Reynar masih mendekat Alana dalam pelukannya. Mencium bibir Alana sampai menjelajahi rongga-rongga mulutnya. Membelai dan melumatnya dengan sangat mesra. Alana membalas setiap lumatan demi lumatan diberikan oleh bibir Reynar.
Tanpa sadar tangan Alana menggantung di leher Reynar. Menutup matanya dan sedikit menjijitkan kakinya berusaha menyamai tinggi badan Reynar yang menjulang tinggi melebihi dirinya. Reynar mengerti kalau Alana pasti kesulitan untuk berciuman secara berdiri. Ia pun mengangkat kaki kanan Alana secara reflek Alana menggantungkan kedua kakinya di pinggul Reynar.
Reynar membawa Alana dalam gendongannya sambil bibir mereka tetap saling berciuman. Tanpa ia sadari kalau secara perlahan handuk yang membalut pingguln
Wildan membelalakan matanya. Ia sangat terkejut melihat yang seharusnya tidak dilihatnya di dalam kamar tersebut. Dengan cepat ia langsung menutup mata dan membalikkan badannya.Begitu juga dengan Reynar. Ia langsung memeluk tubuh Alana agar tidak terlihat oleh Wildan, tak rela jika tubuh wanitanya dilihat oleh pria lain. Ia menjadi sangat kesal dan marah Wildan langsung saja masuk dan melihat kegiatannya yang sedang berburu gairah. Makin bertambah emosinya malah ia akan menuju puncaknya malah Wildan masuk dan berujung gagal."Keluaaaar!" bentak Reynar
Reynar bergegas ke bandara bersama Wildan. Ia sudah ada janji untuk bertemu dengan Elton yang merupakan CEO PT. Karya Perkasa yang akan bekerjasama dengan Adiwangsa Grup. PT. Karya Perkasa merupakan kontraktor untuk perumahan mewah, apartemen, kondominium, hotel serta mall yang akan dibangunnya di Bali.“Selamat siang, Pak Adiwangsa. Senang bertemu dengan Anda,” ucap Elton mengulurkan tangannya.“Selamat siang, Pak Turambi. Saya juga senang bertemu dengan Anda.” Reynar membalas uluran tangan Elton.Reynar dan Elton membicarakan tentang proyek kerjasama mereka di Bali. Reynat berniat mena
Dengan penuh keraguan Hary memutuskan untuk tidak memberitahukan kedatangan Yudi ke Villa Rose. Ia harus mencari aman untuk dirinya sendiri daripada nanti malah jadi masalah. Namun, kelegaannya hanya bersifat sementara. Tiba-tiba saja telepon genggamnya berdering. Wajah menjadi pucat saat di layar ponsel tertera nama Pak Wildan. Dengan gugup Hary menjawab telepon dari Wildan."Selamat siang Pak," sapa Hary."Bagaimana keadaan Alana? Hair stylist sudah datang?" tanya Wildan."Keadaan Nona Alana baik-baik saja Pak tidak ada masalah apapun dan ha
Dengan melawan rasa takutnya, Alana nekat pergi bersama Yudi. Namun, ia lupa kalau Anita, mamanya berada di Semarang. Bukan tempat yang dekat jika harus ke sana dan membutuhkan waktu beberapa jam sampai di sana.“Jangan khawatir aku yang mengurusi semuanya,” ucap Yudi mencoba menyakinkan Alana.“Tapi ga dekat Yudi Puncak ke Semarang,” ujar Alana ragu-ragu.“Kalau kita berangkat sore ini sampai Semarang paling jam 1 dini hari. Masih ada kesempatan untuk kamu bertemu Mamamu.”“Tapi, a
Alana berada di kamarnya tidak tenang sendiri. Ia ingin ikut bersama Yudi, tapi bagaimana dengan statusnya sendiri. Reynar sudah membuatnya seakan-akan mati.“Apa aku kabur sekalian aja ya,” ucapnya bimbang.Dalam perasaan bimbang terselip rasa kecewa dengan kelakuan Reynar. Kenapa laki-laki itu bisa melakukan perbuatan seperti itu padanya? Membuatnya seolah-olah mati.“Kalau dia cinta sama aku ga mungkin buat hidupku jadi seperti ini,” ucapnya dengan kebingungan.Dari pada terus menerus bingung ia memutusk
Wildan diutus oleh Reynar agar segera kembali malam itu ke Jakarta. Ia tidak tenang jika bukan asisten pribadinya lah yang membawa Alana langsung ke Bali. Namun, ia sangat terkejut saat Wildan memberitahukannya kalau Alana sudah tidak ada di Villa Rose membuatnya meradang marah. Tanpa berpikir panjang ia segera kembali ke Jakarta dengan private jetnya. Wildan, Hary, dan Nina menundukan wajah dengan ketakutan saat Reynar menanyai mereka."Maafkan saya, Tuan Reynar. Tuan Yudi membawa Nona Alana dan saya yang bertanggung jawab atas semua kesalahan,” ujar Hary."Aku kecewa padamu, Hary. Kenapa kamu mel
Reynar yang tidak ingin membuang-buang waktu lagi menyudahi pembicaraannya dengan Yudi. Ia harus segera membawa Alana kembali ke Villa Rose. Namun, begitu di depan pintu ia jadi bimbang sendiri. Apakah ia harus marah-marah pada Alana? Atau hanya menatap Alana marah? Tapi ia juga khawatir sama Alana.Yudi yang mengintip dari balik dinding merasa gemas sendiri dengan kelakuan Reynar. Seharusnya sahabatnya itu segera masuk dan membujuk Alana bukannya hanya diam mematung di depan pintu.“Masa harus aku ajarin sih,” gumam Yudi geram.Bukan hanya Yudi s
Cahaya matahari masuk mengintip di dalam sela-sela tirai jendela di kamar Alana. Sinarnya menyilaukan manik-manik mata indah berwarna hitam milik Alana."Kamu sudah bangun," ucap Reynar yang duduk di depan sofa ranjang yang ditiduri Alana.“Pagi Rey.” Terdengar suara serak khas orang tidur.“Bersiap-siaplah aku menunggumu di bawah untuk sarapan.” Reynar berkata dengan dingin.