Share

I'm Okay(ST Seven)
I'm Okay(ST Seven)
Penulis: MoonHp

Anak IPA satu

Pritt

Mendengar bunyi pluit dibunyikan seluruh siswa kelas XI IPA 3 segera berhamburan berbaris di lapangan.

Jangan tanya seberapa panas hari ini. Tepat jam sebelas, jadwal olahraga meraka dimulai dan tak heran ada saja sebagian siswa yang memilih bolos.

Pria dengan peluh di dahinya menyeringai kala mendongak ke atas.

"Gila, panas banget. Lebih panas dari ngeliat mantan sama gebetan barunya," celoteh Farel sambil mengibas-ngibaskan kaos olahraganya yang sudah basah duluan.

"Cihuyyy!" sorak Didi dan yang lainnya.

"Sudah, diam! Diam! Ini baru panas sinar matahari yang letaknya jauh dari bumi. Di neraka bisa lebih panas. Api neraka langsung nyentuh kulit, apa gak kebayang panasnya kayak gimana? Gitu aja ngeluh!" Sahut Pak Jojo juga ikut menyeringai karena terik sinar matahari.

"Hari ini bapak akan menggabungkan kalian dengan kelas XI IPA 1. Karena sesudah istirahat kedua bapak masuk ke kelas mereka dan berhubung bapak ada rapat dengan kepala sekolah jadi digabung saja ya."

"Gak asik! Huhu"

"Gak seru jadinya, Pak!" protes para siswa.

Apalagi saat Farel cees membuat suasana tambah runyam, Pak Jojo makin bertindak.

"Rel, kamu jadi instruksi pemanasan. Sesudah itu ajari mereka semua untuk men-shoot bola basket ke ring--"

"Gampang, Pak," potong Farel membuat Pak Jojo makin tidak suka dengan anak itu.

"Ajari anak IPA satu juga ya, sebentar lagi mereka akan turun ke lapangan."

"Lah? Saya cuma kebagian ngajarin doang?"

"Iya, kamu gantiin saya biar gimana capeknya jadi saya apalagi harus berhadapan dengan kelas kamu. Sudah bapak akan pergi dulu. Nih sekalian kamu absen kelas kamu!" Pak Jojo memberikan buku absenya ke Farel.

Dan benar saja, rombongan kelas unggulan datang dengan wajah serba-serbi kutu buku. Mereka berjalan santai membuat Farel berkacak pinggang menunggunya.

"Cepetan woi! Mau pemanasan nih!" teriaknya. Farel mengeluarkan ponselnya kemudian memutar lagu bernuansa dj.

"Ikutin gaes!" seru Didi kala melihat gerakan Farel di depannya.

"Woi, yang bener dong! Pemanasan banci bukan goyang dumang!" sarkas Alan--ketua kelas IPA satu.

"Suka-suka gue dong! Gue intruksinya," debat Farel tak ingin kalah apalagi mereka berdua pernah bersaing saat pemilihan ketua osis beberapa minggu lalu, membuat Farel tak ingin kalah darinya.

"Kalo gak suka mending cabut aja, ya gak?" Didi menambahi. Ia kembali bergoyang mengikuti alunan lagunya.

"Lo gak takut dimarahin sama Pak Jojo?" Alan berdecih.

"Pak Jojonya sudah out ke laut tuh!"

"FAREL!"

"Buset telinga gue." Farel terlonjak kaget saat Pak Jojo datang meneriaki namanya.

"Matiin musiknya dan pemanas yang bener!"

"Permisi, Pak. Maaf saya telat." Suara gadis di belakang Pak Jojo membuat mereka beralih perhatian.

"Kemana seragam kamu?" tanya Pak Jojo saat menoleh.

"Saya belum dapat seragamnya. Soalnya saya murid baru," jawabnya sembari tetap menunduk.

"O. Kamu duduk saja di pinggir lapangan, ya. Minggu depan kamu sama dah harus punya seragam jika ingin masuk kelas saya."

Gadis itu mengangguk dan segera duduk ke pinggir lapangan.

Pemanasan dilakukan secara hidmat setelah itu Pak Jojo kembali ke ruangannya karena mendapat telepin bahwa rapatnya akan segera dimulai.

Dan di sini yang paling capek adalah Farel. Berulang kali memberi arahan untuk memasukan bola dengan benar.

"Agak tinggi lagi loncatnya dong!" serunya.

