baru saja selesai berdandan. hari ini Babas berencana akan membawanya ke Villa milik pria itu yang ada di puncak. kebetulan villa tersebut sangat dekat dengan kebun teh dan di sana juga ada saung saung kecil yang bisa dijadikan tempat duduk untuk sekedar mencari angin segar.dan semua persiapan untuk menginap di sana, sudah Ara persiapkan dan tinggal di bawa ke mobil Babas.sedangkan Babas tengah berada di kamar mandi. setelah selesai nge gym, Babas memutuskan mandi terlebih dahulu."Sudah siap sayang?" tanya Babas pada Ara. pria itu baru saja keluar dari kamar mandi dan tubuhnya hanya dililiti handuk.namun karena sudah terbiasa melihat Babas seperti itu, Ara sudah tak canggung lagi, bahkan ia senang melihat tubuh tegap suaminya tersebut."Sudah.." jawab Ara cepat.ia berlari menuju lemari dan mengeluarkan pakaian yang akan Babas pakai hari ini dari dalam sana."ini pakaianmu.." ucap Ara sambil menyerahkan pakaian tersebut pada B