*Lokasi : Tokyo, Jepang--Satu Bulan KemudianSudah satu bulan Amanda tidak bertemu dengan Kaivan. Wanita itu masih sering bertemu dengan Naomi dan Queen tentu saja, namun ia sengaja menemui mereka di saat Kaivan sedang terbang. Ketika Kaivan mengatakan isi hatinya kepada Amanda, wanita itu langsung diam membisu, dan tak lama kemudian ia pun pamit untuk pulang tanpa menjawab ucapan Kaivan sama sekali. Kaivan yang tidak bisa berbuat apa-apa karena harus menjaga Queen di rumah sakit, akhirnya hanya bisa mengangguk pasrah dan membiarkan wanita bersurai coklat itu pergi.Hari ini Amanda sedang sarapan di meja makan, ketika Nicholas keluar dari kamar dan mengecup puncak kepala putrinya dengan penuh kasih sayang, lalu duduk di sampingnya."Sorry Daddy, aku sarapan duluan.""It's okay, Baby. Apa kamu mau keluar?"Amanda mengangguk dengan kedua pipi menggembung penuh makanan, membuat Nicholas tersenyum melihat kebiasaan putrinya yang tak berubah sejak dulu."Bunda Queen meminta tolong untuk
*Lokasi : Athena, YunaniKairo memimpin rapat tertutup hari itu, bersama seluruh jajaran Direksi dan para petinggi perusahaan jasa transportasi The Velocity milik almarhum Luca Romano. Hanya dalam seminggu, ia telah membongkar semua kecurangan dan penggelapan dana yang selama bertahun-tahun dilakukan oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab, dan membukanya di hadapan semua. Ia juga memecat tanpa hormat kepada semua yang terbukti bersalah, dan melakukan ultimatum agar mengembalikan setiap Euro yang dikorupsi jika tidak ingin dibawa ke ranah hukum.Dengan wajah dingin tanpa ekspresi, lelaki itu keluar dari ruang meeting dan berjalan menuju ruang kerjanya. Setiap derap langkahnya yang tegas dan penuh wibawa membuat siapa pun yang berpapasan dan membungkuk hormat padanya,sekaligus akan merasa bergidik karena aura mendominasi yang menguar begitu kuat, baik yang berasal dari tatapan netra awan badai kelabu maupun dari gestur tubuh tinggi berototnya.Sam berjalan mendahului Kairo ketik
*Lokasi : Tokyo, Jepang"Tantee Amandaaaa...!!!" Amanda yang sedang asik bermain piano, terkejut bukan kepalang ketika sepasang lengan kecil memeluknya dari arah belakang. Sontak ia pun menghentikan permainannya dan menoleh pada sebuah wajah mungil nan cantik dengan kemilau netra kelabu dan menyunggingkan senyum lebar kepadanya."Naomi?! Sejak kapan kamu datang?" Amanda pun melepaskan tautan tangan gadis kecil berkuncir dua itu di pinggangnya, lalu membawanya ke atas pangkuan."Sejak tadi," cetus Naomi sambil memainkan ujung rambut panjang Amanda yang tergerai. "Papa bilang aku nggak boleh berisik, karena Tante Amanda main pianonya bagus banget."Amanda mengalihkan tatapannya ke belakang Naomi, dan melihat Kaivan yang berdiri di sana sambil tersenyum dengan kedua tangan masuk ke dalam saku celana.Hati Amanda seketika mencelos melihat betapa tulusnya senyum itu, meskipun beberapa hari yang lalu Amanda telah menolak lamaran Kaivan. Bahkan Naomi yang terlihat sangat menggebu-gebu be
