Share

Chapter 11

Dimas berdiri di samping meja cafe, ia tampak terkejut melihat Nadya berpegangan tangan dengan seorang bule, dan bule itu lebih tampan darinya. Kepercayaan dirinya sebagai laki laki tampan tiba tiba merosot, tapi ia tidak akan membiarkannya. Dimas segera menegakkan tubuhnya dan melipat kedua tangannya di depan dada dengan angkuh, kedua matanya terpancar rasa sombong, ia tidak mau bule asing itu membuat dirinya tidak percaya diri. Dimas menatap Nadya dengan pandangan mengejek meskipun Nadya sekarang menunduk dan tidak melihat ke arahnya.

“Aku tidak menyangka ternyata kamu perempuan seperti itu,” kata Dimas menggelengkan kepalanya pura pura tidak percaya.

“Kamu sebenarnya cantik, coba deh kamu dandan sedikit aku pasti tidak akan memutuskanmu,” lanjut Dimas acuh tak acuh.

Dimas tidak melihat perubahan sorot kedua mata Nadya yang berubah marah karena Nadya menunduk. Nadya segera menurunkan pandangannya dari Ethan ke arah meja cafe ketika Dimas berbicara padanya, ia tidak mau melihat Dimas karena ia tidak mau marah marah dan meninju wajah Dimas sehingga menjadi tontonan semua orang. Nadya juga tidak mau Ethan melihat kedua matanya yang berubah marah. Ethan orang lain dan tidak perlu tahu apa yang terjadi di antara dirinya dan Dimas. Nadya bersyukur Ethan tidak mengerti ucapan Dimas.

Nadya tidak tahu kalau tangannya berubah dingin, namun Ethan dapat merasakannya karena tangan Nadya masih digenggamnya. Ethan kembali menatap ke arah Nadya dari laki laki itu. Ethan tidak tahu apa yang dipikirkan Nadya karena Nadya diam saja dan semakin menundukkan kepalanya. Sepertinya ia harus memberi peringatan pada laki laki itu. Ethan mendongak lagi ke arah laki laki itu.

“Looks like you’re keeping an eye on her, who are you?"

Ethan tidak membiarkan laki laki itu menjawab pertanyaannya sehingga dengan cepat ia berbicara lagi dan menutup mulut laki laki itu.

“Are you her father? Or her grandpa? I don’t think you are both, you are a stalker.”

“What! I’m not Stalker, I’m her ex boyfriend!” Seru Dimas marah, kedua matanya terlihat tidak mempercayai apa yang di dengarnya. Apakah ia setua itu? Dimas tiba tiba mengusap rambutnya dan membenarkan bajunya seakan merapikan diri. Untung saja Nadya tidak mengerti bahasa Inggris sehingga ia tidak perlu menanggung malu gara gara ucapan bule asing itu. Dimas melirik ke arah Nadya, Nadya masih menunduk. Tapi dari mana Nadya kenal bule itu, apakah sekarang Nadya sudah bisa bahasa Inggris.

“So what are you doing here, now you are nothing to her.”

“I still her friend, and we are good friend!” Kata Dimas sengaja menekankan kalimat terakhirnya.

Sebelum Ethan angkat bicara lagi ia merasakan tangan Nadya bergerak digenggamannya sehingga ia berpaling ke arah Nadya. Ia melihat wajah Nadya semakin merah dan kedua matanya terpejam seakan menahan tangisan yang akan keluar. Dengan cepat Ethan berdiri dan menarik tangan Nadya yang masih digenggamnya. Nadya terkejut ia mendongak melihat ke arah Ethan namun ia tidak berusaha menarik tangannya dari genggaman Ethan. Ethan keluar dari kursi dan mengambil bukunya di atas meja dengan tangannya yang bebas. Seolah tahu Nadya ikut berdiri dan keluar dari kursi. Sebelum Ethan mengajak Nadya pergi, ia berpaling sekali lagi ke arah laki laki itu.

“You…be carefull with your word, if you still bother her you will deal with me,” kata Ethan tegas, ia menarik tangan Nadya untuk ikut dengannya dan meninggalkan Dimas yang tercengang mendengar ucapannya.

Dimas tiba tiba berubah menjadi cemas ketika mendengar kalimat peringatan dari bule itu. Ia langsung pergi hampir saja berlari. Tentu saja ia menjadi cemas karena ia tidak mau dihajar bule itu, ia yakin akan kalah. Ia tidak mengira bule itu sangat tinggi karena tadi bule itu duduk dan tidak terlihat olehnya kalau bule itu sangat tinggi darinya. Ia jadi pendek di hadapannya ketika bule itu berdiri. Namun begitu ia masih bertanya tanya apakah mungkin bule itu mengerti bahasa Indonesia?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status