Share

Bab 5 Killian Goes To New York 3

Killian hanya menatap dingin tangan Keenan yang disodorkan padanya kemudian berbalik ke sampingnya dan mengusap rambut Marcia dengan sayang.

"Darl apa benar bocah ini kekasihmu?"

Bocah ? Batin Marcia sambil mengerutkan dahinya bingung. Kemudian sadar kalau yang dimaksud kakaknya adalah Keenan, Marcia langsung menjawab

"Iya Kak. Keenan kekasih Cia. Kami udah empat bulan bersama" Marcia tersenyum sumringah sambil menatap Keenan yang juga tersenyum lembut padanya dan menggandeng tangan laki-laki itu.

Killian yang mendengar pengakuan Marcia langsung merasakan ada yang nyeri dan berdarah di hatinya, bagai petir di siang bolong dia di kagetkan dengan pengakuan gadis tercintanya. Rasanya ada yang sedang mengiris-iris hatinya yang sudah hancur dan bernanah.

Apalagi Killian menyaksikan adegan itu tepat di depan matanya. Tatapan lembut Marcia begitu penuh cinta kepada bocah ingusan ini membuat Killian cemburu. Sangat cemburu. Bahkan Killian ingin menghajar bocah ini sampai babak belur.

Menarik napas dalam dengan pelan Killian memaksakan dirinya tersenyum kepada Marcia sambil menatapnya datar.

"Begitukah? Dari pada pacaran sebaiknya kamu rajin belajar Cia. Ingat, kalian itu pelajar kerjanya ya belajar dengan rajin bukan pacaran!" tegur Killian kepada Marcia dan Keenan sambil melihat Keenan sekilas dengan tatapan dingin.

Keenan yang di tatap begitu tajam jadi serba salah dan Marcia juga salah tingkah. Kemudian dengan bibir merengut Marcia melepas pegangan tangannya dengan Keenan dan menatap kakaknya dengan tatapan tidak setuju.

"Iya iya tau. Aku nggak lupa dengan tugas utama aku Kak Lian. Terbukti kan selama ini nilai-nilaiku nggak jeblok. Lagian, Keenan sebentar lagi lulus kak. Bentar lagi Keenan kuliah."  protes Marcia kesal.

"Kak Lian ngerti Cia. Tapi kamu kan masih kecil. Nggak usah pacaran dulu. Kalo emang jodoh nggak bakalan kemana kok" 

Marcia yang ingin membalas perkataan Killian akhirnya tidak jadi karena Keenan menepuk pundak Marcia, membuat gadis itu menengok ke arahnya.

"Nggak apa-apa By. Aku ngerti kok kekhawatiran kakak kamu." Marcia langsung cemberut mendengar itu. Alisnya mengernyit tidak suka, bibirnya langsung maju 5 centi dan memelototi Killian dengan protes.

Killian yang melihat tingkah menggemaskan Marcia refleks tersenyum sangat tipis tapi tidak menunjukkannya. Dia berusaha menjaga tatapannya tetap datar dan dingin kepada Keenan.

"Maaf kak. Saya mengerti kekhawatiran Kak Killian. Tapi saya berjanji akan selalu menjaga dan mendampingi Marcia semampu saya." Lanjut Keenan dengan serius menatap mata Killian.

Terdengar suara pintu terbuka, mereka bertiga menoleh ke arah pintu dan Ellena masuk ke ruang rawat tersebut diikuti Thomas dibelakangnya sambil membawa bungkusan makanan dan buah-buahan.

"Eh ada Nak Keenan" Sapa Ellena dengan ramah. "Sudah lama?"

"Selamat Malam Om dan Tante. Iya nih, saya sudah mau pamit pulang. Sudah malam." Sapa Keenan tersenyum.

"Kok cepet? Baru juga bertemu sama Om dan Tante Nan. Ayok duduk dulu sebentar, sudah makan malam belum?" Tanya Ellena sambil mengambil box makanan yang di taruh Thomas di atas nakas, menuangkan isinya ke piring kosong yang sudah disiapkannya dan menyerahkannya kepada Marcia. 