*Lokasi : Tokyo, JepangAmanda hanya bisa cemberut, ketika Nicholas memintanya untuk datang ke sebuah acara Konvensi Pengusaha Asia mewakili dirinya yang tidak bisa hadir karena sedang mengurus hal penting.Bukannya Amanda tidak mau membantu Daddy-nya, masalahnya Kaivan yang diminta Daddy sebagai teman kencan di acara tersebut. Setelah Naomi memergoki mereka di dapur, gadis kecil itu pun menyampaikan apa yang terjadi kepada Queen dan Nicholas yang menyambut gembira, karena mengira Amanda telah menerima Kaivan sebagai calon suaminya.Amanda berusaha menjelaskan kepada Daddy bahwa itu adalah kesalahpahaman, namun Daddy sepertinya tidak percaya. "Jangan malu-malu, pumpkin. Tak mengapa kalau kamu mulai menyukai Kaivan. Lagipula dia adalah lelaki yang baik. Tapi Daddy akan menyerahkan semuanya kepadamu, karena perasaanmu yang paling penting.""Aku hanya menyukai Kaivan sebagai seorang teman, Daddy. Tidak lebih," tegas Amanda. Nicholas tersenyum, lalu mengelus puncak kepala putrinya. "Ba
*Lokasi : Tokyo, JepangSore hari sekitar jam setengah empat, Kaivan pun datang untuk menjemput Amanda dalam rangka menghadiri Konvensi Pengusaha Asia, di Gedung Aoyama Geihinkan, sebuah private ceremony hall termegah dan termewah di Tokyo.Untuk pertama kalinya setelah berbulan-bulan, Amanda akhirnya berdandan dan memakai gaun, sebuah haute couture dari perancang dunia berwarna zamrud seperti warna matanya. Taburan berlian memenuhi pola gaun dengan model one-shoulder tanpa lengan. Bagian bawahnya yang menjulur hingga ke mata kaki, memiliki belahan tinggi yang seksi mulai dari paha, memamerkan kaki jenjang berkulit keemasan yang menawan.Aura seorang supermodel telah terpancar deras dari sosoknya meskipun tanpa banyak berusaha, membuat setiap mata yang menatap akan berdecak penuh kekaguman, termasuk juga Kaivan."Cantiknya calon istriku," guman lelaki itu dengan takjub. Tampak terpesona pada tampilan Amanda yang sempurna tanpa cela dari atas kepala hingga ujung kaki.Kaivan memastika
*Lokasi : Jakarta, Indonesia~~FLASHBACK 20 Tahun Yang Lalu..."Phoenix??" Anak lelaki berusia empat belas tahun itu mengangguk dengan penuh semangat. Ia mengambil buku tebal dari dalam tas sekolahnya, lalu menunjukkan gambar sebuah burung mitologi yang sedang melebarkan sayapnya yang merah keemasan bagai nyala api yang bercahaya."Burung Phoenix adalah makhluk terkeren, Monic! Bisa mengeluarkan api dari sela-sela bulunya, dan selalu akan terlahir kembali setelah dia mati. Jadi untuk menjawab pertanyaan anehmu tadi tentang seandainya kita bisa memilih hidup sebagai hewan, maka aku mau menjadi burung Phoenix," tukas anak lelaki itu dengan mata kelabu bersinar-sinar penuh semangat.Gadis kecil berusia sepuluh tahun itu pun berdecih. "Tapi makhluk seperti itu tidak ada, Kairo! Itu kan cuma mitos!" Ledeknya sambil mencebik dan memain-mainkan rambut pirangnya."Tentu saja ada!" Kairo pun menutup buku tebal itu dan memasukkannya kembali ke dalam tas. "Kamu tahu? Aku rasa sebenarnya diriku
"Kaivan! Kairo masih hidup!" Desisnya dengan napas putus-putus dan hijau netranya yang membelalak lebar."Ya, sepertinya begitu. Duduklah dulu, Amanda. Nanti setelah Kairo turun dari panggung, baru akan kita pastikan apa yang terjadi sebenarnya."***"TUNGGU!!" Dengan setengah berteriak, Amanda segera melepas heels sembilan senti dan menentengnya, lalu mengangkat gaun panjangnya agar langkah cepatnya tak terhalang ketika sedang berlari mengejar sosok yang telah turun dari panggung itu."Amanda!" Kaivan berusaha menggapai lengan wanita itu, namun gagal. Amanda terlalu cepat berlalu untuk mengejar lelaki yang kini telah keluar gedung Aoyama Geikinhan melalui pintu ganda raksasa, yang akan menuntun langkahnya menuju tangga lebar menurun yang dilapisi red carpet.Sebuah mobil Bentley mewah berwarna hitam telah berada di ujung tangga tersebut, menanti sosok rupawan dengan figur tinggi dan kekar itu. Sang supir segera keluar dari mobil dan buru-buru membukakan pintu bagian penumpang untu