"Gue takut terkilir." Gadis itu tidak menuruti apa yang Farel perintahkan. Dan biasanya ia tidak melakukan apa yang Pak Jojo perintahkan padanya.

"Kalau bukan cewek--"

Bugh!

Cewek tadi melempar bolanya ke arah wajah Farel.

"Buset,"

"Sori, Rel. Gue lagi PMS, jadi bawaannya kesel mulu." Siswi dari kelas IPA satu itu mundur kembali ke belakang bergantian dengan yang lain.

Sekarang giliran anak laki-laki dari kelas IPA satu. Farel memantulkan bolanya dengan keras ke arah Alan.

"Tunjujkin kejantanan lo!" Farel memberikan tatapan tajam.

Dan saat Alan men-shoot bolanya, bola itu tidak mengenai sasaran yang artinya tidak berhasil masuk.

"Sori, gue bukan anak basket," katanya santai dan kembali ke posisi belakang.

"Halah, dasar banci!" ejeknya kemudian men-shoot bola itu dengan seenteng mungkin.

Alan meminta bola yang lain pada Didi. Pria itu kembali berusaha melakukan shoot lagi, tetapi tidak berhasil. Saat bolanya menggelinding, murid baru itu mengambilnya.

"Eh, lempar aja bolanya," pinta Alan. Ia tahu cewek itu murid baru di kelasnya.

"Gak apa-apa nih? Soalnya tenaga gue kuat banget."

"Sekuat apa si tenaga lo?" Alan menggoda.

Cewek itu melempar bolanya hingga melambung jauh ke atas sana dan ....

BUG!

Brak!

"Rel?"

"Rel bangun! Farel!"

***

"Cewek sialan! Sengaja pasti tuh, gue yakin tuh cewek dari kelas sebelah. Komplotannya si Alan!" Farel meringis menahan nyeri di bagian belakang kepalanya.

"Kayaknya si iya Rel. Tapi btw, tuh cewek tenaganya kuat juga yah sampe bikin lo pingsan dua jam gini."

Mendengar itu Farel malah merasa seperti pria lemah. Ia bangkit dan merilekskan badannya. Menggerakkan tangannya ke kanan ke kiri secara bergantian.

"Halah, tenaga tempe aja lo bilang kuat. Sebenarnya gue gak papa Di. Tadi selama dua jam gue ketiduran," alibinya.

Didi hanya menanggapi dengan bersih ria saja.

***

Sina mencoba menguatkan dirinya dari keterpurukan yang terus menghantuinya. Sina mencoba membuang napas diam-diam di bangku paling ujung.

Hingga seseorang menepuk pundak kirinya membuat jantung Sina hampir migrasi ke lambung.

"Kenapa? Kok, kayak lihat setan?" tanya Dewi sambil tertawa receh. Ia adalah teman baru Sina.

"E--enggak apa-apa. Kaget aja, hehe."

Kalo lo nggak mau dibully kayak di sekolah lo dulu, berubah dong! Jangan jadi cewek lemah. Jangan diam aja kalo ditindas. Gue aja kasian liat mental lo masa lo ngga kasian sama diri lo sendiri. Jangan jadi pengecut Sina!

"Sin! Yaampun dari tadi ngelamun aja. Ngelamun apaan si? Emangnya Lo nggak mau balik?" Dewi kembali membuat Sina terkejut.

Sina sedang berpikir prihal raganya yang kuat tetapi tidak dengan mentalnya. Ia hanya mengangguk dengan senyuman dan ikut berdiri menyusul Dewi.

Sina memilih pulang naik bis, karena kakaknya ia larang untuk menjemputnya. Hal itu dilakukan agar kejadian dulu tidak terulang lagi. Hal yang tidak seharusnya dilakukan oleh seorang kakak perempuan pada adiknya.

Hujan menambah sendu suasana di dalam bis. Sina melihat jalanan kota yang sudah mulai digenangi air. Lalu melihat orang-orang di atas motor berhamburan untuk meneduhkan dirinya. Akan tetapi berbeda dengan pengendara motor yang sedang membonceng gadisnya, mereka tetap melawan arus hujan.

Mata Sina membulat kala melihat wanita yang ada di boncengan itu. Ia juga baru tersadar akan motor yang dulu pernah ia duduki bersama Glen. Glen kekasihnya.

"Kak Oliv?"

***

Komen (1)
goodnovel comment avatar
MoonNj Ki
Perasaan udah ga enakk
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status