Jam menunjukan pukul sembilan pagi, Naveah masih tertidur pulas di kamarnya. Tirai jendela masih tertutup rapat sehingga cahaya yang biasanya masuk melewati kaca-kaca jendela tidak bisa masuk karena terhalang oleh tirai cendela. Sabtu pagi biasanya Naveah sudah produktif menjalankan aktivitas dengan olahraga seperti jogging di taman dekat apartemen ataupun belajar memasak tapi karena kesibukan rapat sampai malam membuat Naveah memilih untuk tidur.
Kamar Naveah berada di lantai dua apartemen, di dalam kamarnya terdapat beberapa ruangan seperti ruang membaca, kamar mandi, dan juga ruang ganti. Ruang baca adalah tempat favorit Naveah setelah balkon. Naveah sering menghabiskan waktunya dengan membaca buku kisah orang-orang sukses, buku investasi, buku mengelola keuangan ataupun novel ringan yang tidak terlalu berat untuk dibaca saat libur. Paling tidak dalam satu tahun Naveah bisa membaca 12-15 judul buku.
Terlahir dengan keterbatasan finansial membuat Naveah pandai dalam mengatur keuangan pribadinya. Selama dua tahun menikah Naveah tidak pernah meminta uang pada Lee Kwon ataupun keluarga suaminya. Meskipun begitu sejak menikah Lee Kwon tetap bertanggung jawab dengan mentransfer uang pada rekening Naveah. Hanya saja setiap kali mendapat tranfer uang dari Lee Kwon, uang itu langsung Naveah masukkan ke rekening lain miliknya yang tidak pernah sekalipun ia gunakan. Naveah lebih nyaman menggunakan uang yang ia hasilkan dari kerja kerasnya dibandingkan menggunakan uang dari Lee Kwon.
Tok-tok-tok bunyi suara pintu di kamar Naveah, ketokan pintu pun semakin keras karena tidak ada sahutan dari Naveah. Semakin keras dan semakin keras hingga membuat Naveah akhirnya terbangun dari tempat tidurnya, sambil menguap dan rambut yang masih acak-acakan.
"Siapa?" kata Naveah, karena tidak ada jawabn Naveah akhirnya berjalan menuju pintu dengan langkah yang masih gontai.
"Doar" kata Lee Kwon mencoba mengagetkan Naveah saat pintu kamar dibuka oleh Naveah.
"Kau? siapa yang menyuruh mu datang kesini menggagu tidurku, ini kan hari sabtu"kata Naveah jengkel.
Di sisi lain Lee Kwon tidak berhenti tertawa melihat wajah dan rambut Naveah yang masih awut-awutan.
"Haha kau seperti orang-orang sawah, lihat lah diri mu dicermin "kata Lee Kwon mengusili Naveah.
"Kau, datang ke sini hanya untuk mengganggu ku, tidak ada kerjaan lainkah yang membuat mu sampai tertawa seperti itu" Naveah jengkel ditertawakan oleh Lee Kwon.
"Bukan begitu, ini pertama kalinya aku melihat mu begini jadi lucu" kata Lee Kwon.
"Masih berani tertawa?" Naveah melototi Lee Kwon dan siap untuk memukul pria itu dengan tangannya.
"Oke-oke aku akan diam, ibu menyuruhku memanggilmu, ibu sudah masak untuk kita jadi jangan salah paham begitu" jelas Lee Kwon.
"Tidak biasanya kamu mau ke sini apalagi bareng sama Ibu" ucap Naveah dengan menggaruk kepalanya.
Setelah mendapat penjelasan dari Lee Kwon, Naveah menutup pintu kamarnya kembali dan berjalan menuju kamar mandi. Sebelum mencuci muka dan sikat gigi Naveah mengambil kuncir rambut di gantungan dekat kaca yang ada di kamar mandi. Setelah mencuci muka, sikat gigi dan merapikan rambut Naveah turun menemui Ibu Mertuanya dan juga Lee Kwon yang sudah menunggunya di meja makan.
"Aduh cantiknya putri Ibu" kata Solmi saat Naveah berjalan menuju meja makan.