"Kalau begitu masuklah, Miss Amanda. Coba ceritakan padaku semuanya... tentang kita," ucap Phoenix dengan sinar kelabu di matanya yang menggoda, membuat Amanda terhipnotis dan serta-merta menganggukkan kepalanya. *** "Aku ikut denganmu," putus Kaivan akhirnya. Tak mungkin ia membiarkan Amanda pergi berdua begitu saja dengan Kairo. Selain juga karena ia penasaran bagaimana kembarannya itu masih hidup, setelah dikira telah tewas terperosok ke dasar jurang. Phoenix menaikkan satu sudut bibirnya. "Aku hanya mengundang Miss Amanda, Mr. Kaivan Alvarino. Silahkan membuat janji terlebih dahulu jika ingin bertemu denganku," cetusnya dingin. "Kalau begitu Amanda juga tidak boleh pergi." Kaivan tetap bersikeras. Amanda mengeratkan cengkeramannya di lengan Kaivan. "Please, Kaivan..." mohonnya dengan memelas. Kaivan tetap menggeleng tegas. "Tidak." Phoenix mendengus, merasa geli dengan pasangan aneh di depannya ini. "Cemburu itu tidak baik, Kaivan. But, whatever!" Ia mengedikkan bahu tak
Langkah Amanda terhenti di sebuah halte bis. Sejenak ia pun duduk sambil melepas penat karena berlarian entah berapa kilo meter dari kediaman Kairo. Wanita itu sama sekali tidak menyadari kalau dirinya telah menjadi pusat perhatian orang-orang di sana, yang mengenal dirinya sebagai seorang model Internasional ternama dari Asia. Bahkan beberapa orang laki-laki dan perempuan diam-diam memotret dirinya dan berguman lirih, "kawaii (cantik)!" Mereka tak pernah menyangka akan menyaksikan model terkenal itu mengenakan pakaian kimono Jepang bermotif bunga biru muda dan peach, lalu menyanggul rambutnya dengan model simpel berponi yang manis sehingga membuat semua terpukau melihatnya. Amanda kemudian berdiri, memutuskan untuk mulai mengaktifkan ponsel dan menelepon Daddy-nya. Satu kali, dua kali, tiga kali... dan hanya nada dering yang terus terdengar hingga sambungan telepon itu pun akhirnya terputus. Sekali lagi Amanda mencoba untuk menelepon, namun hasilnya tetap sama. Daddy tidak m
Di dalam ruangan yang mirip sel penjara dengan lampunya yang temaram itu, Sam masih setia menunggui Kairo yang sedang beristirahat. Posisi Tuannya itu sama sekali belum berubah sejak satu jam yang lalu, yaitu duduk di sebuah kursi besi yang ditempa dan menempel kuat di dinding, dengan borgol dan rantai yang membelenggu kedua tangan serta kakinya.Ketika kemudian pada akhirnya kelopak mata Kairo mulai bergerak-gerak perlahan, Sam pun mulai bersikap waspada. Tatapan dari mata sipit lelaki itu terus tertuju hanya kepada wajah Kairo.Terdengar erangan lirih dan umpatan pelan, sebelum akhirnya netra kelabu itu mengerjap-kerjap dan perlahan terbuka. "Sam?"Reaksi pertama lelaki itu adalah terkejut karena dipandangi dengan tajam oleh ajudannya, dan reaksi keduanya adalah berteriak gusar ketika menyadari bahwa tangan dan kakinya berada dalam belenggu.Dari kedua reaksi tersebut, Sam pun bisa menarik kesimpulan bahwa kepribadian yang sedang ia hadapi sekarang ini adalah Phoenix Knight."LE
