Share

Chapter 12

Ethan mengajak Nadya ke ruangan yang disediakan orang tua Panji untuk menyambutnya. Ruangan itu di tata sangat meriah seakan ada yang berulang tahun. Balon dan pita dipajang di mana - mana. Kata penyambutan dengan warna warni ditempel di dinding dengan kata “Welcome Our Beloved Ethan.”

Meja yang penuh dengan berbagai jenis makanan, tidak terkecuali makanan dan minuman kesukaan Ethan dihidangkan oleh kedua orang tua Panji yang jago dalam membuat masakan. Tentu orang tua Panji tidak sendirian menata ruangan ini sehingga ruangan ini tertata dengan cepat.

Setelah berada di dalam ruangan Ethan belum melepaskan genggamannya. Nadya mengerutkan keningnya terlihat bingung. Bagaimana ia harus bicara dengan Ethan untuk melepaskan tangannya sedangkan ia tidak bisa berbahasa Inggris. Seakan mendapatkan ide, Nadya sengaja menarik tangannya sehingga membuat Ethan berhenti dan berpaling ke arahnya.

“Lepaskan tanganku Etan,” ucap Nadya berharap Ethan mengerti maksudnya, ia masih menarik tangannya.

“Memangnya aku setan, pengucapanmu salah memanggil namaku,” kata Ethan seraya melepaskan genggamannya. Ia mengangkat sebelah alisnya seolah memberitahu Nadya kalau ia sebenarnya bisa berbahasa Indonesia.

Nadya melongo tidak percaya. “Kamu bisa bahasa Indonesia?”

“Iya.” Ethan mengangguk. “Aku sangat tampan dan nilai bahasa Inggrismu 3.” Ethan tersenyum geli, mengingat kata kata yang tadi diucapkan Nadya kepadanya.

Wajah Nadya berubah merah karena malu, ia lalu berdehem.

”Lupakan ucapanku Etan, aku tidak tahu kamu bisa bahasa Indonesia.”

“Aku bilang jangan panggil aku seperti itu, pengucapanmu salah.”

“Tapi tadi yang muncul di terjemahan tulisannya seperti itu.”

“Itu tulisannya tapi pengucapannya bukan begitu.”

“Tidak mungkin, coba kita buktikan.”

Nadya tidak percaya karena yang ia lihat tadi tidak salah. Ia mengeluarkan hp dan mencari terjemahan bahasa Inggris lalu ia menekan rekaman suara yang tadi ditulis Ethan. Suara rekaman itu langsung berbunyi mengikuti tulisan Ethan yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

“Benarkan.” Nadya mengangguk merasa dirinya benar dalam pengucapan setelah mendengar rekaman suara itu.

Ethan menghela napas sabar, ia mengambil hp Nadya.

“Kamu salah yang harus kamu dengarkan rekaman suara bahasa Inggrisnya bukan bahasa Indonesia.” Ethan menekan rekaman suara yang tadi ditulisnya dalam bahasa Inggris. Suara rekaman itu berbunyi lagi mengikuti tulisan Ethan.

Nadya mendengarkan dengan seksama dan seketika warna merah memenuhi wajahnya lagi. Nadya segera menunduk dan memejamkan matanya karena malu. Ya ampun Nad, bodoh sekali kamu. Katanya dalam hati. Ethan pasti menertawainya. Baru saja kenal tapi ia sudah membuat malu dua kali. Nadya membuka matanya untuk melihat apakah Ethan menertawainya. Namun Ethan tidak menertawainya, sebaliknya Ethan menatap ke arah Nadya dengan serius tapi Nadya tidak bisa melihat matanya karena Ethan masih memakai kacamata hitam.

“Kalau mau menangis lakukan saja,” kata Ethan tiba tiba sehingga membuat Nadya tercengang. Ethan salah memahami ekspresi Nadya disangkanya ia mau menangis.

“Aku tidak mau menangis.”

“Aku mengajak kamu kesini karena tadi aku melihat mukamu merah dan matamu terpejam seperti yang baru saja kamu lakukan, tidak usah ditahan menangis saja.” Bujuk Ethan agar Nadya percaya kepadanya kalau ia mengerti.

“Tadi aku bukan mau menangis tapi menahan amarah karena aku tidak mengerti apa yang kalian bicarakan.” Dan barusan aku menahan malu tapi tidak mungkin Nadya mengatakannya karena itu memalukan.

Seulas senyum tersungging di bibir Ethan menahan tawa. Ia tidak menyangka Nadya tadi marah gara gara tidak mengerti pembicaraan antara ia dan mantan pacarnya, dan bukan menangis karena ucapan mantannya. Apakah barusan juga Nadya marah karena tahu ia salah dalam pengucapan namanya atau…menangis? Ekspresi Nadya tidak bisa terbaca kalau sedang begitu.

“Seandainya nilaiku 5 pasti aku bisa bahasa Inggris,” kata Nadya tiba - tiba seraya berpaling, suaranya sangat pelan agar tidak terdengar oleh Ethan.

Namun Ethan tetap mendengarnya sehingga ia tidak tahan lagi dan meledak tertawa karena nilai 5 masih kecil untuk pelajaran bahasa Inggris. Mendengar Ethan tertawa lepas Nadya segera berpaling lagi ke arahnya. Wajah Nadya kembali merah karena malu. Ethan pasti mendengar ocehannya. Nadya menghela napas. Ya ampun Nad, tiga kali kamu membuat malu. Kata Nadya dalam hati.

“Wow siapa yang membuat Ethan tertawa seperti itu pasti orang hebat.”

Panji masuk dari ruangan lain tampak penasaran siapa yang membuat temannya tertawa. Sejak ia mengenal Ethan, ia tidak pernah mendengar Ethan tertawa seperti itu. Tiba tiba Panji berhenti melangkah, ia terkejut dengan apa yang dilihatnya.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status