"Tidak apa-apa Tante dan Om, saya makan malam di rumah saja. Sudah di tunggu juga. Saya pamit dulu ya Om dan Tante, mari Kak Killian." pamit Keenan sambil sedikit menunduk dan tersenyum kepada keluarga kecil itu dan mengabaikan tatapan tajam nan dingin penuh intimidasi Killian sambil melangkah ke arah pintu ruangan.

"Aku antar ya" dengan sigap Marcia meletakkan piring makannya dan pamit kepada kedua orang tua dan kakaknya, lalu menyusul Keenan di depan pintu.

Sambil keluar ruang rawat inap berdua, Marcia menggandeng lengan Keenan dan berjalan beriringan menuju lift. 

"Baby, aku nggak usah di anter. Kamu masuk lagi gih. Kamu jangan telat makan By. Aku nggak mau sakit maag kamu kambuh." sambil berdiri menunggu di depan lift Keenan mengusap pucuk kepala Marcia dan mengecup keningnya dengan sayang.

"Tapi aku mau nganter kamu Nan. Seenggaknya sampai di Lobby aja ya" Marcia mencoba bernegosiasi dengan Keenan. 

"Nggak Baby. Kamu masuk ya. Dengerin aku oke" 

"Makan yang banyak sayang. Nanti aku kabarin kalo udah sampai rumah" 

Ting. Bunyi lift yang ditunggu sudah terbuka pintunya. Keenan melangkah masuk dan tersenyum lembut kepada Marcia sebelum pintu lift menutup

" Aku pulang Baby. Love you"

"Hati-hati Nan. Love you too" 

***

Sepeninggal Marcia di ruang rawat inap, mood Killian langsung terjun bebas. Tapi dia berusaha terlihat baik-baik saja bagaimanapun ada orang tuanya disini. 

"Ibu dan Ayah sudah tau kalau Marcia dan bocah ingusan itu sedang menjalin hubungan?" tanya Killian pada kedua orang tuanya.

Thomas yang sedang duduk di sofa melihat ke arah Killian dan menatapnya sambil tersenyum lalu menyeruput kopinya. " Iya Lian, Keenan itu kakak kelas Marcia di sekolah. Dia suka anterin Cia pulang kerumah dan minta izin kepada ayah kalau mau ajak Cia kencan" tutur Thomas sambil meletakkan cangkir kopinya ke atas meja kaca.

"Keenan anak yang baik juga sopan, selalu mengantar Marcia pulang tepat waktu" sambung Thomas lagi tanpa ampun. Tidak sadar kalau Killian sudah kesal karena ayahnya memuji Keenan dan kelihatan menyukai bocah itu.

"Kok aku nggak pernah lihat dia mampir ke rumah sih" kesalnya lagi. Kentara sekali Killian tidak setuju dengan hubungan Marcia dan Keenan membuat Thomas tersenyum.

"Gimana mau ketemu dia kalau kamunya aja jarang pulang ke rumah Son" tutur ayahnya lagi. "Kamu kan lebih suka tinggal di apartemen dan lebih banyak menghabiskan waktumu di cabang perusahaan kita di Singapura" tambah Thomas.

Dalam hati Killian membenarkan ucapan ayahnya. Selama ini Killian lebih suka mengurus cabang perusahaan di Singapura kalaupun pulang ke Indonesia, Killian lebih suka tinggal di apartemennya daripada di rumah Keluarga Tjahyadinata.

Bukannya apa-apa. Tetapi dia melakukan itu supaya tidak bertemu dengan Marcia, karena Killian takut dia kehilangan kontrol atas perasaannya terhadap Marcia. Karena itulah dia berusaha untuk jarang pulang kerumah dan mengurangi intensitasnya bertemu Marcia dan lebih sering berpacaran dengan banyak wanita sebagai salah satu cara mengalihkan perasaan terlarangnya terhadap Marcia.

Di tengah perasaannya yang galau dan campur aduk tiba-tiba seorang wanita cantik masuk.

"Selamat malam semua" sapa wanita cantik tersebut kemudian menyalami Thomas dan bercipika-cipiki dengan Ellena lalu melangkah ke brankar tempat Killian terbaring.

"Hai sayang, bagaimana keadaanmu hari ini?" sapa wanita itu dan mengecup kening Killian lalu mendudukkan bokongnya di kursi samping brankar.