Amanda merasa jauh lebih segar ketika telah mandi dan berpakaian. Tadi sebelumnya, seorang maid dengan busana kimono khas Jepang masuk ke dalam kamarnya untuk memberikan sebuah gaun santai sebatas lutut lengan pendek berwarna fuschia, yang terlihat sangat indah ketika berpadu dengan warna kulitnya yang keemasan.Maid itu juga menawarkan untuk memandikan Amanda seperti layaknya putri-putri Jepang kuno jaman dahulu yang dimandikan dayang-dayangnya, namun wanita itu menolaknya. Ia lebih suka privasi, dan merasa aneh jika banyak tangan asing menyentuh tubuhnya.Selesai mandi, Amanda bermaksud mencari Kairo terlebih dahulu sebelum menelepon Daddy. Namun ketika ia keluar dari kamar, Amanda bertemu Monica dengan mata biru safirnya yang melotot lebar melihat dirinya."Apa yang kau lakukan di kamar Kairo??!" Bentak wanita pirang itu dengan ekspresi geram. Amanda tersenyum manis. "Hmm... kira-kira apa yang dilakukan seorang wanita di kamar pria??" Ia balik bertanya. Lalu ia pun mendekati w
Mungkin karena malam sebelumnya Amanda tidak bisa tidur dengan nyenyak, maka wanita itu masih terus terlelap dalam dekapan Kairo. Hingga mobil yang membawa mereka pun akhirnya sampai di rumah kediaman yang luas bergaya Jepang kuno itu.Kairo tidak ingin membangunkan Amanda, maka ia menggendongnya langsung menuju kamar utama dibantu oleh maid yang membukakan pintu geser untuk Kairo dan Nona Muda yang berada dalam dekapannya.Sam mengetuk pelan pintu kamar Kairo, dan segera masuk setelah mendengar suara Tuannya. Ia membawakan sebuah map hitam dan meletakkannya di atas meja. Tatapan lelaki itu kemudian beralih kepada Tuannya yang sedari tadi terdiam tak bergeming memandangi Nona Amanda dengan tatapan penuh sejuta makna.Seketika kecemasan pun melanda lelaki bermata sipit tersebut."Tuan, sebaiknya Anda berhati-hati. Jangan sampai--""Aku mengerti, Sam," potong Kairo tanpa melepaskan pandangannya sedetik pun dari bidadari yang sedang terbaring dengan nyenyak di ranjang. Bahkan saat tid
Queen termenung mendengar perkataan Kairo yang menyebut dirinya dengan panggilan "Nyonya". Sangat menyedihkan ketika setelah beberapa tahun akhirnya mereka bisa bertemu, tapi putra kandung sendiri masih tidak ingin mengakui dirimu sebagai ibunya. Queen pun mendesah dalam hati. Ia tak bisa memaksakan kehendak dengan meminta Kairo memanggilnya dengan sebutan "Bunda", karena Kairo dan Kaivan memiliki sifat keras kepala yang sama, yang diturunkan dari Damian almarhum Ayah mereka. Keterdiaman Queen membuat Kairo kembali berkata, "kalau begitu aku akan menyusul Amanda ke dalam dan langsung membawanya pergi dari rumah ini. Sekali lagi tolong bantu saya, Nyonya. Beri pengertian untuk putra Anda agar tidak mengganggu Amanda lagi." Lalu dengan langkah tegas, Kairo berjalan masuk ke dalam rumah untuk mencari keberadaan Amanda. Hatinya tak tenang membayangkan apa saja yang dilakukan Kaivan kepada kekasihnya itu. Dan langkahnya pun terhenti ketika melihat Amanda dan Kaivan yang duduk salin
Amanda tertegun ketika melihat Queen yang telah berdiri di pintu masuk. Karena keributan antara Kairo dan Kaivan, mereka semua sepertinya tidak ada yang menyadari suara mobil wanita itu yang masuk dan terparkir di depan rumah. "B-Bunda?!" Amanda mengeluarkan suara gugup. Ia benar-benar tidak menyangka kalau wanita itu telah pulang dan melihat semuanya! Wanita paruh baya yang sangat Amanda sayangi, yang menjadi alasan terkuatnya untuk menerima lamaran Kaivan. Kaki Queen perlahan bergerak. Sejenak Amanda mengira kalau wanita itu akan menghampiri Kaivan yang babak belur, namun ternyata perkiraannya salah. Queen mendatangi Kairo, dan berhenti ketika jarak di antara mereka tersisa dua langkah. Kedua netra yang sama-sama berwarna kelabu itu pun saling bertatapan. "Kamu masih hidup, Nak? Ini bukan mimpi, kan?" Ucap pelan Queen dengan mata yang semakin berkaca-kaca. Kedua tangannya terulur untuk memegang lengan Kairo dan mengelusnya lembut, seakan sedang memastikan bahwa sosok yang
