Home / Romansa / I Love You, Mr. Devil! / 1. The Sexy Agent & The Mysterious Painter

Share

I Love You, Mr. Devil!
I Love You, Mr. Devil!
Author: Black Aurora

1. The Sexy Agent & The Mysterious Painter

Author: Black Aurora
last update Last Updated: 2025-04-09 00:53:24

"Aaahhh!!"

Amanda memegang kepalanya sambil mengernyit.

Ia sedang berakting pura-pura pusing saat sedang berjalan menyusuri koridor pesawat, lalu dengan dramatis menjatuhkan tubuh indahnya di pangkuan seorang lelaki, yang duduk dua baris di belakangnya.

Lelaki yang juga menjadi 'Sang Target' baginya.

"Ah... ma-maafkan aku..." manik hijau zamrud itu pun mengerjap-kerjap, terlihat sungguh polos dan mempesona.

Satu tangannya dibuat tanpa sengaja bertengger dengan manja di dada lelaki itu, sementara tangannya satu lagi bergerak dengan cepat menyusup ke dalam saku jas sang target.

Dapat!!

Amanda bersorak dalam hati ketika menemukan barang yang ia cari.

Lalu seperti terburu-buru, ia pun berdiri dengan wajah yang dibuat merona, dan tak lupa juga membungkukkan tubuhnya dengan gestur meminta maaf.

What a perfect acting!

"Maafkan saya... saya tidak sengaja jatuh di tubuh Anda..." ucapnya dalam Bahasa Inggris dengan raut menyesal.

Penerbangan ini adalah penerbangan Internasional dengan destinasi Jakarta - Milan, yang diisi oleh penumpang yang tentu saja sebagian besar bukan WNI, termasuk 'Sang Target' kali ini.

"Apa Nona baik-baik saja?" Lelaki berusia tiga puluhan itu bertanya dengan sorot penuh perhatian.

Tak kan ada lelaki normal mana pun yang tidak akan terpengaruh melihat seraut wajah cantik dengan tubuh berlekuk indah yang jatuh ke pangkuannya, bagaikan bidadari yang jatuh dari surga.

Amanda tersenyum lemah, yang tentu saja masih bagian dari acting-nya. "Saya tidak apa-apa. Sekali lagi maafkan saya..." lalu ia pun mengayunkan tubuh limbungnya untuk melangkah perlahan menuju ke toilet pesawat.

Sudut bibir Amanda yang terpulas lipstik maroon melekuk naik, ketika ia melirik lelaki targetnya itu tengah melepaskan seat belt dengan terburu-buru, lalu berdiri dari kursinya untuk menyusul Amanda.

'Sure. Nobody can resist me,' pikir Amanda sambil menyeringai angkuh.

Kecuali si Gevan bodoh yang memilih wanita yang bahkan tidak ada apa-apanya dibandingkan dirinya.

Setiap kali mengingat mantan pacar yang telah mencampakkannya itu, Amanda pun seketika merasa meradang.

Ia benar-benar tidak terima dan gusar membayangkan betapa menyebalkannya berada di posisi yang tertolak, padahal selama ini dialah yang terbiasa menolak laki-laki.

Cih. It's his lost then.

Lagipula, sesungguhnya Amanda memang sudah tidak terlalu mencintai mantannya itu. Ia mendekati Gevan hanya karena bosnya Max yang menyuruhnya.

Gevan adalah CEO Samudra Corp., perusahan telekomunikasi terbesar di Indonesia.

Max berpikir jika Amanda berhasil menikahi lelaki itu, maka mereka akan menggandeng perusahaan Gevan sebagai sekutu yang sangat berguna, terutama untuk menyadap berbagai informasi penting melalui teknologi telekomunikasi.

Amanda kembali melirik Sang Target yang kini telah berada begitu dekat dengannya. Sang Target yang harus ia tangani atas perintah Max.

"Nona..."

Amanda merasa sesuatu menyentuh lembut lengannya.

Wanita itu pun menoleh, dan pura-pura terkejut ketika melihat lelaki bersurai coklat terang itu telah berdiri di belakang tubuhnya, begitu dekat dan samar tercium aroma parfum mahal yang menguar lembut.

"A-anda?" Amanda mengerjap-kerjapkan netra zamrudnya seakan terkejut.

