Share

2. The Boss

Author: Black Aurora
last update Huling Na-update: 2025-04-09 00:54:53

Mungkin karena masih shock, hanya beberapa detik kemudian Amanda pun pingsan.

Ia bahkan sama sekali tidak sadar ketika Kairo mengangkat tubuhnya dari lantai dan membawanya keluar dari gudang tempat Enzio menyekap Amanda.

"Siapkan mobil!" Perintah lelaki bersurai legam itu kepada pria muda yang berdiri menunggunya di depan pintu gudang.

Pria itu mengangguk hormat, lalu sekilas melirik penuh rasa ingin tahu kepada wanita yang berada di dalam dekapan Tuannya.

Kairo membungkukkan badannya saat memasuki mobil Rolls Royce. Ia memasukkan tubuh Amanda perlahan untuk didudukkan di kursi bagian belakang.

Lalu dengan setengah tubuh yang masih berada di luar mobil, ia menatap lelaki muda yang berada di bagian kemudi depan.

"Sam, apa barang-barang Amanda sudah dibawa semua?"

Sam mengangguk kecil. "Sudah, Tuan. Koper Nona Amanda sudah aman di bagasi," sahutnya.

“Bagus,” tukas Kairo puas, lalu ia pun ikut masuk ke dalam mobil untuk duduk di samping Amanda.

Maniknya lekat menatap wajah cantik yang sedang terlelap itu, ketika satu tangannya terjulur untuk menyentuh leher jenjang Amanda yang terlihat jejak lebam di kulitnya.

"Enzio sudah kamu amankan?" Kairo bertanya pada Sam, namun netra abu-abu gelapnya tak lepas dari gadis di sampingnya.

"Dia sedang dalam perjalanan menuju The Tomb. Apa Tuan ingin dia segera dieksekusi?" Sahut Sam.

The Tomb adalah ruang bawah tanah, yang biasa digunakan Kairo sebagai tempat penyiksaan dan kurungan bagi tahanan musuhnya.

"Jangan sentuh Enzio. Biar aku yang akan memberikan pelajaran untuknya, tentang bagaimana rasanya menjadi korban perdagangan organ tubuh ilegal," tukas Kairo dengan seringai dinginnya.

Sam tidak menjawab, namun ia hanya mengangguk karena kali ini Kairo menatapnya tajam melalui spion atas.

Tatapan Kairo kembali tertuju kepada Amanda, dan sontak manik dingin itu pun melembut. Perlahan ia mendekatkan bibirnya dengan bibir ranum Amanda yang menggiurkan itu untuk mengecupnya hanya sekilas.

"Mi prenderò sempre cura di te, mia cara Amanda (Aku akan selalu menjagamu, Sayangku Amanda~terjemahan dari bahasa Italia)," bisiknya lembut di telinga gadis itu, lalu kembali mengecup bibirnya--kali ini dengan pagutan yang cukup lama dan penuh gairah.

Mengabaikan Sam di depan sana yang sempat melirik ke belakang dan langsung merasa salah tingkah.

Selama lima tahun mengabdi untuk Kairo, Sam tidak pernah melihat big boss-nya itu memperlakukan siapa pun selembut dan sehangat itu hingga membuatnya heran dan bingung.

Kairo Aldevara--Sang Pemimpin kejam itu lebih sering menyiksa musuhnya tanpa perasaan daripada bersikap normal seperti layaknya manusia biasa.

"Jalan, Sam. Kamu tahu tujuannya kemana," titah Kairo dengan ekspresi dingin tak terbaca, setelah ia puas melampiaskan hasrat terdalamnya kepada bibir merekah yang hampir membuatnya tak bisa menahan diri.

Akhirnya, Kairo pun merengkuh bahu Amanda hingga kepala mungil itu kini bersandar di dada bidangnya.

***

Amanda baru terbangun ketika mendengar suara dering ponsel dari samping tempat tidurnya.

