Share

Gagal Lagi dan Lagi

Penulis: UmiLovi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-27 12:14:14

Selama hampir seminggu lebih pasca penyuntikan embrio itu, kondisi Harsha terus dipantau oleh Bela. Dilarang naik motor, dilarang naik turun tangga, dilarang berlari dan terlalu lelah, adalah peraturan mutlak yang wajib dipatuhi oleh Harsha.

Berbagai macam vitamin juga harus diminum setiap hari, pun susu dan makanan yang bergizi. Bela benar-benar menjaga calon bayinya dengan sangat protektif.

"Kapan Ibu boleh pulang, Sha?" Ranti, ibu Harsha, memperhatikan putrinya yang sibuk berkutat dengan laptop di meja. "Ibu sudah jenuh di rumah sakit terus. Ibu kangen rumah."

"Dokter bilang kondisi Ibu masih harus terus dipantau." Harsha beralasan demikian karena ia khawatir kondisi ibunya drop lagi jika terlampau lelah, apalagi Harsha masih sibuk wira-wiri untuk proses inseminasi itu.

"Tapi Ibu, kan, sudah sehat. Perawat juga bilang kondisi jantung Ibu sudah semakin membaik."

"Bu..." Harsha menutup laptopnya dan bangkit, ia lalu menghampiri ranjang ibunya dan duduk di tepian ranjang pasien itu. "Aku lebih tenang kalo Ibu di rumah sakit. Banyak yang jagain dan banyak yang ngawasin Ibu. Aku lagi sibuk sama ujian akhir, dan aku takut nggak bisa full jagain Ibu."

Wajah tua yang mulai segar kembali itu tersenyum menatap putrinya. Tangan keriputnya lantas terulur untuk membelai pipi Harsha dengan lembut.

"Ibu tahu kamu cemas. Tapi semakin lama di sini, biayanya akan semakin banyak, Nak."

"Jangan khawatirkan uang, Bu. Harsha ada tabungan kok, kan kita sudah pernah bahas hal ini," tukas Harsha berdusta. Padahal, selama ini yang membiayai ibunya adalah Bela Zurishmo.

"Simpan saja tabunganmu untuk hal yang lebih penting."

"Ibu penting. Buat Harsha, Ibu adalah segalanya dan lebih penting dari apapun! Jadi jangan banyak pikiran lagi, oke? Nikmati saja waktu Ibu di sini dan anggap aja lagi staycation!"

"Staycation?" Ranti menatap putrinya dengan bingung karena tak paham pada arti kata itu.

"Semacam liburan di hotel kalo kata orang-orang kaya!" jelas Harsha terkekeh sembari berdiri dan bersiap untuk kembali mengerjakan tugasnya lagi.

"Sha, kamu mens, ya?"

Pertanyaan Ranti tak pelak membuat jantung Harsha seakan berhenti berdetak. Ia meraba bagian belakang tubuhnya yang sudah basah dan lengket.

Karena panik dan tak tahu harus berbuat apa, Harsha segera menelepon Bela untuk mengabari kondisinya. Tentu saja Bela terkejut dan meminta Harsha untuk datang ke rumahnya segera.

[Itu berarti siklus pertama gagal berkembang di rahim Nona Harsha.]

Isi pesan dari dokter Hendri membuat Bela dan Harsha mendesah kecewa.

"Maafin saya, Nyonya," ujar Harsha sedih sembari mengusap perutnya dengan tatapan tak terbaca.

Mau bagaimana lagi, Bela akhirnya hanya bisa memaklumi kegagalan yang pertama ini dengan tetap berpikir positif.

"Kita masih bisa mencobanya lagi, Sha. Jangan khawatir. Masih ada 5 stok embrio sehat di laboratorium dokter Hendri."

Lima?!

Harsha mendelik tak percaya. Lalu apakah dia akan disuntik dan mengangkang di depan dokter Hendri sampai lima kali??

"Kita bisa mencobanya lagi bulan depan atau dua bulan lagi. Jangan khawatir." Bela mencoba menghibur Harsha yang ia pikir sedang sedih karena kehilangan calon bayi mereka.

Dan, setelah mencoba sekali lagi di dua bulan berikutnya, embrio itu nyatanya tetap tak bisa bertahan lama di rahim Harsha. Dokter Hendri sampai heran, padahal tes yang dilakukan pada Harsha menunjukkan bahwa gadis itu sehat dan kondisi rahimnya bagus. Tak ada kelainan apapun yang mencurigakan.

