Malam semakin larut, cahaya ruangan pun sudah redup. Di jam itu, tak ada satupun orang yang berlalu lalang disana. Hanya ada beberapa perawat di setiap ujung lorong ruang inap untuk berjaga.Tuan Pram masih terkulai lemah di ranjangnya. Sedikit demi sedikit ia mulai sadarkan diri, namun sama sekali belum bisa menggerakkan tubuhnya. Indera pendengarannya pun sudah berfungsi kembali.Ia berusaha keras untuk menggerakkan tubuhnya. Namun, sejauh ia berusaha hanya jari telunjuknya saja yang mampu ia gerakkan. Itupun hanya gerakan kecil yang tak dapat menarik perhatian siapapun.Setelah beberapa saat, akhirnya ia mulai bisa membuka matanya. Sangat pelan, dan pandangannya pun masih tampak kabur. Matanya menyapu seisi ruangan, mencari tahu dimana keberadaannya saat ini. Ia menemukan ada seorang wanita yang sedang tertidur pulas disampingnya.Ia mulai mengaduk-aduk isi kepalanya untuk menggali ingatannya. Berusaha mencari tahu apa yang sebenarnya t
"Ibu segeralah pulang kerumah! polisi pasti akan segera datang.""Baiklah aku akan pergi. Aku harap kalian berdua tidak akan membuat masalah lagi." Ibu Lucy berjalan keluar meninggalkan mereka berdua.Pagi harinya.Tok! tok! tok!Ceklek!"Selamat pagi Bu?" tepat seperti dugaan, beberapa polisi terlihat sedang berdiri didepan pintu rumah Lucy."Ada yang bisa saya bantu?" tentu saja Ibu Lucy pura-pura tidak tahu."Saya dari kepolisian Bu. Apa anda tahu keberadaan Tuan Pram?""Bukankah dia ada dirumah sakit?""Dia menghilang saat kami datang tadi pagi.""Apa? dia sudah sadarkan diri?" Ibu Lucy membulatkan kedua matanya pura-pura terkejut."Kami belum tahu pasti Bu.""Tunggu sebentar!" ia masuk kedalam sebentar, tak lama kemudian ia kembali dengan membawa secarik kertas ditangannya. "Pergilah ketempat ini! mungkin saja dia pergi kerumahnya." ia memberikan k
Hari ini Shiya sibuk membuat kue di dapur dengan dibantu beberapa pelayan. Ia berencana membuatkan kue ulang tahun untuk Frans dengan tangannya sendiri seperti saran yang Mama mertuanya berikan padanya.Shiya harus memastikan kue buatannya ini matang sempurna agar tak mengecewakan suaminya. Ia tak peduli meski saat ini keadaannya sangat berantakan dengan tangan, wajah hingga rambut yang dipenuhi tepung bekas adonan kue.Setelah beberapa jam bergulat di dapur, kue yang ia buat akhirnya matang. Shiya pun selesai menghiasnya menjadi kue yang sangat cantik. Ia juga mengemasnya dengan rapi."Bi, aku pergi keatas dulu ya untuk mandi. Terima kasih atas bantuan Bibi hari ini." Shiya meletakkan kue yang ia buat di meja dapur setelah selesai mengemasnya."Sama-sama Nona, sudah tugas saya." wanita paruh baya itu tersenyum kemudian menundukkan kepalanya saat Shiya hendak pergi meninggalkannya.Shiya berjalan pelan menaiki tangga, kedua tang
Frans menghentikan laju mobilnya didepan rumah mewah milik orang tuanya. Ia keluar dari mobil dengan tergesa-gesa. Nyonya Dimejo yang sedang duduk di ruang tengah itu pun dibuat heran dengan tingkah anaknya.Frans masuk kedalam kamarnya dan menyapu setiap sudut ruangan itu. Namun, tak menemukan siapapun disana. Ia pun kembali turun untuk melanjutkan pencariannya."Nak! apa terjadi sesuatu?" Nyonya Dimejo akhirnya menghampiri anaknya yang terlihat sedang kebingungan itu."Dimana istriku Ma?" ia terus memutarkan kepalanya untuk mencari keberadaan istrinya."Dia belum kembali sampai sekarang. Bukankah harusnya dia sedang bersamamu untuk merayakan ulang tahunmu? kenapa kau kembali sendiri?" kali ini Nyonya Dimejo yang panik."Apa Ma? aku akan mencarinya sekarang!" Frans membulatkan kedua matanya mengetahui istrinya ternyata belum kembali juga kerumah. Ia bergegas keluar dari rumah itu."Temukan menantu Mama! atau Mama aka