Sambil meringis menahan nyeri di lehernya yang terasa tegang, gadis itu pun menjulurkan kedua tangannya ke atas nakas dimana alat komunikasi itu berada.

"Pronto (halo)?" Sapanya lirih dengan suara yang masih serak. Uh, lehernya masih sakit sekali.

"Agent Peacock!! Dari mana saja kamu?!" Seruan itu membuat Amanda sontak bergeming dari ranjangnya.

"Max?"

"Kamu membuatku khawatir saja! Sudah satu jam aku menelepon dan mengirimimu pesan, namun tak satu pun dibalas. Apa yang terjadi? Apa flash disc itu berhasil kamu dapatkan?!"

"Ehm... soal itu..." Amanda terdiam dan bingung tidak tahu mau menjawab apa. Dia sendiri tidak yakin kalau benda yang ditanya Max masih berada di tangannya.

Mungkin saja Enzio sudah mengambilnya, atau...

Seketika ingatan Amanda pun kembali ke dalam gudang di bandara tempat Dokter psycho itu mencekiknya.

"Max... Enzio tadi menyekapku," tuturnya pelan.

Keringat dingin sontak menetes di pelipisnya ketika bayang-bayang kejam wajah Dokter psikopat itu masih terekam di pelupuk matanya.

Tubuhnya menggigil saat mengingat betapa dekatnya ia dengan kematian, serta kemungkinan jika ia akan ditemukan dengan kondisi organ tubuh yang sudah tak lengkap.

Itu pun jika Enzio tidak membakar jasadnya.

Jika saja saat itu Kairo yang entah dari mana tidak datang untuk menyelamatkannya, semua skenario di atas sangat mungkin terjadi.

"Apa kamu bilang?? Enzio menyekapmu?!" Max terdengar terkejut dan kalut. "Apa kamu serius, Amanda? Lalu bagaimana bisa kamu lolos?!"

Gadis itu pun segera menceritakan semua yang terjadi tanpa ada yang ditutupi. Bahkan juga mengenai Kairo yang menyelamatkannya.

Amanda juga bercerita bagaimana ia dan pelukis jalanan itu pertama kali berkenalan.

"Kairo? Apa kamu tahu nama lengkapnya?" Tanya Max.

"Tidak. Aku dan dia juga tidak sedekat itu untuk saling mengatakan nama panjang kami," celetuk Amanda.

"Tapi dialah yang menyelamatkanmu, Agent Peacock. Dia juga tahu alamat apartemenmu, serta kuncinya yang berupa kode angka. Jika kamu tadi pingsan, maka siapa yang memberitahunya semua hal itu?" Balas Max.

Amanda memijat pelan pelipisnya. Itu juga yang membuatnya heran. Darimana Kairo bisa tahu? Apakah Amanda yang telah memberitahunya tanpa sadar?

"Aku... aku tidak tahu Max," tukas Amanda bingung. "Aku benar-benar tidak tahu..."

Terdengar helaan napas berat dari seberang sana. Max terdengar frustasi. Ya, ia begitu khawatir kepada Amanda yang baru menjalani tugas lapangan untuk pertama kalinya.

Sehingga ketika gadis itu mendadak tidak bisa dihubungi, Max yang sedang bertugas di London pun tidak bisa fokus dengan pekerjaan dan memutuskan untuk segera kembali ke Milan dengan private jet.

Ia hanya ingin memastikan kalau Amanda dalam keadaan baik-baik saja.

"Aku sedang di perjalanan menuju ke apartemenmu," Max pun tiba-tiba memberitahu.

"Hah? Max, bukankah kamu sedang berada di London sekarang?" Tanya Amanda kaget. Setahunya Max sedang menjalani agenda penting dan akan stay di sana selama tiga hari.