"Kita hanya punya dua stok embrio terakhir. Mari kita berusaha berpikir positif semoga yang kali ini dua-duanya berhasil tumbuh dan berkembang dengan baik."

Pesan dokter Hendri waktu penyuntikan terakhir itu, membuat Bela semakin overprotektif pada Harsha. Demi pengawasan yang optimal, Bela sampai meminta Harsha untuk tinggal di rumahnya agar setiap gerik-gerik Harsha bisa diawasi.

Tinggal seatap dengan Ron yang galak dan dingin, tentu membuat Harsha tak nyaman. Ia selalu menghindar setiap kali mereka bertemu tanpa sengaja. Sejak kejadian di rumah sakit beberapa bulan yang lalu, Harsha selalu merinding setiap bertemu dengan Ron. Meskipun Ron baik, tapi tetap saja jantung Harsha selalu berpacu saat berada di dekatnya.

"Sha, ada telepon penting dari rumah sakit."

Harsha yang sedang mencicil materi skripsinya, menoleh cepat ke arah Bela yang sedang memegang ponsel di tangannya. Ia berdiri perlahan dan menerima ponsel milik majikannya itu.

"Ya, halo?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • IBU PENGGANTI KESAYANGAN TUAN CEO   Liburan

    "Berlibur?" Ron mengernyit heran setelah mendengar permintaan Harsha yang tak biasa sore ini. Ia baru saja menyerahkan sebotol stok Asi untuk bayinya ke ruang NICU, dan Harsha mendadak mengajaknya liburan seakan mereka tak direpotkan oleh seorang bayi yang sedang berjuang untuk tetap hidup. "Iya. Liburan. Kapan terakhir kamu liburan?" Harsha bangkit dan menggandeng lengan suaminya yang masih mematung di samping pintu. Ron menerawang sejenak, alisnya terangkat untuk mencoba mengingat-ingat kapan terakhir kali ia pergi berlibur. Sepertinya sudah sangat lama, hingga Ron lupa kapan persisnya. "Entahlah, aku lupa.""Kalo begitu ayo kita pergi liburan!" putus Harsha riang tanpa beban. "Lalu Brisya? Kamu akan meninggalkannya di sini?" Ron memandang istrinya dengan heran. "Bagaimana bisa kita bersenang-senang sementara anak kita sedang berjuang di dalam sana, Harsha?" "Kita hanya pergi dua hari, bukan pergi selamanya! Jangan berlebihan." Harsha meninggikan suaranya karena tersinggung d

  • IBU PENGGANTI KESAYANGAN TUAN CEO   Jenuh

    Ron akhirnya menyerah pada keangkuhannya. Ia setuju pada ide nama yang diberikan oleh Harsha untuk putri mereka. Ron menekan egonya demi kebaikan. Ia ingin menjadi ayah dan suami yang sempurna untuk keluarga kecilnya yang baru. Ron berharap bisa mengimbangi kebaikan dan ketulusan Harsha pelan-pelan. "Brisya Nora Birnandi." Ron tersenyum ketika membaca nama bayi kecilnya yang kini terpampang di papan kecil --yang ditempel di inkubator. Sejak seminggu yang lalu, papan nama itu sudah tertempel di situ. Kini, hanya tinggal dua bayi yang masih dirawat di ruangan steril dengan berbagai macam alat bantu kesehatan itu. "Selamat pagi, Pak." Lamunan Ron seketika itu buyar setelah mendengar suara sapaan khas yang selalu menyapanya di jam sembilan pagi. Ron menarik napasnya singkat sebelum akhirnya berbalik badan. "Selamat pagi, Vick. Apa ada berita terbaru hari ini?" tanya Ron seraya berlalu dari jendela NICU dan beringsut duduk di kursi besi di dekat sana. Vick membuntutinya di

  • IBU PENGGANTI KESAYANGAN TUAN CEO   Istri Luar Biasa

    Bela sangat pencemburu. Dia tidak suka melihat Ron terlalu akrab dengan lawan jenis. Jangankan ketahuan mengobrol dengan perempuan, ketahuan melirik atau memperhatikan perempuan lain saja pasti jadi masalah besar bagi Bela. Itulah mengapa sejak menikah dengan Bela, Ron benar-benar memutuskan komunikasi dengan Kalina. Ia pun mengganti beberapa manajer perempuan di kantornya untuk meminimalisir pertemuan dengan mereka di saat meeting. Sejak menikah, Ron benar-benar menjaga hati dan dirinya hanya untuk Bela seorang. "Aku bertemu tante Brigitta kemarin di mall. Beliau sebenarnya sudah lupa denganku, katanya wajahku sudah banyak berubah. Benarkah begitu, Ron? Apakah aku tampak lebih muda dari usiaku?" Kalina terkekeh sembari menyentuh pipinya yang memerah. Harsha dan Ron hanya saling melirik dengan keki ketika melihat gelagat Kalina yang tersipu setelah memuji dirinya sendiri. "Jadi kamu bertemu mami?" "Nah, iya! Beliau cerita kalo istrimu baru melahirkan. Makanya akhirnya aku datan