Shiya menggeliat karena merasa ada seseorang yang menyentuhnya. Ia mulai membuka matanya pelan. Tidak seperti hari biasanya, pagi ini ia melihat pemandangan indah disampingnya."Selamat pagi istriku." Frans tersenyum padanya dengan kedua mata yang masih terpejam. Ia masih terlihat nyaman dengan posisi memeluk tubuh istrinya. Membuat Shiya ikut tersenyum dan kembali membenamkan wajahnya dalam pelukan suaminya.Entah mengapa ia merasa sangat bahagia, hingga membuatnya tak ingin mengakhiri momen indah itu."Apa kau tak pergi bekerja?" Shiya tiba-tiba menjauhkan wajahnya dari tubuh suaminya menyadari sinar matahari sudah mulai menembus kamarnya."Bangunlah! aku akan membawamu kerumah Mama sebelum berangkat kerja." Shiya menghembuskan nafas kasar mendengar ucapan suaminya. Ia merasa sedikit kecewa karena masih ingin berlama-lama disana."Lupakan! aku akan pergi sendiri." Shiya beranjak dari tempat tidur dan membuka selimutnya dengan
Setelah seharian berkeliling mengunjungi beberapa kantor cabangnya, Frans akhirnya datang ke toko yang sebelumnya adalah milik istrinya yang sekarang dikelola oleh Lucy.Mengetahui Frans akan datang, Lucy pun sudah mempersiapkan hal licik padanya. Ia tak akan menyia-nyiakan kesempatan bagus seperti ini begitu saja.Sesaat setelah kedatangan Frans beserta beberapa orang lainnya. Mereka segera mengadakan rapat diruang utama untuk membahas perkembangan tokonya. Para karyawan pun dipulangkan lebih awal untuk kepentingan perusahaan.Ben memimpin rapat itu, sedangkan Frans hanya mengawasinya saja. Banyaknya perusahaan yang mereka kunjungi membuat Frans dan Ben harus saling bekerja sama dengan sangat keras."Minumlah! kau pasti sangat lelah." Lucy memberikan segelas minuman pada Frans yang sedang fokus memperhatikan presentasi Ben didepan."Ah, terima kasih." Frans meraihnya begitu saja tanpa curiga. Ia segera menenggak habis minuman p
Derai air mata terus membasahi wajah cantik Shiya. Didalam taksi ia terus terisak, hingga membuat pengemudi taksi itu bingung harus membawanya kemana karena sejak dirinya naik, Shiya belum juga mengatakan tujuannya."Bawa saya ke Baro Corp Pak!" akhirnya Shiya mengatakan tujuannya, dipikirannya saat ini hanya terlintas Baro saja."Baiklah Nona." ankhirnya kebingungan pengemudi itu berakhir juga. Ia pun segera melajukan taksinya menuju Baro Corp sesuai permintaan penumpangnya.Tak lama kemudian, taksi yang Shiya tumpangi berhenti tepat didepan perusahaan besar itu. Ia berniat untuk melangkahkan kakinya mendekati gedung itu setelah taksi yang ia tumpangi pergi. Namun, setelah melihat pengamanan didepan pintu masuk yang sangat ketat munculah keraguan dalam diri Shiya.Shiya pun tetap berdiri ditempatnya. Berulang kali ia berniat menghubungi Baro melalui panggilan ponselnya, namun keberaniannya belum terkumpul juga. Ia akhirnya hanya duduk di
Frans terdiam di kursinya, tatapan matanya kosong. Segala cara sudah ia lakukan, ia pun mencari istrinya ke seluruh tempat yang mungkin istrinya datangi. Tapi, Frans tak juga dapat menemukannya."Lucy memasukkan sesuatu kedalam minumanku dan itu bereaksi kuat dalam tubuhku. Untung saja tidak ada yang terjadi diantara kami, aku berhasil mengendalikan diriku." Frans menarik nafas pelan mengingat kejadian itu, sedangkan Ben masih berdiri tegak didepan mejanya."Kenapa anda tak memanggil saya Tuan?" Ben mengepalkan kedua tangannya tanpa Frans sadari, ia menahan rasa kesalnya."Kau pergi begitu saja bersama yang lain. Sial! kenapa waktunya tepat sekali, Shiya harus melihat aku keluar dari tempat itu." berulang kali Frans menghantamkan kepalan tangan di mejanya.Jadi semua ini ulah Lucy. Ternyata dia masih berani, kali ini aku tak akan memaafkannya. Semakin kau terus mengejar Tuan Frans, semakin keras juga aku akan menahanmu! Ben bergumam, ia me