"Ya, dan aku langsung pulang ketika tahu ponselmu tidak diangkat selama satu jam, Agent Peacock. Jangan kemana-mana dan tunggu aku. Dan jangan buka pintu apartemenmu untuk siapa pun selain aku."

***

Amanda masih bengong tak percaya melihat seseorang yang masuk ke dalam apartemennya dengan tergesa-gesa.

Hanya satu orang yang tahu kode angka unit apartemen Amanda, dan itu adalah Max.

Ah ya, satu lagi manusia yang tahu--Kairo, meskipun hingga sekarang Amanda masih bingung entah bagaimana lelaki itu bisa mengetahuinya.

Tanpa buang waktu, Max langsung mendekati Amanda dan meletakkan kedua tangannya di pundak gadis itu.

Netra hazelnya saling beradu dengan manik zamrud Amanda, lalu beralih mengamati lebam mengerikan yang melingkar di leher wanita itu.

"Apa Enzo mencekikmu?"

Refleks Amanda menyentuh lehernya yang masih terasa nyeri. "Tak masalah. Yang penting aku berhasil mendapatkan flash disc itu," tukasnya sambil menyeringai bangga.

Ya, flash disc itu untungnya masih aman berada di dalam bra-nya. "Misi lapangan pertamaku ini berhasil, kan?"

Max mendengus keras dan melepaskan tangannya dari pundak Amanda untuk berkacak pinggang.

Lelaki berdarah ras campuran Amerika - Afrika itu terlihat gemas dengan sikap Amanda yang terlalu santai padahal sebelumnya nyawanya benar-benar berada di ujung tanduk.

Jari telunjuknya terangkat untuk diacungkan kepada Amanda. "Hei. Kamu itu hampir tewas, Agent Peacock! Jika saja orang asing yang bernama Kairo itu tidak segera datang, mungkin sekarang setiap organ tubuhmu telah berada di setiap negara yang berbeda!"

Amanda menggaruk kepalanya sambil mencebik--membuat Max semakin gemas.

Kalau sudah begini, Amanda terlihat sangat polos dan imut, apalagi rambut coklatnya yang sedikit berantakan dan wajahnya yang sudah bersih dari make up itu membuatnya seperti gadis remaja tanggung yang sedang ngambek.

Hilang sudah image 'wanita nakal' yang harus ia perankan selama ini, dan hanya di depan Max ia bisa membuka topeng serta menjadi diri sendiri.

"Max, please. Aku masih jet lag karena perbedaan waktu enam jam dan kamu malah membuat kepalaku semakin pusing!" Keluh Amanda sambil berdecih lalu dengan santainya merebahkan diri di atas sofa dan menutup matanya.

Gadis itu sama sekali tidak rikuh atau takut mengomeli bosnya seperti itu. Hubungan mereka yang lebih mirip teman daripada bawahan dan atasan, membuat Amanda jadi bersikap santai padanya.

Kembali Max menghempaskan nafasnya melihat gadis yang membuatnya khawatir sekaligus kesal ini.

Hei, dia adalah Pemimpin dari The Golden Badge! Bagaimana pun, tidak seharusnya Amanda yang notabene adalah bawahannya bersikap terlalu santai.

"Minggir!" Max lalu menepuk kasar kaki Amanda, dan segera menghempaskan bokongnya di material empuk itu ketika akhirnya kaki Amanda turun menjejak lantai.

"Bukan kamu saja yang jet lag, Agent Peacock," gerutu Max sambil memijat kepalanya yang berdenyut.

Ia sama sekali tidak jet lag, hanya saja otaknya sekarang serasa mau pecah karena cemas berlebihan yang dirasakan sebelum bertemu Amanda.

"Sekarang tolong buatkan sesuatu yang bisa dimakan. Aku lapar."

Amanda pun mendelik sambil berjengit. Apa-apaan lelaki ini?? Mana ada jet lag kalau jarak tempuh dan beda waktu antara London dan Milan hanya selisih satu jam??