Pertanyaan konyol batin Killian "Seperti yang kamu lihat Tiff" jawab Killian sambil meringis ngilu karena tangan kanannya terasa nyeri.

"Maaf sayang, aku baru bisa datang malam ini. Tadi sedang hectic di kantor" sesal Tiffani kekasih Killian sambil membenarkan rambut Killian yang sedikit berantakan. 

"Loh, ada Kak Tiffani. Hai kak Tiff. Aku makan dulu ya" sapa Marcia yang sudah kembali ke ruang rawat Killian, lalu mengambil piring makanannya dan melanjutkan makan malamnya yang sempat tertunda.

Seminggu berlalu hari ini Killian sudah boleh pulang ke rumah. Karena tangan kanan dan kakinya masih di gips, Killian pulang ke rumah orang tuanya. Biarpun terpaksa tapi Killian harus terima karena jika dia sendirian dia yang akan susah sendiri.

***

Sudah sebulan Killian tinggal di rumah orang tuanya setiap hari Marcia selalu merawat dan menjaganya. Membantunya mengambil keperluannya dan memapahnya ke kamar mandi. Hal itu membuat Killian sangat tersiksa apalagi Keenan selalu datang ke rumah membantu Marcia belajar dan malam mingguan di rumahnya. Sungguh membuat Killian sangat jengkel dan cemburu.

Seperti saat ini, Keenan datang ke rumahnya dan bermesraan dengan Marcia tepat di depan matanya di pinggir kolam renang yang menyatu dengan taman belakang rumahnya. Entah itu merangkul gadis itu, mengusap kepalanya, bercanda dengannya dan menatapnya dengan tatapan dalam khas laki-laki yang sedang jatuh cinta. Sungguh menguras energy Killian yang melihatnya. Belum lagi Bayu sahabatnya datang menemaninya sekaligus mengejeknya yang cemburu karena melihat kemesraan dua sejoli itu bermalam mingguan bukannya ademin malah jadi kompor dasar sahabat nggak ada akhlak!!….ahhh sungguh menyedihkan nasibmu Lian…Lian ckckck.

“Sudah Bro jangan diliatin terus. Nanti bisa gosong si Keenan” canda Bayu sambil menyeringai jahil kepadanya.

Saat ini mereka semua sedang melihat pemandangan yang paling menyakitkan hati Killian, Marcia yang sedang mengobrol santai dengan Keenan di kursi rotan di pinggir kolam renang.

Gadis itu sangat cantik sore ini. Mengenakan kamisol hitam di lapisi kemeja putih tipis dan hotpans jins biru muda, dengan rambut hitamnya yang terikat asal berantakan tertiup angin membuatnya terlihat sangat manis sekaligus seksi dimata Killian.

Gadis itu tersenyum lembut kepada kekasihnya yang sedang menceritakan lelucon lucu, membuat gadis itu tertawa terbahak-bahak, terkadang tersenyum simpul dengan pipinya yang merona pink….sangat manis sekali. Batin Killian tersenyum kecut. Karena Killian sangat sadar kalau senyum itu, tawa itu, bukan untuknya.  

“Biarin. Kalau emang tuh bocah bisa gosong justru lebih bagus” ketus Killian jengkel karena Bayu meledeknya habis-habisan sore ini.

“Elllaaaahhh yang ngambek hahahahaha” tanpa ampun Bayu menertawakan sahabatnya itu.

“Btw Bro, tuh liat siapa yang dateng” tunjuk Bayu dengan dagunya kearah taman yang berbatasan dengan pintu dapur.

Seorang wanita cantik sedang berjalan kearah mereka sambil membawa nampan berisi es jeruk dan beberapa camilan untuk mereka berlima.

“Hai sayang” sapa Tiffani sambil meletakkan nampan dimeja rotan tersebut. Marcia yang melihat kedatangan Tiffani langsung menghampiri meja Killian dan menawarkan bantuan.

“Kak Tiff, aku bantu ya”

“Ah iya, ini punya kamu dan Keenan Cia” sambil menyerahkan dua gelas es jeruk dan setoples camilan ke tangan Marcia.

“Terima kasih Kak Tiff, aku kesana dulu ya. Yuk semua”

“Untuk apa kesini Tiff? Bukankah kita sudah putus” Tanya Killian dengan datar dan dingin.

