Share

Bab 95 Berbeda Versi

last update Last Updated: 2025-05-07 22:05:58

Nabila membuka matanya perlahan. Ia mengedarkan pandangan ke langit-langit sebuah ruangan.

“Di mana aku?” gumam Nabila.

“Sayang, kamu sudah bangun? Syukurlah kamu ternyata masih hidup.”

Nabila menoleh ke sisi kanannya. Nabila terkejut, Gala tengah duduk menatapnya dengan air mata berlinang. Nabila telah berada di sebuah kamar rumah sakit. Ia telah mendapatkan penanganan dari dokter.

“Mas Gala, kamukah itu? Apakah aku sedang bermimpi?” Nabila mengusap wajah yang dirindukannya.

Gala mengangguk, ia tersenyum sambil menatap lekat Nabila.

“Iya, Sayang. Ini aku, Gala, kamu tidak sedang bermimpi. Bagiamana keadaan kamu, sudah lebih baik?” tanya Gala.

“Masih ada sedikit pusing dan badan sakit-sakit. Tapi tidak apa-apa aku senang melihat kamu lagi,” jawab Nabila.

Pintu kamar terbuka dari luar. Keluarga Gala masuk ke dalam, mereka hendak menemui Nabila.

“Sayang, kamu tidak apa-apa?” tanya oma Nira, ia memeluk Nabila.

“Tidak apa-apa, Oma. Aku baik-baik saja. Senang bisa lihat Oma lagi,” jawab Na
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Part 106 Minta Uang

    Nadin terbelalak mendengar permintaan ibunya barusan.“Apa, Ma? Mama nyuruh aku minta uang lagi sama Tante Erina? Nggak-nggak, aku nggak mau. Nanti Tante Erina malah curiga, lagi, kalau aku sedang memanfaatkannya,” tolak Nadin.Mona mendelikkan matanya ke atas sambil melipat kedua tangannya di depan dada.“Kalau disuruh sama orang tua itu harus nurut, Nadin. Apalagi Mama ini ibu kamu. Wajib bagi kamu, menuruti perintah Mama. Besar pahalanya jika kamu mengabulkan keinginan Mama,” ucap Mona menceramahi.Nadin berdecak kesal, Mona malah menceramahinya, seolah ucapannya semua adalah benar.“Nanti saja lah, Ma. Jangan sekarang, biar Tante Erina tidak curiga!” Nadin masih menolak permintaan Mona.“Ya sudah kalau kamu nggak mau nurutin keinginan Mama. Kalau begitu, Mama minta uang kamu saja. Mana uangnya!” Mona menengadahkan tangan ke arah Nadin.Nadin semakin kesal dengan tingkah Mona. Yang menurutnya tidak seharusnya seorang ibu memiliki sifat iri terhadap anaknya sendiri.“Iya-iya … Mama

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 105 Bangga

    Nadin beranjak dari posisi duduknya. Ia kemudian berjalan keluar dari restoran itu. Nadin pun menyetop taksi yang kebetulan lewat, lantas menaikinya.“Ke mall ya, Pak!” ujar Nadin, memberitahu tempat yang hendak ia tuju kepada sang sopir.Mobil pun mulai melaju dengan kecepatan sedang. Nadin tak hentinya menatap gepokan uang cash pemberian dari Erina tadi.“Benar-benar indah hidupku, otakku yang cerdas, dengan mudahnya mendapatkan uang sebanyak ini. Ya Tuhan … jangan hentikan keindahan ini. Aku sangat menikmatinya,” batin Nadin, ia tersenyum lebar.Tak berselang lama, taksi yang ditumpangi Nadin berhenti di depan sebuah pusat perbelanjaan. Setelah membayar ongkos taksi, Nadin segera keluar hendak pergi ke mall tersebut.Saat berada di dalam mall, Nadin seakan kalap melihat barang-barang yang ia sukai. Apa pun yang ia mau, ia membelinya dengan uang pemberian Erina.“Sepertinya ponsel aku harus ganti,” gumam Nadin.Nadin mendekati counter yang menyediakan banyak ponsel keluaran terbaru.

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 104 Tertipu

    “Aduh … kok perut Mami mendadak sakit begini, ya! Mami mau ke kamar mandi dulu,” ujar Erina.Erina berjalan cepat menuju kamarnya. Bukannya ke kamar mandi, setelah berada di kamar, Erina malah menghubungi seseorang.“Halo, Nadin, kamu sudah ada di mana sekarang? Kita ketemuannya di Resto Maknyus saja. Tante akan berangkat sekarang,” ujar Erina di balik sambungan telepon.“Aku sudah ada di jalan, oke aku akan ke sana sekarang,” sahut Nadin.Erina mengakhiri panggilan teleponnya. Kemudian segera bersiap hendak menemui Nadin.“Mau ke mana, Mam? Kok bawa-bawa tas?” tanya Gala.“Mami masih sakit perut, Mami mau ke dokter untuk diperiksa. Takutnya Mami terkena diare kan bahaya,” jawab Erina.“Ya sudah, biar aku yang antar ke dokter,” ajak Gala.Erina menggelengkan kepalanya cepat. Menolak ajakan Gala untuk diantar.“Em … tidak usah, Sayang. Mami berangkat sendiri saja. Mami sudah memesan taksi online tadi,” tolak Erina.Gala mengangkat sebelah alisnya, merasa bingung dengan sikap Erina.“Ke