"Jadi kamu menyuruhku untuk menyiapkan makanan??" Sergahnya tak percaya. "Kenapa aku harus melakukannya?"

Amanda merasa tidak harus menjamu bosnya ini, karena tidak biasanya Max singgah lama-lama di apartemennya.

Yang sudah-sudah, lelaki itu biasanya hanya datang jika ada perlu, dan langsung buru-buru pergi setelahnya.

Max menatap datar manik hijau zamrud berkilau di sampingnya. "Karena aku adalah bosmu. Dan karena aku yang menyuruhmu," tandas lelaki itu tajam dengan nada tak ingin dibantah.

***

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • I Love You, Mr. Devil!   Catatan Author (Gratis)

    Haai ❤️ Happy ending nggak harus selalu gegap gempita penuh bahagia ya. Bisa jadi seperti Kairo, yang akhirnya bahagia karena bisa kembali bersatu dengan Amanda di alam yang sama. Kepuasan karena telah hidup dengan mengutamakan cinta, itu juga the happiest ending untuk menutup sebuah cerita. Dan buat kalian semua, terima kasih karena telah menjadi bagian dari perjalanan serta petualangan Kairo-Amanda di manca negara ❤️❤️❤️ Sayangi keluarga, teman dan orang-orang yang mencintai kamu, karena mereka harta yang sangat berharga di dunia ini. It's author here, signing off. ********* THE END *********

  • I Love You, Mr. Devil!   131. Beautiful Life (End)

    "You either die young not knowing your future, or die old remembering your past." (Unknown)Prepare your heart, and let's enjoy the ride.***Tiga pasang mata memandangi seorang lelaki tua di hadapan mereka sambil membelalak lebar. Tak ada kata yang terucap dari bibir mereka, karena masing-masing berusaha untuk mencerna cerita masa lalu yang begitu mencengangkan untuk didengar."Jadi, dulu Mommy adalah seorang agen rahasia? Dan Daddy dulu adalah pimpinan geng mafia?!" Seru lelaki muda berparas sangat tampan itu sambil memandang Ayahnya. Ya ampun, rasanya masih sangat sulit dipercaya!!Si lelaki tua itu menatap putranya dengan senyum terkulum di bibir. Putra yang sangat mirip dengannya di waktu muda. "Unbelievable, hm? Tapi itu benar, Keenan. Begitulah cerita bagaimana Daddy bisa bertemu dengan Mommy kalian, jatuh cinta, berpetualang bersama dan akhirnya memiliki kalian semua," ucap Kairo Aldevara, sang lelaki tua itu kepada ketiga buah hatinya dengan tatapan lembut penuh kasih.Kee

  • I Love You, Mr. Devil!   130. The Next Generation

    Sam pun seketika terdiam mendengar perkataan Tuannya yang di luar perkiraan itu. Dan metika ia hendak membuka mulut untuk bertanya, Kairo telah lebih dulu kembali bersuara."Dario, kamu juga kubebaskan. Sampaikan kepada semua rekan-rekan Black Wolf, bahwa Kairo Aldevara telah membubarkan organisasi itu, dan kuharap semuanya mau mengerti dan hiduplah di jalan yang bersih dan benar mulai saat ini." Kairo bahkan telah menyebut anggota Black Wolf dengan sebutan 'rekan' karena rasa hormatnya."Sam dan Dario, tolong aturlah agar semua rekan kita mendapatkan kompensasi masing-masing tiga ratus juta untuk memulai kehidupan yang baru. Sedangkan untuk kalian berdua, aku sendiri yang akan memberikan kalian kompensasi yang lebih besar, meskipun mungkin masih tak sebanding dengan jasa dan pengorbanan kalian selama ini."Dario mengangguk tenang, meskipun hatinya serasa tak karuan mendengar kabar yang sangat tiba-tiba ini. "Baik, Tuan. Terima kasih atas penghargaannya," ucap lelaki yang memiliki

