Share

8. Belanja Bersama

Selesai sarapan Naveah meminta izin Ibunya untuk mandi sebelum mereka pergi belanja. Naveah beranjak naik ke lantai dua menuju kamar nya. Saat mengecek Hp yang sedang di cash dia melihat ada panggilan masuk dari Dongman. Naveah pun menelpon Dongman balik, tut tut menunggu panggilan Naveah dijawab oleh Dongman. Tidak lama kemudian Dongman mengangkat telpon Naveh.

"Naveah, apa kamu masih tidur?" tanya Dongman.

"Tidak Hyung, aku barusan dari lantai bawah jadi tidak dengar kalau hp ku berbunyi" kata Naveah. Dongman sebenarnya ingin mengajak Naveah ke luar untuk makan dan bertemu dengan teman-teman sekolahnya nanti malam, Dongman sedikit ragu perempuan menerima ajakannya untuk pergi atau tidak.

"Ada yang bisa aku bantu hyung" kata Naveah memecah keheningan.

"Sebenarnya aku mau mengajak mu untuk pergi bersama nanti malam kalau tidak keberatan" ucap Dongman. 

"Pergi kemana Hyung, berdua atau banyak orang?" tanya Naveah balik.

"Kita tidak berdua, akan ada pertemuan dengan teman-teman SMA nanti malam karena aku tidak punya teman untuk pergi jadi aku berencana mengajak mu, tapi kalau kamu sibuk anggap saja kamu tidak mendengar ajakan ku ini" ucap Dongman tanpa memaksa Naveah.

Sementara itu Naveah masih bepikir untuk mengiyakan ajakan Dongman atau tidak. Perempuan itu sudah janji pergi bersama dengan Ibu mertuanya, dia tidak tahu pulang menemani Ibu mertuanya jam berapa.

"Hyung, kamu masih di sana?" tanya Naveah setelah diam lama.

"Iya Naveah, bagaimana?" Dongman menunggu dengan harap-harap cemas.

"Sebenarnya hari ini aku sudah ada janji, aku tidak tahu pulang jam berapa. Kalau aku bilang iya takutnya aku belum pulang Hyung" jelas Naveah.

"Baiklah santai saja, lagi pula acara seperti ini tidak akan diadakan hanya satu kali. Tidak apa kalau kamu tidak bisa" Dongman memahami kondisi Naveah.

"Maaf ya Hyung, mungkin lain kali" Naveah merasa tidak enak menolak ajakan kakak tingkat nya itu.

"Hey, santai saja tidak perlu dipikirkan" ucap Dongman.

"Kalau begitu aku matikan telpon nya ya, aku sudah ditunggu" ucap Naveah sebelum mengakhiri percakapan dengan senior nya itu.

"Baiklah, kalau begitu selamat beraktifitas" Dongman menutup telpon.

Lee Kwon masih di lantai bawah bersama Ibu nya, mereka duduk di sofa ruang tamu apartemen Naveah.

"Apa mantan kekasih mu kembali lagi ke Korea?"tanya Solmi pada putranya.

Lee Kwon sedikit kaget Ibu nya tiba-tiba bertanya soal Nari pada dirinya. Laki-laki itu mengangguk pada Ibu nya.

"Kamu masih berharap bersama perempuan itu? perempuan yang sudah meninggalkan mu dan akhirnya menikahi pria lain" Solmi bertanya dengan nada sedikit marah.

"Ibu itu dulu, dia sadar kalau apa yang ia lakukan salah itulah kenapa dia kembali sekarang" bela Lee Kwon.

"Kau buta!" bentak Solmi.

"Ingat baik-baik perkataan Ibu, perempuan yang meninggalkan mu dengan alasan tidak bahagia saat bersama mu, kemudian mencari pria lain dan kembali pada mu dengan alasan dia salah mengambil keputusan dia juga akan kembali membuat alasan yang sama pada mu suatu saat nanti saat dia tidak bahagia bersama mu" Solmi menasehati putra nya itu.

Pria itu tampak tidak senang karena Ibu nya terlalu menilai buruk tentang Nari.

"Ibu dia tidak seburuk yang Ibu pikirkan" bela Lee Kwon dengan nada pelan dan meyakinkan pada Ibu nya.

"Jangan menyesali apa yang kamu lakukan suatu hari nanti kalau kamu masih seperti ini" Solmi memperingatkan Lee Kwon.

