Sudah setengah hari Nadya masih berkutat dengan laptopnya sehingga kacamatanya sudah bergeser miring dan rambutnya yang dikuncir terlepas kemana mana. Ia berusaha mengejar ketinggalannya yang kemarin tanpa menulis sama sekali. Ia bahkan tidak sempat makan, hanya segelas latte dan keripik singkong untuk mengisi perutnya jika lapar. Ia juga tidak mendengar panggilan dan pesan yang masuk ke hpnya yang ditaruh di atas tempat tidur.
Ketika bel rumahnya berbunyi beberapa kali barulah ia mendongak dari laptop dan berpaling seraya mendengarkan bel rumahnya berbunyi lagi apa tidak. Bel itu berbunyi lagi Nadya membetulkan kacamatanya lalu berdiri untuk membukakan pintu. “Mita.” Nadya melihat Mita berdiri di depan pintu rumahnya tampak agak kesal. Kedua tangannya dilipat di depan dada. Seperti biasa Mita selalu tampil cantik dengan gayanya yang modis. Rambutnya yang pendek dan di cat coklat terurai indah di atas bahunya. Jaket kulit warna biru telur asin menutupi kaos be“Laki laki itu Ethan,” ujar Mita, sorot matanya memancar bahagia.Seolah ada yang menghantam hatinya, Nadya segera berpaling tidak mau Mita melihat ekspresi wajahnya yang berubah dan kedua matanya yang memancar rasa sedih. Nadya tahu ia harus berhenti untuk mencintai Ethan. Oh yah ia tahu kalau ia mencintai Ethan, tadi malam ia sudah menyadarinya dan tadi pagi ketika bangun wajah Ethan tidak pernah lepas dari benaknya. Nadya juga tidak mau memaksakan keinginannya untuk tetap mencintai Ethan dan bersaing dengan temannya. Tidak. Ia harus mundur. Mita sudah mencintai Ethan sejak lama, tidak mungkin ia menerobos masuk tanpa tedeng aling aling di antara mereka. Lagipula Nadya juga tidak mengenal Ethan dan ia sudah mengalami hubungan yang pahit. Ia tidak mau mengalaminya lagi. Tentu ia juga ingat dengan janjinya sendiri. Dengan tekad kuat ia sudah memutuskan untuk mendukung Mita. Sebelum berpaling lagi ke arah Mita yang sedang berseri seri bahagia Nadya memejamkan mata se
“Ethan.”Ethan mendongak dari dokumen pengadaan promosi yang sedang dibacanya dan sedang ia timbang untuk menyetujuinya atau tidak, mata birunya terlihat tidak suka karena diganggu pada saat ia sedang bekerja. Namun tiba tiba mata biru itu berubah kaget dengan apa yang dilihatnya.“Adel, sedang apa kamu di sini?” Tanya Ethan dalam bahasa Inggris.Adelaide Grace berdiri sambil menyandar pada daun pintu dengan santai seakan ia sudah lama berdiri di situ dan hanya memperhatikan Ethan. Bak model berjalan di atas catwalk Adel masuk ke kantor Ethan seraya melayangkan pandangannya ke ruangan itu. Kantor Ethan sangat luas temboknya terbuat dari kaca sehingga pemandangan pantai yang indah terlihat jelas. Seketika ia menyukai ruangan kerja Ethan di Bali.Adel memakai blouse merah panjang sampai ke bawah lutut tanpa lengan dan ditutupi syal putih mengelilingi bahunya. Rambut pirangnya yang berponi terurai sampai ke punggungnya terbawa angin sep
Sudah seminggu lewat novel yang digarap Nadya akhirnya selesai. Kini Nadya terduduk sambil menatap ke arah laptopnya dengan mata menyalang. Dari sejak kemarin ia belum menemukan inspirasi untuk membuat novel baru yang akan dikirimkan ke kontes novel di kantor Ethan di Australia. Otaknya seakan tumpul. Ia tidak dapat berpikir jernih karena pikirannya bercabang cabang. Dua hari lalu kedua orang tuanya menelepon dan menyuruhnya untuk menyusul ke Surabaya jika novelnya sudah selesai karena mereka akan pulang ke Jakarta setelah tahun baru yang tadinya sebelum tahun baru. Semua temannya sudah menemukan judul novel dan sekarang sedang menggarapnya. Tentu saja Mita, Riana dan Bagas dari awal sudah menggarap novel mereka masing masing, mereka tinggal meneruskannya. Belum pikiran tentang Ethan. Sejak dari telepon itu Ethan tidak meneleponnya lagi dan Nadya tidak tahu kabar Ethan sehingga pikiran buruk hinggap di benaknya. Apakah mungkin Ethan memang menyukai Mita dan ia meneleponnya hanya un
Dua jam lebih Nadya sibuk packing yang dibantu oleh Mita. Mita bilang ia sudah packing sebelum ke sini namun ada beberapa benda yang akan dibelinya sambil pulang nanti setelah dari rumah Nadya. Mita juga nanti yang akan menjemput Nadya bersama Kakaknya. Mereka akan bertemu dengan semua temannya di bandara. Merasa ragu Mita bertanya pada Nadya mengenai Dimas. Namun dengan tegas Nadya bilang kalau ia sudah tidak memikirkan Dimas lagi. Dimas sudah dianggap teman biasa olehnya. Mita menghela napas lega dan senang akhirnya Nadya sudah melupakan Dimas. Ia pun tersenyum merekah karena besok akan bertemu dengan Ethan. Mita tidak melihat kedua mata Nadya yang berubah sedih karena Nadya segera berpaling. Setelah semuanya selesai Mita pamit pulang sambil mengingatkan Nadya untuk tidak membuka laptop malam ini dan menyuruhnya tidur lebih cepat karena besok waktu berpetualangan mereka dimulai. Kata Mita gembira. Tentu saja Mita berkata seperti itu karena memang ini pertama kalinya mereka liburan