  • I Love You, Mr. Devil!   129. The Real Adventure Begins

    "Amanda!"Manik hijau cemerlang itu pun menoleh ke arah sumber suara yang memanggil namanya dengan intonasi ceria.Seorang lelaki bertuxedo hitam dengan tubuh tinggi dan rambut pirang gelap tersenyum dan berjalan ke arahnya. Lelaki bernetra sebiru langit itu menggandeng mesra seorang wanita dengan gaun peach lengan pendek yang menjuntai hingga semata kaki. Rambut ikal lembut kemerahan yang tergerai sepanjang punggungnya membuat wajahnya yang putih terlihat makin bersinar dalam sapuan make up tipis."Selamat atas pernikahanmu ya!""Adam?!" Sontak Amanda pun berseru gembira melihat sepupunya, Adam James Wrighton dan istrinya Flora yang juga hadir di pesta pernikahannya.Ya, hari ini adalah pesta pernikahan Amanda dan Kairo, yang hanya berselang tiga hari sejak kedatangan mereka ke Indonesia. Kairo sengaja memberikan pesta pernikahan kejutan yang sama sekali tidak disangka oleh Amanda.Lelaki yang kini telah menjadi suaminya itu berkonsultasi lebih dahulu dengan Daddy Nicholas untuk m

  • I Love You, Mr. Devil!   128. The Motherland

    Amanda hanya bisa cemberut ketika Kairo kembali mengurungnya di kamar, setelah peristiwa Max yang tiba-tiba datang ke penthouse mereka tanpa sepengetahuan Kairo sebelumnya. Meskipun Kairo memang tidak jadi pergi meninggalkannya untuk mengurus pekerjaan, namun tetap saja Amanda mengira kalau Kairo akan tetap pergi namun kali ini akan mengajaknya serta, karena takut Amanda berbuat yang tidak-tidak lagi.Wanita bersurai coklat itu pun lagi-lagi hanya bisa mengeluarkan desahan lelah, melihat kekasihnya yang sedang menunduk di atas meja kerja, menyelesaikan serta mempelajari beberapa dokumen penting. Karena kedatangan Max yang membuatnya kesal, maka Kairo memutuskan untuk membawa semua pekerjaannya ke kamarnya di Penthouse. Dia tidak akan memberikan kesempatan kepada calon istrinya yang nakal itu untuk membawa-bawa mantannya yang lain, untuk melakukan hal absurd dengan dalih ngidam.Tadi saja rasanya Kairo sudah ingin sekali meninju wajah Max yang menyebalkan itu jika saja Amanda tidak

  • I Love You, Mr. Devil!   127. The Naughty Preggy Mommy

    "Ha-Hai, Ling-Ling." Sam meneguk salivanya dengan gugup, kala dengan terpaksa ia harus titah Sang Ratu alias Amanda untuk melakukan video call dengan kekasihnya yang berada nun jauh di Shanghai.Masalahnya, ia sangat malu. Selama ia bertugas sebagai ajudan Kairo Aldevara sang pemimpin Black Wolf, pria muda itu terbiasa berpenampilan dingin, datar dan tanpa emosi. Dan kini calon istri pemimpinnya itu malah meminta dirinya untuk bermesra-mesraan dengan sang kekasih di hadapan semua orang?!Matilah saja kau, Sam!!Hati Sam mencelos ketika melihat wajah Ling-Ling yang sangat cantik terpampang nyata di layar ponselnya. Hari ini wanita bermata sipit itu menggelung rambut hitam panjangnya ke atas membentuk bun yang imut. Helai-helai anak rambut jatuh membingkai wajahnya, pipinya yang halus dan putih terlihat merona."Sam! Kejutan sekali kamu tiba-tiba menelepon seperti ini," ungkap Ling-Ling riang. Sam menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ya, biasanya Sam hanya berani menelepon paca