Lelaki itu tersenyum. Well, lumayan tampan juga targetnya kali ini.

Jika saja Amanda tidak perlu mencuri flash disc yang berada di sakunya dan seandainya lelaki ini bukan psikopat, mungkin Amanda akan mengajaknya bersenang-senang setibanya mereka di Milan nanti.

"Maaf, saya lihat anda sepertinya sedang mengalami masalah kesehatan? Kebetulan saya adalah seorang Dokter, mungkin jika Nona mengijinkan saya akan memeriksa kesehatan Anda," tuturnya sopan.

Amanda berdecih dalam hati. 'Ya, aku juga tahu kalau kau seorang Dokter, Enzio Morelli! Dokter gila yang juga pembunuh berantai sekaligus penjual organ tubuh ilegal!

Ck! Pasti sekarang ia sedang memindaiku, sambil mengira-ngira berapa juta dollar yang akan ia raup dengan organ-organ yang berada di dalam sana!'

Namun Amanda yang sudah terlatih untuk bersikap sesuai dengan perannya, hanya menyunggingkan senyum gembira.

"Anda Dokter? Benarkah? Aah, kebetulan sekali, sudah beberapa minggu ini kepalaku sangat sakit dan itu membuat tubuhku limbung," tutur Amanda.

Selama beberapa menit mereka berbincang di lorong dekat toilet, dan kemudian kembali ke tempat duduk setelah seorang pramugari menegur mereka dengan sopan agar kembali duduk karena pesawat akan segera mendarat.

Ekspresi datar namun penuh kepuasan terpancar saat ia kembali duduk di kursi kelas bisnis.

Flash disc yang ia curi telah aman tersimpan di dalam bra-nya, dan Amanda telah bertukar nomor ponsel dengan Enzio Morelli untuk acara kencan besok.

Haha. Ini mudah sekali.

Max pasti akan sangat puas dengan kinerja Amanda sebagai agent lapangan baru dengan kodenya sendiri bernama Agent Peacock.

Sebelumnya tugas Amanda benar-benar remeh, bahkan ia sama sekali tidak merasa seperti agen rahasia / mata-mata yang diperkerjakan oleh PBB.

'Ah, pesawat sedang landing. Akhirnya... Milan, I'm coming!' Pekik Amanda dalam hati dengan gembira.

Well, jangan salah. Tentu saja ia cinta Indonesia karena setengah darahnya berasal dari negara itu.

Namun Milan memberinya banyak pengalaman. Sebagai supermodel, dan juga sebagai agen rahasia.

Dengan wajah yang berseri-seri, Amanda menatap jendela yang memperlihatkan pemandangan Malpensa International Airport, Milan.

Namun Amanda sama sekali tidak menyadari kalau sesosok misterius dengan sepasang mata abu-abu gelap dan rambut hitam sepekat malam tanpa bintang, telah memandangi dirinya sejak tadi.

Wajah yang sangat tampan dengan penampilan maskulin itu duduk sejejer dengan kompartemen Amanda.

Senyum memikat yang terukir di bibir lelaki itu sangat dalam dan penuh makna, seakan mampu menelanjangi setiap object yang ia perhatikan dengan intens bagai ilmuwan gila yang sedang mengamati preparat di balik mikroskop.

Lelaki itu merekam setiap gerakan, setiap senyum, bahkan setiap nafas Amanda yang membuat bagian dadanya yang seksi itu bergerak lembut di dalam otaknya.

Lelaki itu bahkan membayangkan bagaimana jika wanita cantik dengan kulit keemasan itu berada di ranjang bersamanya.

Mendesah dan mengerang dengan suara yang menggairahkan karena sentuhannya.

'Belum saatnya,' batin pria itu sambil menyeringai. 'Aku akan bersabar hingga waktu dan keadaan yang akan membuatmu berada di dalam penjara cinta, Amanda Almira Wrighton!'

***

Amanda berontak sekuat tenaga, namun ia kalah kuat.

Kedua tangannya berada dalam cengkraman satu tangan Enzio Morelli, sementara tangan satu lagi lelaki itu mencekik lehernya. Kedua kaki Amanda pun dihimpit oleh paha besar lelaki psikopat itu, hingga ia tak bisa berkutik.