Perkelahian itu sangat tidak seimbang. Kairo tentu saja jauh lebih unggul dari Kaivan, karena memiliki banyak pengalaman bertarung hampir seluruh hidupnya.Kedua lelaki dengan wajah serupa dan tubuh yang sama-sama atletis serta otot-otot tubuh yang menonjol itu saling berbaku hantam di ruang tamu, disaksikan oleh Amanda dan Sam serta tiga orang maid yang kembali datang karena mendengar suara-suara berisik. "Sam! Jangan diam saja, lerai mereka!" Jerit Amanda ketika melihat Kaivan yang sudah kewalahan dan terluka melawan Kairo yang beringas.Sam menggeleng pelan penuh penyesalan. "Saya masih sayang nyawa, Nona. Tuan Kairo bisa mencincang saya kalau berani menghalangi beliau untuk menghajar tunangan Anda. Maaf."Amanda membelalakkan mata tak percaya dengan ucapan Sam itu. Pasti dia mengada-ada! "Baik! Kalau kau tidak mau melerai mereka, maka aku yang akan melakukannya!" Sergah Amanda kesal."KAIRO! STOP!" Amanda menjerit sekuat yang ia bisa, antara frustasi dan cemas melihat Kaivan ya
Keterdiaman Amanda membuat Kaivan semakin kesal. Dalam bayangan liarnya, Amanda dan Kairo pasti telah berselingkuh di belakangnya! Lelaki itu lalu mencengkram lengan atas tunangannya. "Itu benar kan? Semalam kau tidur dengan Kairo?!" Amanda menggeleng pelan. "Aku tidak melakukan itu, Kaivan. Sungguh." "Lalu dimana saja kamu semalaman?!" Guncangan frustasi Kaivan di lengan Amanda membuat wanita itu seketika merasa bersalah, tapi ia memilih untuk berkata jujur karena Kaivan memang pantas mendapatkannya, meskipun mungkin akan menyakitkan. "Aku di rumah... Kairo." Kaivan menajamkan sorot mata pekatnya kepada Amanda. "Jadi semalaman kamu bersamanya, dan kalian tidak melakukan apa-apa?! Apa kamu berharap aku akan percaya semua omong kosong itu??" Amanda kembali menggeleng. "Tapi aku dan Kairo sungguh tidak melakukannya..." "Baik. Anggap aku percaya kalau kalian tidak tidur bersama. Tapi apakah dia menciiummu??" Kali ini Amanda tak bisa mengelak, karena ekspresinya tidak bisa be
Amanda tidak mengindahkan larangan Nicholas untuk tidak mendatangi rumah mereka di Gaienmae yang telah habis terbakar api. Wanita itu hanya ingin memastikan bahwa semua maid di sana baik-baik saja, dan mencari dokumen berharga yang mungkin masih bisa diselamatkan.Sesampainya di sana di pagi harinya, Amanda merasa lega karena kebakaran itu tidak menimbulkan korban jiwa, namun sangat terkejut ketika salah seorang maid wanita paruh baya membisikkan sesuatu kepadanya."Yakuza," ucapnya lirih di telinga Amanda. Matanya yang menyorotkan ketakutan berputar cemas kesana kemari. Amanda mengalihkan tatapannya ke arah rumah mewah tiga lantai yang kini telah menghitam dilahap sang jago merah. Rasanya percuma berharap ada dokumen yang bisa diselamatkan melihat kondisi bangunan yang semengenaskan itu. Semua orang bisa selamat saja sudah sangat bersyukur.Amanda memalingkan wajahnya kembali kepada maid yang tadi membisikkan kata 'Yakuza' di telinganya, namun ternyata wanita itu sudah tidak ter