  • I Love You, Mr. Devil!   126. The Love Birds

    Manik awan badai kelabu itu pun terbuka dengan tiba-tiba, seakan sebelumnya lelaki itu tidak sedang tertidur. Ia menatap nyalang pada langit-langit di kamar itu, dan terkesiap ketika merasakan sebuah kecupan lembut yang mendarat di pipinya. "Sudah bangun, Sayang?" Suara renyah itu membuat Kairo menolehkan wajahnya ke samping, dimana sosok wanita tercantik sedang berbaring miring menghadapnya sambil tersenyum. "Apa aku ketiduran?" Tanya Kairo bingung. Ia merasa disorientasi, seperti ada masa yang telah hilang dari hidupnya.Amanda tersenyum dan kali ini mengecup bibir kekasihnya sekilas. "Tidak apa-apa, tidurlah lagi. Istirahatlah."Kairo terdiam dan mengamati intens area mata Amanda yang terlihat membengkak. Seketika ia pun memiringkan tubuhnya hingga kini mereka pun saling berhadapan."Sweetheart, apa kamu habis menangis?" Tanya Kairo sambil mengelus kelopak mata Amanda dengan lembut.Amanda menggenggam tangan Kairo yang berada di wajahnya, lalu mengecup telapaknya. "Ya. Aku men

  • I Love You, Mr. Devil!   125. The Goodbye

    Phoenix pun mengeluarkan tawa kejam yang membuat bulu roma Amanda merinding ketika mengingat peristiwa itu."Ekspresi preman laknat itu lucu sekali. Ia jatuh ke tanah, lalu kelojotan selama beberapa saat. Sebelum pada akhirnya aku pun mengakhiri penderitaannya dengan mengiris lehernya." Amanda menelan ludah mendengarnya, namun tetap diam dan membiarkan Phoenix terus bercerita.Karena Kairo tidak akan pernah sejujur ini. Kairo sering menutupi masa lalunya yang kelam."Itu adalah pembunuhan pertamaku, di usia tujuh tahun." Phoenix kembali menenggak whiskey dan mendesah keras. "Ketika preman itu mati, aku pun sengaja menghilang dan Kairo kembali keluar. Aku sengaja menunjukkan padanya bagaimana cara membela diri. Bagaimana cara untuk bertahan. Yaitu membunuh, atau dibunuh!""Sejak itu akulah yang terus melindunginya. Kairo hanya bisa lari dan sembunyi, sementara aku keluar dan menghadapi semuanya. Hingga suatu hari tiba-tiba anak penakut itu pun berubah, ia mulai menjadi berani. Ia me

  • I Love You, Mr. Devil!   124. The Welcome

    Phoenix Knight menyeringai senang ketika akhirnya ia bisa muncul kembali, setelah beberapa minggu ini Kairo mengurungnya seperti hewan ternak yang terjebak di dalam kandang. Kairo Aldevara sialan!Setiap kali Phoenix terbangun sebagai kepribadian di tubuh ini, selalu saja dalam kondisi terikat dan Sam yang pertama kali ia lihat malah menyiksanya dengan stun gun hingga tak berdaya.Siksaan itulah yang membuat Phoenix enggan untuk muncul kembali. Namun ia tidak bodoh. Phoenix bukan sekedar kepribadian lain yang mudah menyerah begitu saja.Ia hanya perlu mencari kesempatan yang baik untuk keluar. Kesempatan seperti saat ini. Di saat Kairo sedang menurunkan level kewaspadaannya, di saat itulah Phoenix akan muncul. Dan ia benar-benar merasa beruntung, karena saat ia berada di dalam tubuh ini, ternyata bukan Sam dengan stun gun yang akan menyetrum sekujur tubuhnya, tapi malah Amanda yang sedang berada di dekatnya!"Phoenix?" Amanda menyebut namanya dengan bibir ranumnya yang gemetar. N

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status