Mungkin sebentar lagi lehernya akan patah, dan Dokter psycho ini pun bisa mengambil organ tubuhnya secara cuma-cuma. Sialan!!

Amanda ingin berteriak meminta tolong, namun pita suaranya ikut tercekik oleh tangan besar Enzio.

Yah, apa boleh buat. Mungkin sampai di sini umurnya.

Hahhh, damned!! Padahal besok Amanda harus tampil di Milan Fashion Week!

Oke, kalau begitu dia akan menjadi mati dan menjadi hantu yang gentayangan menakut-nakuti Enzio dan ikut menjadi salah satu model di pagelaran itu!

Awas kau, Enzio laknat!

Mata hijau zamrud itu seakan telah kehilangan cahayanya dan perlahan mulai menutup, seiring dengan pasokan oksigen yang makin terasa menipis akibat tercekik.

Sesaat ketika sedikit lagi kesadaran Amanda akan hilang, tiba-tiba saja ia merasakan cekikan kuat di lehernya telah menghilang, berbarengan dengan himpitan serta cengkeraman di tubuhnya.

Seketika Amanda pun merosot jatuh ke lantai.

Buugh!!! Braaakk!! Duuugh!!!

Sayup-sayup di antara ambanh batas kesadarannya, Amanda mendengar suara hantaman perkelahian.

Siapa yang menyelamatkannya? Apakah itu Max??

Tidak. Tidak mungkin. Max sangat jarang turun ke lapangan.

Benar-benar sial. Amanda tidak menyangka jika Enzio akan menyadari kalau flash disc yang berisi data-data kejahatannya telah menghilang, dan lelaki itu pun langsung mencurigai dirinya.

Bahkan Amanda sama sekali tidak curiga ketika Dokter gila itu meminta bertemu di bagian airport yang sepi, lalu tiba-tiba saja menarik tubuhnya masuk ke dalam gudang entah apa ini.

Aaahh! Sepertinya Amanda terlalu menyepelekan tugas yang terlihat mudah baginya, namun ternyata tidak semudah yang dikira.

Ada banyak faktor X yang membuat tugas lapangan unpredictable.

Perlahan Amanda pun membuka matanya.

Enzio Morelli, si Dokter psycho itu telah terjengkang di lantai dengan wajah penuh darah, dan seseorang yang berdiri di sampingnya terus melayangkan satu kakinya untuk menendang tubuh yang sudah tak berdaya itu berkali-kali.

Amanda berkedip dua kali, lalu ia pun melebarkan kedua matanya ketika melihat wajah familier yang telah menyelamatkan hidupnya.

Dia... si pelukis???

Pelukis yang tak sengaja Amanda temui ketika ia sedang berolah raga di taman Parco Sempione di Milan beberapa minggu yang lalu!

Saat itu Amanda-lah yang pertama kali menghampirinya dan mengajak berkenalan, karena merasa tertarik dengan aura Indonesia yang terlihat di wajah tampan pelukis itu, meskipun warna matanya abu-abu gelap.

Bahkan setelahnya mereka tidak saling berkomunikasi lagi, karena memang sengaja tidak saling menukar nomor ponsel.

Mereka hanya berbincang santai dan kasual sebagai sesama Warga Negara Indonesia yang berada di negeri asing, tanpa ada maksud apa pun di baliknya.

Amanda hanya bisa terpaku melihat lelaki itu yang masih saja menendangi Enzio dengan membabi-buta, hingga akhirnya ia pun memaksakan sebuah suara lirih dan terbata keluar dari tenggorokannya, meskipun terasa nyeri luar biasa.

"He-hentikan... dia bisa... mati..."

Seakan tersadar, lelaki itu pun menghentikan penyiksaannya kepada Enzio, lalu diam dan menatap Amanda.

Langkah kakinya begitu menakutkan sama sepert ekspresi dingin di wajah lelaki itu ketika ia mendekati Amanda yang masih terengah-engah duduk di lantai.

"Apa kamu baik-baik saja, Amanda?"

Amanda sedikit terkejut karena suara yang keluar dari mulut si pelukis itu begitu lembut, berbanding terbalik dengan bajunya yang penuh darah Enzio dan netra gelapnya yang pekat tak berdasar.

Lelaki itu jongkok dan mengelus rambut panjang Amanda, merapikan poninya yang berantakan.