Nadya membuka pintu villa dan tiba - tiba lampu langsung menyala. Ia masuk seraya memperhatikan lampu yang menyala secara otomatis. Kedua matanya langsung membelalak ketika ia melihat ruangan itu. Ruangan itu cukup luas, ruang tamunya mewah lengkap dengan meja dan sofa menghadap perapian listrik yang di atasnya televisi plasma berukuran besar dengan permadani bercorak di sekelilingnya. Di samping ruang tamu terlihat kolam renang yang dibatasi pintu kaca geser dengan gorden putih transparan, dan sepertinya kolam renang itu menyambung ke ruang sebelah. Di seberang ruang tamu terdapat dapur dengan kitchen setnya yang megah lengkap dengan peralatan elektroniknya. Di samping ia berdiri ada ruangan lagi yang ditutup oleh pintu kaca buram lebar, ia menggeser pintu itu, otomatis lampu di kamar itu menyala, kedua matanya semakin membelalak, seketika ia merasakan kenyamanan melihat kamar itu. Tempat tidurnya King suite bertiang kelambu dengan lampu tidur di kedua sisinya. Kursi empuk dengan b
Nadya membuka pintu dan terkejut melihat semua temannya datang, kecuali Dimas. Dengan seketika kamar Nadya ramai dengan delapan orang temannya.“Waaaah Nad villa kamu lebih bagus,” sahut Bagas.“Sama mewahnya seperti villa kita,” tambah Damian, ia dan teman-temannya sengaja saling berkunjung ke villa mereka masing-masing, hanya villa Nadya yang belum karena agak jauh.“Oh wow pemandangannya lebih keren di sini.”Kevin langsung melangkah ke arah kolam renang, kedua matanya terlihat kagum. Villa Nadya kolam renangnya langsung menghadap ke laut berbeda dengan kolam renang di villa nya dan teman-temannya.“Si Kevin belum mandi tuh dari kemarin.” Rayan meledek ketika melihat Kevin berjongkok di depan kolam renang.“Aku bukannya belum mandi tapi tidak mandi,” sangkal Kevin seraya berpaling dengan wajah tak berdosa.“Itu sama saja kali,” serobot Kaira tanpa ekspresi.“Mandi memang hal terakhir di kamus Kevin,” ujar April mengetahui kebiasaan buruk temannya.“Jorok banget Kevin nih.” Riana me
Malam itu Nadya belum berganti baju, sudah berjam-jam Nadya memandangi baju pesta yang diberikan Mita kepadanya di atas tempat tidur. Tidak mungkin ia memakai gaun itu. Sebenarnya gaun itu cantik jika percaya diri untuk memakainya. Tapi Nadya tidak percaya diri karena belum pernah memakai baju terbuka di depannya dan memperlihatkan kulit kakinya di depan umum. Gaun itu berwarna biru laut, bentuknya panjang transparan penuh bordir ke belakang tapi pendek di depan, pinggirnya dikelilingi renda bordir, atasnya brukat bunga-bunga, dan disekeliling bahu sampai setengah lengannya transparan. Meski bagian transparannya penuh dengan renda bordir dan tidak terlalu memperlihatkan kulit tangan dan kaki belakangnya tapi bagian depannya yang pendek di atas lutut membuat Nadya ragu untuk memakainya. Lagi pula gaun itu harus memakai sepatu hak tinggi seperti yang dimiliki Mita, dan Nadya tidak punya sepatu hak tinggi. Nadya menghela napasnya sambil duduk di pinggir gaun bersamaan dengan itu terdenga
Benar kata Mita, Nadya menjadi pusat perhatian. Semua mata memandang ke arahnya namun Nadya yakin itu karena ada Mita di sampingnya karena Mita yang paling cantik dan anggun jadi Nadya tidak memedulikan tatapan semua orang ke arahnya.Semua temannya sudah ada di tempat pesta. Pesta itu diadakan di luar resort dekat dengan pantai. Mereka berpaling ke arah Mita dan Nadya ketika mendekat. Tiba-tiba mata mereka terbelalak tidak percaya ketika melihat Nadya. “Nad, kamu cantik sekali!” seru Kevin yang pertama berkomentar. “Nadya!” seru Bagas, ia hanya menyebut namanya saja seakan tidak percaya Nadya secantik itu. “Nadya sangat cantik yah Dimas,” kata Damian ke arah Dimas yang berdiri di sampingnya, mulut Damian dan Dimas menganga tidak percaya. “I…iya,” jawab Dimas tidak dapat mempercayai apa yang dilihatnya. Nadya begitu cantik dan ia hampir tidak ingat Nadya yang dulu ia kenal. “Kamu cantik sekali Nad.” Rayan ikut berkomentar, ia pun menganga melihat kecantikan Nadya. “Nad, kamu seb