  • IBU PENGGANTI KESAYANGAN TUAN CEO   Jangan Samakan Aku dengan Dia

    Sudah hampir satu jam berlalu sejak Ron kembali ke kamar VVIP yang ditempati Harsha, tetapi pria itu tak sekalipun membuka mulut atau sekedar memperhatikan sang istri yang sedang memompa ASI. Biasanya, Ron akan duduk dengan wajah berbinar dan menemani Harsha, setiap kali melihat wanita muda melakukan rutinitas pumping untuk bayi mereka. Setiap tetes air susu untuk putri mereka yang sedang berjuang di ruang NICU itu, selalu membuat Ron takjub. Walaupun sesekali, Ron akan menggoda Brisya dengan sesekali memberikan belaian lembut di gundukan menggiurkan itu.Namun, sudah satu jam berlalu dan Ron masih betah memandangi layar laptopnya tanpa sekalipun terdistraksi oleh gerak-gerik Harsha. Entah mengapa moodnya memburuk pasca bertemu Victor. "Kamu marah sama aku?" Suara lembut itu membuat jemari Ron membeku diatas keyboard laptopnya. Ia melirik sekilas ke arah Harsha yang sedang duduk di sebelah jendela, memompa asi sambil menikmati pemandangan adalah kegiatan favoritnya. "Tidak." Ron m

  • IBU PENGGANTI KESAYANGAN TUAN CEO   Dia Menghilang

    "Jadi dia belum ditangkap?" Ron menggretakan giginya dengan keras. "Lalu apa kerjaan polisi-polisi itu semingguan ini, huh!?" "Maaf, Pak. Tapi keberadaan nyonya Bela benar-benar tidak bisa di lacak. Nomornya tidak aktif sejak kejadian itu dan posisi terakhirnya tak memberikan petunjuk apapun," terang Vick dengan serius. "Di mana posisi terakhirnya?" "Di supermarket, Pak. Saya sudah mengecek CCTV di sana tapi sayangnya koneksi internet pada hari itu jelek, sehingga kualitas gambarnya buruk dan menyusahkan tim kepolisian mencermati setiap pengunjung di sana," jelas Vick sembari mengangsurkan ponselnya, yang sedang memutar video copy CCTV di supermarket itu. "Sialan!" maki Ron sembari mengepalkan tangan. "Selama dia belum ditemukan, keselamatan bayiku dan Harsha sedang terancam." Ron terkesiap setelah ia mengucapkan kalimatnya barusan. Ia baru ingat, tadi dia meninggalkan Harsha bersama Victor yang notebene adalah kekasih Bela. "Vick, apa kamu sudah mengecek kediaman Mr. Simon?" Ro

  • IBU PENGGANTI KESAYANGAN TUAN CEO   Bros Keramat

    Sudah seminggu sejak Harsha melahirkan, hanya dua kali ia diijinkan melihat dan menggendong bayinya di ruang NICU. Bukan tanpa alasan, semua demi menjaga kestabilan emosi Harsha yang selalu goyah tiap kali usai menjenguk putri kecilnya. Melihat selang kecil di mulut mungilnya, juga selang ventilator yang tak pernah lepas membantu pernafasannya, selalu membuat tangis Harsha pecah detik itu juga. Akhirnya, dokter hanya mengijinkan Harsha melihat dari jauh tanpa boleh mendekat agar kondisi psikisnya terjaga. Meskipun berat, tapi perlahan-lahan Harsha mulai menerima keadaan bayinya yang bermasalah dengan kesehatannya. Ia mulai sanggup mengelola emosinya, menata hatinya, menguatkan batinnya. Bersama Ron, suaminya, Harsha belajar untuk ikhlas pada takdir mereka. Sebenarnya, Harsha sudah diperbolehkan pulang tiga hari pasca cesar, hanya saja ia tak ingin jauh-jauh dari bayinya, alhasil Ron akhirnya menyewa dan menganggap rumah sakit itu selayaknya hotel. Mereka berdua selalu mengunjungi b

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status