Amanda memandangi otot lengannya yang tercetak jelas di kaus berkerah V lengan pendek yang ia kenakan, lalu bergidik.

'Siapa dia? Kenapa lelaki ini bisa dengan mudah mengalahkan Enzio yang memiliki kemampuan bela diri hebat?'

'Dia pasti bukan cuma pelukis,' Amanda pun menyimpulkan dalam hati. 'Auranya terlalu dominan dan dingin dibandingkan saat pertama kali kami bertemu.'

Entah kenapa, feeling Amanda mengatakan kalau hidupnya akan semakin kacau setelah bertemu dengan lelaki misterius ini.

Tapi paling tidak, untuk sekarang ia masih hidup.

Maka masih dengan terbata, Amanda pun kembali mengeluarkan suaranya yang masih terdengar serak.

"A-aaku ba-baik-baik sa-ja... Terima kasih untuk... bantuanmu, Kairo."

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Baba Hepi
Bianca?! kau, disini?...
goodnovel comment avatar
Bianca
aish keren
goodnovel comment avatar
Prita Anindya
baru baca dan spt biasa keren banget
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • I Love You, Mr. Devil!   128. The Motherland

    Amanda hanya bisa cemberut ketika Kairo kembali mengurungnya di kamar, setelah peristiwa Max yang tiba-tiba datang ke penthouse mereka tanpa sepengetahuan Kairo sebelumnya. Meskipun Kairo memang tidak jadi pergi meninggalkannya untuk mengurus pekerjaan, namun tetap saja Amanda mengira kalau Kairo akan tetap pergi namun kali ini akan mengajaknya serta, karena takut Amanda berbuat yang tidak-tidak lagi.Wanita bersurai coklat itu pun lagi-lagi hanya bisa mengeluarkan desahan lelah, melihat kekasihnya yang sedang menunduk di atas meja kerja, menyelesaikan serta mempelajari beberapa dokumen penting. Karena kedatangan Max yang membuatnya kesal, maka Kairo memutuskan untuk membawa semua pekerjaannya ke kamarnya di Penthouse. Dia tidak akan memberikan kesempatan kepada calon istrinya yang nakal itu untuk membawa-bawa mantannya yang lain, untuk melakukan hal absurd dengan dalih ngidam.Tadi saja rasanya Kairo sudah ingin sekali meninju wajah Max yang menyebalkan itu jika saja Amanda tidak

  • I Love You, Mr. Devil!   127. The Naughty Preggy Mommy

    "Ha-Hai, Ling-Ling." Sam meneguk salivanya dengan gugup, kala dengan terpaksa ia harus titah Sang Ratu alias Amanda untuk melakukan video call dengan kekasihnya yang berada nun jauh di Shanghai.Masalahnya, ia sangat malu. Selama ia bertugas sebagai ajudan Kairo Aldevara sang pemimpin Black Wolf, pria muda itu terbiasa berpenampilan dingin, datar dan tanpa emosi. Dan kini calon istri pemimpinnya itu malah meminta dirinya untuk bermesra-mesraan dengan sang kekasih di hadapan semua orang?!Matilah saja kau, Sam!!Hati Sam mencelos ketika melihat wajah Ling-Ling yang sangat cantik terpampang nyata di layar ponselnya. Hari ini wanita bermata sipit itu menggelung rambut hitam panjangnya ke atas membentuk bun yang imut. Helai-helai anak rambut jatuh membingkai wajahnya, pipinya yang halus dan putih terlihat merona."Sam! Kejutan sekali kamu tiba-tiba menelepon seperti ini," ungkap Ling-Ling riang. Sam menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ya, biasanya Sam hanya berani menelepon paca

