Share

#17. Setempat Kita Bercengkrama

"Nanti, kalau kamu ambil S2 bakal sekalian kerja dulu nggak? Apa mau fokus lagi kelulusan?" topik berubah. Dia bertanya hal lain dengan sebelah tangan melilit di ujung rambutku.

Atmosfer semakin hening. Jeda kendaraan semakin malam semakin lengang. Angin yang berhembus semakin dingin selayaknya arah jarum jam berlalu. Aku tidak tahu pasnya pukul berapa, tapi yakin ini sudah lewat tengah malam. Dalam keheningan ini, aku tersenyum tipis memandang langit tanpa bintang jauh di seberang.

"Opsi pertama sepertinya."

"Wah keren, nanti aku kerja kamupun begitu. Kita nabung sama-sama ya buat biaya nikah?"

"Heh!" Aku refleks menyentil mulutnya. "Makin malem makin sompral itu mul---awh!" sialannya, dia membalas dengan menarik ujung rambutku.

"Kamu nggak mau nikah sama aku? Cukup tahu aja sih." suaranya yang berubah menjadi datar. Ceritanya merajuk, namun tangannya tetap gatal memainkan rambutku. Dasar bocah.

"Kamu sadar nggak kamu bilang apa?" ujarku sedikit bersungut. Sebal dengan dia yang mudah
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status