“Aku kangen Yang” jawab Tiffani sambil menatap memelas manja pada Killian. Berharap tingkahnya itu akan membuat Killian luluh.

Melihat gelagat Tiffani yang akan segera melancarkan aksi manja dan tidak tahu malunya, Killian segera mengambil tongkatnya dan meminta Bayu menemaninya ke kamarnya menghiraukan Tiffani yang sudah mendengus kesal karena Killian dengan dingin langsung pergi darinya.

“Yuk Bay, temenin ke atas. Aku males disini lama-lama. Dan kamu Tiffani, jangan datang lagi ke sini ataupun mendekati aku lagi. Kita sudah putus. Jangan mengharapkan apapun dariku!” kemudian Bayu dan Killian pergi dari hadapan Tiffani yang sudah kesal bukan kepalang sambil mengepalkan tangannya dengan geram menatap kepergian Killian dengan marah.  

Ya, seminggu yang lalu Tiffani dan Killian sudah putus karena Tiffani kepergok selingkuh dengan pria lain di apartemen wanita itu.

Saat itu Killian yang sedang bosan di rumah berinisiatif mengunjungi kekasihnya di apartemen wanita itu dengan diantar supirnya. Menggunakan tongkat bantunya, Killian berjalan perlahan ke apartemen Tiffani. Begitu sampai di depan unit kekasihnya, Killian memencet kode keamanan.

Dia tau kodenya karena Killian terkadang mampir kesana.

Begitu membuka pintu apartemen itu, Killian langsung di suguhkan adegan kekasihnya yang sedang terlentang di atas sofa dan berada dibawah seorang pria yang sedang memacunya dengan cepat. Kedua sejoli itu sedang sama-sama polos, bermandikan peluh, erangan dan desahan bersahut-sahutan dan mereka sama sekali tidak sadar kalau ada orang lain yang masuk ke unit apartemen dan melihat adegan tidak senonoh itu.

Killian yang kaget luar biasa langsung berteriak marah” Apa yang sedang kamu lakukan Tiff!!”

Tiffani yang sedang dipuncak langsung kaget setengah mati ketika dia dan selingkuhannya menengok kearah suara yang sedang marah itu. Begitu sadar Killian kekasihnya yang memergokinya, cepat-cepat mereka saling melepaskan diri dan berusaha memungut dan mengenakan pakaian mereka yang sudah tercecer kemana-mana.

“Killian…aku bisa jelaskan” cegah Tiffani ketika dilihatnya Killian yang sudah berjalan keluar unit apartemennya.

Dengan terengah Tiffani mengejar Killian dan berusaha menggandeng lengan laki-laki itu tetapi langsung ditepis oleh Killian. “Lepas Tiff!”

“Lian, please listen to me”

“Kita putus!!” jawab Killian, kemudian langsung melangkah kedalam lift yang pintunya sudah terbuka dan memencet tombol turun meninggalkan Tiffani yang terbengong syok karena diputuskan Killian Tjahyadinata ikan kakap tangkapannya yang harus dilepas dengan paksa.

“Shit!” kesal Tiffani sambil berjalan menghentakkan kakinya ke arah unit apartemennya.

Meskipun Killian sangat marah memergoki perbuatan maksiat kekasihnya tapi itu lebih ke marah karena egonya sebagai seorang pria yang di khianati tetapi dalam hatinya Killian senang luar biasa karena memiliki alasan untuk memutuskan hubungan mereka yang sudah membuat Killian bosan sejak sebulan lalu.

“YES!!” sambil tersenyum senang Killian meninggalkan gedung apartemen mantan kekasihnya, mencegat taxi yang melintas di depannya dan pergi ke kantor Bayu sahabatnya untuk merayakan kebebasannya.

***

  

Di Ruang kerja Thomas, Killian sedang duduk disofa di samping Ibunya Ellena. Mereka baru saja selesai makan malam dan hendak membahas sesuatu atas permintaan Killian.

“Ada apa Son?” tanya Thomas heran tidak biasanya Killian berwajah serius seperti itu.

Killian menghela napas pelan kemudian menatap serius ayahnya tepat dimatanya “Aku ingin pindah ke New York Yah”

***

Bersambung...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status