"Ibu, aku rindu sekali, bagaimana ini bukankah Ibu terlihat lebih muda dari ku sekarang setelah beberapa hari saja kita tidak bertemu" puji Naveah pada mertuanya.
Lee Kwon hanya bisa melihat Ibu dan istrinya dengan senyum karena tidak menyangka Naveah bisa semanis itu pada ibunya.
"Ibu tahu tidak, Lee Kwon usil banget pada ku pagi ini, dia sengaja mengetuk pintu kamar ku dengan keras supaya tidur ku terganggu. Pokoknya kalau Ibu melihatnya saat menertawakan ku pasti Ibu juga akan sangat kesal" Naveah mengadu pada Solmi.
"Habis mau bagaimana lagi menantu kesayangan Ibu sulit sekali untuk dibangunkan, kalau tidak dengan cara tadi pasti kita tidak akan makan karena harus menunggu menantu kesayangan Ibu ini bangun" Lee Kwon membela diri.
"Haha, sudah-sudah Ibu jadi malah ketawa melihat kalian berdua berkelahi seperti ini, lucu sekali, ingin rasanya Ibu melihat kebersamaan kalian seperti ini" harapan Solmi.
"Ibu dengar minggu yang lalu kakek memanggil kalian berdua?, Ibu pikir apa yang diusulkan kakek ada baiknya untuk kalian, apalagi pernikahan kalian sudah berjalan 2 tahunan kan. Ibu harap hubungan kalian semakin akrab dan lebih mengenal satu sama lain"kata Solmi. Lee Kwon dan Naveah yang mendengarkan harapan Solmi pada mereka hanya bisa terdiam dan bingung mau berkata apa. Lee Kwon mencoba memecah suasana agar kembali seperti sebelumnya.
"tentu saja Ibu tidak perlu khawatir, lihat betapa baiknya hubungan ku dengan menantu Ibu ini" Lee Kwon sambil mencubit pipi Naveah.
"Apa Ibu yang memasak semua hidangan pagi ini?, wah dari penampilannya saja sudah kelihatan sangat enak Ibu" puji Naveah.
"Sebenarnya Ibu tidak memasak tapi Ibu beli jadi tinggal dipanaskan saja" kata Solmi.
"O Iya bu, bagaimana kalau hari ini kita pergi jalan-jalan? kebetulan sekali Naveah ingin membeli sesuatu untuk teman Naveah" ajak Naveah pada mertuanya.
"Ibu juga ingin mengajak mu jalan-jalan tadi karena sudah lama sekali kita tidak keluar menghabiskan waktu bersama. Padahal kamu menggantikan posisi kakek di perusahaan tapi kenapa waktu mu malah semakin tidak ada untuk Ibu" keluh Solmi pada Naveah.
Sebelum Naveah menjelaskan sesuatu pada mertuanya, Solmi kembali berbicara dan mengatakan bahwa dirinya hanya bercanda barusan dan tidak perlu dianggap serius. Naveah dan Lee Kwon tidak menyangka kalau Ibu nya bisa bercanda seperti itu.
"Ibu dari tadi aku lihat Ibu hanya memikirkan Naveah, padahal kan aku ini anak Ibu.Kita bahkan jarang ketemu dan makan bersama tapi kenapa yang Ibu ajak pergi jalan-jalan hanya Naveah" komplain Lee Kwon.
"Bagaimana Ibu bisa mengajakmu pergi sedangkan Ibu tahu betul kamu orang yang tidak bisa diprediksi keberadaannya kadang tiba-tiba di kota mana, kadang di negara mana" jelas Solmi pada Lee Kwon.
Melihat Lee kwon merengek pada Ibu nya Naveah tidak berhenti tertawa karena melihat interaksi lucu antara Lee kwon dan Ibunya.
"Haha, aku tidak pernah tahu kalau kamu bisa semanis itu pada Ibu" ucap Naveah pada Lee Kwon yang duduk berhadapan di meja makan sedangkan Lee Kwon melihat Naveah dengan ekspresi kesal karena ditertawan di depan Ibunya.
