Setelah sekian lama, akhirnya tiga pria tampan itu pergi ke club malam termewah di kota. Kedatangan mereka tentu saja menjadi pusat perhatian. Tiga pria tampan yang memiliki pengaruh besar di kota bersatu, sungguh pemandangan yang sulit ditemukan.
"Selamat datang, Tuan. Ruangan terbaik di club ini sudah kami siapkan." Seorang staff menyambut kedatangan mereka dengan sopan dan ramah.
"Tidak perlu! Malam ini kami akan duduk di Bar saja." Mendengar ucapan John, staff itu menundukkan badannya hormat. Sedangkan Ben dan Andrew mengacungkan kedua ibu jarinya pada John, menyetujui keputusannya. Mereka berdua pun melingkarkan tangannya di leher John dan segera membawanya masuk ke dalam bersama-sama. Mereka bertiga terlihat sangat akrab, seakrab lantunan musik yang menyatu di telinga semua orang yang ada di dalamnya.
"Cepat sterilkan Bar!" Manager club itu berteriak pada petugas keamanan sebelum ketiga pria itu sampai di bar.
"Huh! Kenapa mereka tidak bisa bers
Perkataan Shiya berhasil membuat hati Frans seperti di sayat-sayat. Kini ia baru menyadari bahwa dulu perasaan Shiya memanglah tulus kepadanya. Penyesalan yang terasa begitu kuat itu membuat kedua matanya berkaca-kaca.Sedangkan, Baro yang berdiri didepan mobilnya itu terlihat menyunggingkan senyuman menatap Shiya. Sikap Shiya benar-benar membuatnya bangga."Bi Asih! apa Bibi baik-baik saja?" Andrew berjalan menghampiri ketiga wanita itu. Memecahkan ketegangan yang terjadi didepan rumah itu."Tuan Andrew?" Andrew menarik Bi Asih yang berdiri diantara dua wanita itu agar menyingkir. Kemudian ia menggantikan tempat Bi Asih yang sebelumnya. Bukannya berdiri didepan Lucy, Andrew justru berdiri didepan Shiya membuat Lucy yang merasa dirinya lebih kenal dengan Andrew itu membulatkan kedua matanya heran."Andrew? apa yang kau lakukan disini?" Lucy mengerutkan keningnya menatap Andrew yang tengah berdiri dihadapannya. Rupanya ia belum sadar ada be
Brak!Saat mobil baru saja berhenti dihalaman rumah keluarga Dimejo. Lucy segera turun dan menutup pintu sangat keras tanpa menunggu suaminya. Ia melangkahkan kaki sangat cepat memasuki rumah itu."Pergilah!" Bram menyahutinya dengan anggukan kepala. Frans kemudian turun dari mobil itu. Ia pun melangkahkan kakinya mengikuti Lucy setelah mobil Bram pergi."Kau yang dulu kukenal adalah gadis yang baik hati." Frans langsung menghujam Lucy dengan suara yang menggelegar saat keduanya sampai diruang tamu, membuat semua pelayan dirumah itu segera menyingkir tak ingin menyaksikan pertengkaran yang terjadi pada majikannya itu."Kenapa aku harus berbaik hati?" Lucy menimpali perkataan Frans dengan tenang."Aku sudah bekerja keras menjaga hubungan kita selama sepuluh tahun terakhir. Dan sekarang aku berada dipuncak tujuanku. Tapi tiba-tiba suamiku mencintai mantan istrinya kembali, ditambah orang yang kucintai tak menginginkanku lagi. Lalu
Setelah bergulat di dapur selama beberapa jam. Kini Shiya sedang sibuk mengemas makanan yang selesai ia buat untuk mereka bawa ke taman."Pergilah panggil Hans! Kita sudah siap." Baro menjawabnya dengan anggukan kepala. Ia kemudian berlalu pergi meninggalkan Shiya yang sedang merapikan tempat makanannya di dapur.Beberapa saat kemudian Baro kembali muncul didapur menggandeng pria kecil dengan tangan kanannya."Ayo kita berangkat sekarang!" Hans melepaskan tangannya dari genggaman Baro. Pria kecil itu berlari mendekati Shiya dan menarik tangannya, tak sabar untuk membawanya keluar dari rumah itu. Baro pun segera meraih bungkusan makanan yang masih tergeletak dimeja. Ia kemudian segera berjalan keluar mengikuti Shiya dan Hans.Raut wajah pria kecil itu terlihat begitu riang, seakan menyihir semua orang yang menatapnya untuk ikut merasakan kebahagiaannya. Selama perjalanan pun tak henti-hentinya ia bernyanyi, bercerita dan sesekali menanyakan