"Ibu, aku sudah siap" Naveah memanggil-manggil Ibu mertuanya. Seketika itu Solmi dan Lee Kwon menghentikan pembicaraan mereka.

"Kalian di sini" Naveah mengahampiri Ibu nya yang berada di ruang tamu. Naveah merasakan sesuatu telah terjadi sebelum dia mengahampiri Ibu dan suami nya itu.

"Sudah siap Nak?" tanya Solmi berdiri dari Sofa.

Naveah mengangguk pada Ibu mertua nya. Mereka bergandengan tangan ke luar apartemen menuju tempat perbelanjaan yang tidak jauh dari situ. Sedangkan Lee Kwon tidak ikut dan memilih kembali ke apartemennya.

"Kamu tidak ikut dengan kami" tanya Naveah sebelum menaiki mobil bersama Ibu nya.

"Tidak, kalian pergilah bersama, aku tidak ingin mengganggu"jawab Lee Kwon.

"Kau benar-benar membosankan dan tidak seru" ledek Naveah. Terlihat Lee Kwon tidak mood setelah pembicaraannya dengan solmi di ruang tamu apartemen Naveah.

Naveah melambaikan tangan pada Lee Kwon yang mengantar dirinya dan Solmi sampai di tempat parkir apartemen. Pria itu tidak membalas lambaian tangan Naveah dan pergi begitu saja menuju apartemennya.

"Ibu, Lee Kwon kenapa? wajahnya terlihat tidak senang" tanya Naveah ingin tahu.

"Ibu juga tidak tahu nak, bukankah dia juga biasanya seperti itu. Sudah biarkan saja jangan dipikirkan, fokus saja menyetir" jelas Solmi pada menantunya dengan lembut.

"Baiklah Ibu" Naveah tersenyum pada Ibu nya. Dipikiran Naveah, perempuan itu mengira pasti ada suatu hal yang terjadi antara Ibu dan putra nya itu. Tapi dia tidak ingin memikirkan terlalu lama karena tidak perlu juga mengetahui yang tidak perlu ia ketahui.

Sesampainya di Mall, Naveah dan Solmi mengelilingi beberapa toko baju langganan mereka berdua. Sayangnya hari itu Naveah tidak ingin membeli baju jadi dia hanya mengantar Ibu mertuanya membeli beberapa baju.

"Ibu sepertinya ini cocok untuk Ibu" Naveah memilihkan baju lengan pendek motif bunga berwarna biru muda untuk mertuanya.

"Coba Ibu lihat" Solmi mengaca pada cermin yang ada di toko tersebut. Perempuan itu tersenyum karena menantunya itu benar-benar pintah memilihkan baju untuknya.

"Kamu benar-benar tahu selera Ibu" puji Solmi pada Naveah. Naveah tersenyum senang mendengar pujian dari Ibu nya.

"Kamu beneran tidak ingin membeli baju, kan mumpung kita di sini" Solmi kembali menawari Naveah.

"Tidak Ibu, Naveah sedang tidak ingin" jelas Naveah pada Ibu mertuanya. 

Keluar dari toko, Naveah membawa dua kantong belanjaan berisi baju milik mertuanya sedangkan Solmi membawa satu kantong berisi sepatu.

"Ibu senang hari ini?" tanya Naveah. Mereka berdua tengah berada di lantai tiga.

"Tentu, Ibu selalu senang kalau bersama mu" ujar Solmi dengan nada senang.

"Katanya mau membelikan hadiah untuk teman mu" Solmi mengingatkan Naveah.

"Oh iya! Naveah hampir lupa, terima kasih sudah mengingatkan Ibu" Naveah menepuk jidatnya sendiri.

"Kalau begitu kita mampir di lantai dua ya bu, aku mau membelikan buku untuk teman ku" ajak Naveah.

Mereka berdua menaiki eskalator untuk turun ke lantai dua, terlihat sedang ada pameran yang tengah berlangsung di lantai dua. Banyak pengunjung yang duduk antri untuk meminta tanda tangan pada seseorang. Saat keduanya mendekati tempat pameran mereka berdua baru tahu kalau yang diundang untuk mengisi pameran hari itu adalah Nari yang dikenal sebagai seorang penulis yang tengah naik daun di Korea.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status