"Kalian pasti sangat senang kalau aku seperti tidak dianggap di sini, bagaimana mungkin Ibu ku lebih menyayangi menantunya dibandingkan anaknya sendiri. Bagaimana bisa Ibu memilih datang ke apartemen Naveah dibandingkan ke apartemen ku. Bukankah ini diskriminasif sekali dan tidak adil" Lee Kwon masih sewot.
"Tuan muda berhentilah mengomeli Ibu seperti itu, makanya lain kali berikan banyak waktu pada Ibu, kalau seperti ini jangan salahkan Ibu kalau Ibu lebih memilih datang ke sini dibandingkan ke tempat mu, betulkan Ibu?" Naveah mencoba menasehati Lee Kwon dengan nada mengejek.
"Benar-benar tidak bisa dipercaya, bahkan saat makan seperti ini pun energi kalian kuat sekali untuk menyudutkan ku seperti ini" kata Lee Kwon dengan nada bercanda pada Ibu dan Naveah.
Tidak biasanya ruang makan di apartemen Naveah akan seramai itu pada hari sabtu, ini adalah kali pertama mereka bisa makan bersama di apartemen Naveah. Biasanya hanya Naveah seorang diri atau bersama Ibu mertuanya yang makan di tempat itu dan itu pun jarang sekali. Naveah merasa senang karena hari sabtu nya kali ini berbeda dari biasanya.
"Naveah sudah lama kita tidak berbincang seperti ini" ucap Dongman yang tengah berada di ruang tamu di ruang kerja Naveah. "Benarkah?, mungkin karena Hyung terlalu banyak aktivitas di luar" ucap Naveah sembari meminum teh. "Aku ingat betul kita terakhir berbincang santai saat ulang tahun mu, berarti hampir satu bulan lebih kita tidak bertemu ya" Dongman mengingatkan Naveah. "Apakah ini benar-benar hyung yang aku kenal?, aku tidak menyangka hyung bisa mengingat dengan detail kapan terakhir kali kita bertemu" ucap Naveah heran. "Tidak ada hal yang aku lupakan kalau ada hubungannya dengan diri mu Naveah" ucapan Lee Kwon mengagetkan Naveah. "Sejak kapan orang di depan ku ini belajar menggombali aku seperti ini" gurau Naveah. "Aku tidak tahu, mungkin sejak kita sudah lama tidak bertemu" ucap Dongman santai sembari menatap Naveah yang duduk di depannya. "Haha, dasar!" Naveah tidak kuasa menahan tawa nya. "Habis aku liha
"Kau pikir aku akan diam saja, aku tidak membiarkan perempuan mana pun bisa menggantikan posisi ku di hati mu sayang" ucap Nari sembari menatap foto nya dengan Lee Kwon di layar hp nya. Sudah satu bulan setengah Nari meninggalkan Korea dan tinggal di Taiwan untuk menyelesaikan pekerjaannya. Perempuan itu tidak hanya fokus menyelesaikan pekerjaannya tapi juga tengah menyusun rencana untuk bisa memiliki Lee Kwon. "Aku yakin kemunculan berita ini di Korea akan mengangkat nama mu sebagai wartawan" ucap Nari melalui telpon pada teman sekolahnya dulu yang kini berprofesi sebagai seorang wartawan di salah satu stasiun tv ternama di Korea. "Haha, aku tidak percaya dengan siapa aku bicara sekarang, benarkah kamu Nari teman smp ku dulu" ucap Nana disambungan telpon. Nari terlihat memainkan rambut panjangnya dengan senyuman licik mendengar perkataan dari Nana. Perempuan itu tak mempedulikan opini teman lama nya tentang dirinya yang sekarang.