  • I Love You, Mr. Devil!   126. The Love Birds

    Manik awan badai kelabu itu pun terbuka dengan tiba-tiba, seakan sebelumnya lelaki itu tidak sedang tertidur. Ia menatap nyalang pada langit-langit di kamar itu, dan terkesiap ketika merasakan sebuah kecupan lembut yang mendarat di pipinya. "Sudah bangun, Sayang?" Suara renyah itu membuat Kairo menolehkan wajahnya ke samping, dimana sosok wanita tercantik sedang berbaring miring menghadapnya sambil tersenyum. "Apa aku ketiduran?" Tanya Kairo bingung. Ia merasa disorientasi, seperti ada masa yang telah hilang dari hidupnya.Amanda tersenyum dan kali ini mengecup bibir kekasihnya sekilas. "Tidak apa-apa, tidurlah lagi. Istirahatlah."Kairo terdiam dan mengamati intens area mata Amanda yang terlihat membengkak. Seketika ia pun memiringkan tubuhnya hingga kini mereka pun saling berhadapan."Sweetheart, apa kamu habis menangis?" Tanya Kairo sambil mengelus kelopak mata Amanda dengan lembut.Amanda menggenggam tangan Kairo yang berada di wajahnya, lalu mengecup telapaknya. "Ya. Aku men

  • I Love You, Mr. Devil!   125. The Goodbye

    Phoenix pun mengeluarkan tawa kejam yang membuat bulu roma Amanda merinding ketika mengingat peristiwa itu."Ekspresi preman laknat itu lucu sekali. Ia jatuh ke tanah, lalu kelojotan selama beberapa saat. Sebelum pada akhirnya aku pun mengakhiri penderitaannya dengan mengiris lehernya." Amanda menelan ludah mendengarnya, namun tetap diam dan membiarkan Phoenix terus bercerita.Karena Kairo tidak akan pernah sejujur ini. Kairo sering menutupi masa lalunya yang kelam."Itu adalah pembunuhan pertamaku, di usia tujuh tahun." Phoenix kembali menenggak whiskey dan mendesah keras. "Ketika preman itu mati, aku pun sengaja menghilang dan Kairo kembali keluar. Aku sengaja menunjukkan padanya bagaimana cara membela diri. Bagaimana cara untuk bertahan. Yaitu membunuh, atau dibunuh!""Sejak itu akulah yang terus melindunginya. Kairo hanya bisa lari dan sembunyi, sementara aku keluar dan menghadapi semuanya. Hingga suatu hari tiba-tiba anak penakut itu pun berubah, ia mulai menjadi berani. Ia me

  • I Love You, Mr. Devil!   124. The Welcome

    Phoenix Knight menyeringai senang ketika akhirnya ia bisa muncul kembali, setelah beberapa minggu ini Kairo mengurungnya seperti hewan ternak yang terjebak di dalam kandang. Kairo Aldevara sialan!Setiap kali Phoenix terbangun sebagai kepribadian di tubuh ini, selalu saja dalam kondisi terikat dan Sam yang pertama kali ia lihat malah menyiksanya dengan stun gun hingga tak berdaya.Siksaan itulah yang membuat Phoenix enggan untuk muncul kembali. Namun ia tidak bodoh. Phoenix bukan sekedar kepribadian lain yang mudah menyerah begitu saja.Ia hanya perlu mencari kesempatan yang baik untuk keluar. Kesempatan seperti saat ini. Di saat Kairo sedang menurunkan level kewaspadaannya, di saat itulah Phoenix akan muncul. Dan ia benar-benar merasa beruntung, karena saat ia berada di dalam tubuh ini, ternyata bukan Sam dengan stun gun yang akan menyetrum sekujur tubuhnya, tapi malah Amanda yang sedang berada di dekatnya!"Phoenix?" Amanda menyebut namanya dengan bibir ranumnya yang gemetar. N

  • I Love You, Mr. Devil!   123. The Biggest, Strongest And Craziest Love

    Queen tak bisa tak tersenyum ketika diam-diam mencuri dengar perbincangan mesra antara Kairo dan Amanda dari balik pintu. Ia tahu kalau putra sulungnya itu akan sangat bahagia, mendengar kabar bahwa kekasihnya sedang mengandung anaknya.Sebelumnya Amanda sempat mengatakan pada Queen kalau ia sangat cemas jika Kairo tidak menginginkan seorang bayi, namun semua kecemasan itu pun pada akhirnya tidak terbukti.Wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu pun perlahan mengayunkan langkahnya menjauh dari depan pintu kamar yang sedikit terbuka itu, memberikan privasi kepada anak dan calon menantunya yang ingin melepas rindu.Dengan langkah ringan, Queen berjalan ke arah pintu keluar penthouse dan meminta pengawal yang menjaga di luar untuk mengantarnya ke rumah sakit, tempat dimana putra bungsunya Kaivan sedang dirawat untuk luka-lukanya. Setelah mendengar kabar kalau kedua putranya telah ditemukan, Queen memang sengaja tidak langsung ke rumah sakit untuk bertemu dengan Kaivan, melaink