"Apa sesuatu terjadi?" Shiya yang sedari tadi memperhatikannya membuat dirinya penasaran. Namun, Baro hanya menggelengkan kepalanya tak mau menyahutinya, ia kemudian melingkarkan tangannya ke pinggang Shiya dan membawanya untuk masuk kedalam rumah."Malam ini aku harus pergi keluar negeri." Baro akhirnya mulai berbicara pada Shiya setelah semua pelayan pergi."Kenapa mendadak sekali?" Shiya mengerutkan keningnya."Ada hal mendesak yang harus aku tangani." Baro tak mengatakannya dengan gamblang pada Shiya."Tidak lama kan?" tatapan Shiya kini terlihat sangat memelas, ia menundukkan kepalanya dan mengerucutkan bibirnya. Membuat Baro tak tahan melihat wajah menggemaskan itu."Aku akan segera kembali untukmu, kau tak perlu khawatir." Baro pun segera membawa Shiya kedalam pelukannya dan mengusap-usap punggung wanita hamil itu. Melihat Shiya yang terlihat manja membuat hatinya sangat bahagia.Baru saja merasakan bahagia seb
Baro tiba di bandara Internasional Tokyo dengan disambut beberapa pria berseragam serba hitam. Mereka adalah anak buah Tuan Heng. Para pria itu menundukkan tubuhnya hormat saat Baro berjalan keluar bandara.Ada lebih dari 5 mobil berwarna hitam yang berjajar didepan bandara untuk menjemput kedatangan Baro. Baro dan Hans pun masuk ke salah satu mobil itu. Mereka kemudian membawanya pergi ke kediaman Tuan Heng.Tuan Heng adalah anggota kelompok yakuza yang bernama Maguchi. Kelompok ini merupakan organisasi yakuza terbesar di Jepang yang terdiri dari 850 klan. Tuan Heng sendiri adalah kepala geng yang memiliki ratusan anggota gengster di Tokyo.Selang beberapa saat, mobil-mobil hitam itu memasuki rumah mewah yang berukuran besar. Di sana terlihat lebih banyak anggota yang tengah menyambutnya. Mereka menundukkan kepala saat Baro dan Hans turun dari mobilnya."Bawa Hans masuk!" beberapa pelayan segera membawa pria kecil itu masuk kedalam rumah.
Di ruangan yang tampak gelap, seorang pria paruh baya bertubuh besar dan kekar terlihat duduk disebuah kursi kayu dengan kedua tangan terikat. Wajahnya berlumuran darah, tanda banyaknya hantaman yang mendarat diwajahnya. Sekujur tubuhnya dari punggung, bagian atas paha hingga lengan dipenuhi tato. Tato bergambar ikan koi yang berenang melawan arus yang menyimbolkan tekad kuat dan kekuatan menaklukan sesuatu."Bunuh aku brengsek!" Tuan Heng masih menyeringai dengan wajah yang sudah babak belur."Aku benar-benar akan membunuhmu jika kau tak mau berubah pikiran!" Tuan Rengo sudah dibutakan amarah."Hahaha meski aku mati, perusahaan ku tak akan hancur di tanganmu!" Tuan Heng terkekeh dengan sisa tenaganya.Dulunya Tuan Heng dan Tuan Rengo adalah partner bisnis di bidang yang sama. Mereka terkenal sebagai ketua gengster terkaya yang menghasilkan milyaran dollar dari bisnis perjudian, pemerasan, industri seks, penjualan senjata dan obat-obatan t
"Hentikan mereka!" suara teriakan Tuan Rengo terdengar hingga luar rumah, membuat semua anggotanya bergerak untuk mencegah kepergian Baro beserta anggotanya.Baro pun menghentikan langkahnya seraya menyeringai, ia sudah tau hal itu pasti akan terjadi. Data yang ia bawa adalah aib terbesar Tuan Rengo. Bahkan dengan data itu, Baro dapat dengan mudah menghancurkan perusahaan miliknya."Berikan semua salinan yang kau miliki! atau aku akan membuatmu menghilang dari muka bumi seperti yang terjadi pada Heng." kemarahan dan ketakutan terlihat jelas di wajah garang Tuan Rengo."Kau pikir kami adalah lawan yang mudah?" dengan banyaknya anggota yang ia bawa, Baro menghadapi ancaman Tuan Rengo dengan sangat tenang."Lepaskan Tuan Heng! lalu aku akan memberikan semua salinan ini padamu." Baro masih bernegosiasi pada Tuan Rengo dengan keadaan yang sudah sangat tegang itu."Kau pikir siapa dirimu? hah? berani bernegosiasi denganku?" rupanya ha
Di kediaman Tuan Rengo."Sialan! bocah itu berani mengingkari kesepakatan yang sudah dibuat." Tuan Rengo marah besar setelah melihat seluruh aibnya tersebar diberbagai media. Ternyata flashdisk yang Baro berikan padanya belumlah semuanya, ia masih memiliki banyak salinannya. Kini bisnis kotornya pun juga berhasil dibeberkan oleh Baro.Tuan Rengo menghancurkan semua barang yang ada didalam rumahnya dengan membabi buta. Ia bahkan memukul beberapa anggotanya tanpa alasan, hanya untuk melampiaskan kemarahannya."Bunuh dia! bawakan mayatnya padaku! pergilah! apa lagi yang kalian tunggu? hah?" suara kemarahan Tuan Rengo sangat menggelegar hingga membuat semua anggotanya bergidik ngeri.***Di kediaman Tuan Heng."Ayah, kami akan pergi ke makam. Setelah itu kami akan segera kembali ke Indonesia." Baro dan Hans sudah terlihat rapi lengkap dengan bucket bunga ditangannya."Biarkan Hans tinggal disini lebih lama. Aku masih