Nari duduk termenung di kursi nya, perempuan itu mulai meneteskan air mata. Memejamkan matanya, dan mengepalkan tangannya di atas meja kerjanya. Dia menatap layar laptop yang ada di depannya, sebuah foto dari pria yang dicintainya."Kau bilang sibuk, lalu apa ini semua!" teriak Nari di ruang kerjanya. Perempuan itu mendapat laporan dari informannya kalau Lee Kwon menemani Naveah di pulau Jeju. Informannya mengirim foto-foto kebersamaan Naveah dan Lee Kwon."Aku tidak percaya kenapa semua laki-laki sama, tidak hanya mantan suami ku tapi kamu juga seperti itu Lee Kwon" Nari terisak menahan rasa sakit di hati nya. Perempuan itu merasa dipermainkan oleh pria yang ia sangka akan mencintainya dengan sepenuh hati.Suara teriakan dan isak tangis Nari tersengar oleh asisten pribadinya. Asisten pribadi nya yang bernama Young Ae terlihat khawatir dan mondar-mandir di depan ruang kerja Nari.Tok-tok, Young Ae memberanikan diri mengetok pintu ruang kerja Nari. Tidak a
"Lee Kwon, kita ke tempat Ibu dan Kakek kapan?" tanya Naveah yang duduk bersender di tempat tidur sembari memainkan ponselnya."Terserah kamu saja" ucap Lee Kwon dengan suara mengantuk."Kalau begitu sekarang saja" ujar Naveah tiba-tiba.Lee Kwon tidak mengiyakan ide Naveah, pria itu malah mengganti posisi tidurnya membelakangi Naveah."Lee Kwon" panggil Naveah yang masih fokus melihat sesuatu di ponselnya.Pria itu tetap tidak menjawab dan melanjutkan tidurnya, "sia-sia aku mengajak orang ini pergi ke sini kalau hanya dihabiskan untuk tidur saja" ujar Naveah menggelengkan kepalanya melihat Lee Kwon masih tertidur.Naveah yang tidak tahu mau melakukan apa di dalam kamar akhirnya malah mengantuk dan kembali tidur di samping Lee Kwon."Perempuan ini, bisa-bisa nya dia tidur tanpa dosa seperti ini" Lee Kwon menatap Naveah yang tertidur dengan pulas di sampingnya.Pria itu membelai kepala Naveah, menyentuh pipi Naveah dan kemudian
"Apa yang kamu katakan sepertinya ada benar nya, kadang aku juga berpikiran seperti itu untuk menenangkan pikiran ku tapi lagi, pikiran itu akan kembali hinggap di kepala ku di saat-saat tidak terduga, contohnya saat ini. Kenapa aku jadi emosional begini? maaf aku malah curhat dan membuat mu tidak bisa tidur" Naveah mengusap air matanya.Lee Kwon ikut menitihkan air mata mendengar cerita Naveah, pria itu tidak menyangka dibalik ketangguhan yang selalu diperlihatkan oleh Naveah di depan nya, ternyata ada bagian di mana istrinya begitu rapuh dan terluka. Hati Lee Kwon ikut sakit mendengar kehidupan masa lalu Naveah. Pria itu mengusap air mata di pelupuk mata nya tanpa Naveah tahu. Lee Kwon beruntung lampu di kamar sudah dimatikan kalau tidak dia akan malu."Ngomong-ngomong aku baru kali ini melihat mu menangis seperti ini, dan pertama kali juga mendengar kisah hidup mu yang tidak mudah. Lain kali ungkap kan dan ceritakan apa yang kamu alami pada ku. Aku akan setia
"Dia yang selama ini kamu cari?" tanya pak Park pada Hyungshik sembari menyentuh pundak anak laki-laki nya itu. "Iya ayah" jawab Hyungshik sembari melihat Naveah yang ke luar dari ruangan. "Dia sudah menikah, ayah harap perasaan mu pada nya hanya sekedar rasa terima kasih dan tidak lebih dari itu" nasehat pak Park pada anak nya. "Iya aku tahu" ucap Hyungshik dengan nada tidak bersemangat. "Tenanglah, ayah akan mencarikan perempuan yang tidak kalah menarik dari dia untuk mu" pak Park menyemangati Hyungshik. "Tapi ayah, apakah hubungan dia dengan suaminya baik-baik saja" tanya Hyungshik penasaran. "Ayah tidak tahu pasti, dari informasi yang ayah dapatkan suaminya masih menjalin hubungan dengan mantan pacar nya" ucap pak Park. "Sayang sekali" Hyungshik menggelengkan kepala nya. "Dia anak muda yang luar biasa, ayah sangat suka dengan cara berpikir Naveah itulah kenapa ayah mau bekerjasama dengan TF Group" puji pak Park.