  • I Love You, Mr. Devil!   122. The Heartwarming

    BRAAK!!Pintu Penthouse itu terbuka dengan kasar, sebelum sosok menjulang dengan tubuh atletis memasukinya dengan langkah-langkah lebar dan terburu-buru."Kairo!!" Dan lelaki itu pun terhenyak, ketika tiba-tiba mendapatkan pelukan hangat dari wanita paruh baya yang juga terisak di pelukannya. Apa Amanda yang membawa wanita ini ke Cairo?"Syukurlah kamu selamat," bisik lirih dengan Queen Sharisza, ibundanya. Kairo hanya diam tak bergeming, tak membalas pelukan itu meskipun tak juga menolaknya. Perasaan benci kepada wanita yang melahirkannya itu masih saja ada, benci karena dulu Bunda membiarkan dirinya dibawa oleh Ayahnya yang kejam dan membuat hidup Kairo pun menjadi kacau, serta terjebak di dunia gangster yang keras di usia belia.Perlahan, Kairo pun melepaskan pelukan itu."Dimana Amanda?" Tanyanya kepada Queen. Wanita itu tersenyum maklum atas penolakan putra sulungnya, dan menghias wajahnya dengan senyum."Dia ada di kamar utama," sahut Queen. Segera Kairo beranjak menuju ka

  • I Love You, Mr. Devil!   121 . The Exessive Love

    Ajmal tak bergeming, meskipun moncong senjata itu telah menempel tepat di ubun-ubun kepalanya."Silahkan tembak saya, Tuan. Jika memang Tuan tidak berkenan dengan pengabdian saya," ucapnya penuh keyakinan. Kairo menyeringai miring. Ternyata anak ini berani juga menantang kematian yang berada di depan mata. "Apa jaminannya kalau kamu tidak akan pernah mengkhianatiku lagi, Ajmal?""Nyawaku," sahut cepat remaja tanggung itu tanpa ragu. Kali ini ia mengangkat wajahnya, dan manik hitam polos namun penuh dengan kegetiran hidup itu dengan berani menatap balik netra awan badai kelabu milik Kairo.Serta-merta Kairo pun menjauhkan hand gun dari kepala Ajmal. "Baiklah. Kuberi kau kesempatan kedua. Sekarang bantu aku memapah lelaki itu di sana," titah Kairo sambil menunjuk ke arah Kaivan dan menyimpan hand gun di balik sakunya."Shukran, lak sayidi (terima kasih, Tuan)," Ajmal menyunggingkan senyum tipis sambil berdiri dan melangkah ke arah Kaivan yang masih pingsan.Kairo tidak langsung mend

  • I Love You, Mr. Devil!   120. The Second Chance

    "Selamat datang, Kairo Aldevara," ucap Nathan Yamamoto, yang sedang duduk dengan bertopang kaki di salah satu kursi di dalam toko itu. "Kerja yang bagus, Ajmal. Kamu membawa orang yang tepat ke hadapanku," tukasnya dengan ekspresi penuh kepuasan.Kairo melirik Ajmal yang kini menundukkan kepalanya dalam-dalam. Meskipun wajahnya tak terlihat karena menunduk, namun gestur tubuhnya seakan menunjukkan perasaan bersalah karena menempatkan Kairo dan Kaivan kembali berada di dalam bahaya. Kairo menahan tubuh Kaivan yang tiba-tiba saja hendak menerjang ke arah Nathan dengan raut kesal."Lepaskan aku!" Teriak lelaki bersurai ikal itu dengan mata berkilat-kilat penuh amarah kepada Kairo. "Aku ingin membunuhnya!" Geramnya. Ia sangat dendam, karena Nathan telah menculik dan menyakiti orang-orang terdekatnya. Amanda, Nicholas, dan juga Kairo. Tak peduli bahwa dulu mereka pernah berteman akrab semasa kuliah, namun kini Kaivan merasa sudah tidak mengenal Nathan lagi. Kairo menggeleng. "Ini bu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status