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 103 Mewariskan

    Nabila menoleh ke belakang, ternyata yang memeluknya barusan adalah Oma Nira.“Sayang, kamu belum tidur?” tanya Oma Nira.Nabila kemudian duduk menghadap Oma Nira.“Oma, aku kira siapa. Aku baru saja tertidur, Oma. Em … Oma, apakah butuh sesuatu?” tanya Nabila.Oma Nira menatap lekat wajah Nabila. Lantas mengusap lembut pipi wanita itu. Oma Nira pun berlinang air mata, kemudian memeluk Nabila.“Maafkan Oma, Sayang. Tidak seharusnya Oma mendiamkan kamu seperti tadi. Kamu sudah berusaha mencari kalung itu. Sedangkan Oma … Oma sama sekali tidak menghargai usaha kamu. Maafkan Oma, Nabila, maafkan Oma!” ujar Oma Nira, ia menangis di pelukan Nabila.Nabila mengusap punggung Oma Nira. Nabila tahu, jika Oma Nira hanya kecewa saja. Akan tetapi, pada dasarnya Oma Nira adalah orang baik.“Tidak apa-apa, Oma. Oma tidak perlu minta maaf karena Oma tidak salah. Aku yang harusnya minta maaf, karena aku telah ceroboh menghilangkan barang berharga milik Oma. Aku tidak bisa menjaga amanah,” sahut Nabil

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 102 Diam Seribu Bahasa

    Semua orang kompak menyoraki bu Wita kembali. Kini, Nabila telah mendapatkan benda yang ia cari.“Syukurlah … Oma pasti akan senang dan tidak marah lagi jika melihat kalung ini kembali,” batin Nabila, ia mencium kalung itu lalu memasukkannya ke dalam tas.“Ibu-ibu, Bapak-bapak, kalau begitu saya pamit pulang dulu,” pamit Nabila.“Hati-hati di jalan, Neng. Hati-hati juga menyimpan kalungnya,” sahut salah satu warga.Nabila tersenyum kecil lalu mengangguk. Lantas ia menaiki ojek online itu untuk kembali pulang.Di sepanjang perjalanan, Nabila merasakan kelegaan dalam hatinya. Satu masalah telah selesai ia lewati.Hari pun telah berganti malam. Perjalanan yang cukup jauh, memaksanya untuk tetap bersabar. Beberapa kali ponsel Nabila berdering. Akan tetapi Nabila tidak sempat mengangkat.Setelah lama di perjalanan, akhirnya Nabila pun telah sampai di kediaman Gala. Namun, Nabila tidak melihat mobil Gala ada di sana.“Sudah puas kelayapannya?” tanya Erina, saat Nabila baru saja masuk ke dal

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 101 Mengaku-ngaku

    Nabila berdiri dan mengamati ibu pemilik warung itu.“Ada apa, Neng? Kenapa lihatin sayanya sampai segitunya?” tanya ibu pemilik warung itu, merasa bingung melihat sikap aneh Nabila.“Bu, apakah Ibu yang menemukan kalung itu? Itu kalung saya yang hilang, Bu!” ujar Nabila, sambil menunjuk ke arah leher ibu itu.Pemilik warung itu menyimpan kedua botol air mineral itu di atas bangku.“Kok situ ngaku-ngaku, sih! Ini jelas kalung saya, saya yang membelinya di toko emas,” sanggah ibu pemilik warung.Nabila terus menatap kalung yang terlingkar di leher ibu itu. Nabila sangat yakin, bahwa kalung itu memang miliknya.“Itu kalung saya, Bu. Kalung saya hilang di sekitaran sini, waktu saya ditangkap sama Teja. Saya sangat yakin, karena kalung itu kalung lama. Detailnya, motifnya, sama berlian. Itu kalung warisan turun temurun dari nenek mertua saya. Bu, tolong balikin kalung itu saya mohon,” ujar Nabila.Pemilik warung itu kemudian membalikan badan hendak masuk ke dalam rumah. Namun, Nabila sege

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 100 Mencari Kalung

    Setelah berucap demikian, Gala mengecup dahi Nabila lalu keluar dari kamar hendak pergi menuju kantor.Nabila terdiam kecewa, menatap kepergian Gala. Nabila memijat kepalanya pelan. Teringat wajah kecewa oma Nira, membuatnya merasa tidak nyaman.“Apa aku berangkat saja sendirian? Ya, sebaiknya aku cari saja sendiri. Semoga aku bisa menemukannya,” gumam Nabila.Nabila meraih tasnya, kemudian berjalan keluar dari kamarnya.“Pak Ujang mana, Pak?” tanya Nabila kepada satpam yang sedang berjaga.“Barusan pak Ujang nganter pak Gala ke kantor. Memangnya kamu mau ke mana, kok kayak mau pergi?” tanya satpam.Nabila hanya menggelengkan kepalanya pelan. Lantas ia memesan ojek online, untuk mengantarnya pergi ke kampung itu.Setelah ojek online itu tiba di depan gerbang rumah Gala, Nabila segera menaikinya. Lantas memberitahu lokasi yang hendak ia kunjungi.“Mas, bisa nggak jalannya dipercepat? Soalnya tempatnya agak jauh dari sini,” pinta Nabila.“Baik, Mbak.”Tukang ojek pun mempercepat laju mo

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 99 Hilang

    Keesokan harinya, di ruang makan telah berkumpul keluarga besar Faisal. Mereka tampak menikmati sarapan pagi yang berupa nasi goreng.“Apakah Sandi sudah mandi? Setelah sarapan, Papi ingin mengajaknya jalan-jalan di sekitaran komplek,” ujar Faisal di sela-sela makannya.“Sudah, Pap, Sandi sudah aku mandikan. Sekarang dia sedang bersama bu Sani di taman belakang,” jawab Nabila.Gala menyendok telur ceplok ke atas piring Nabila.“Cukup, Mas, ini terlalu banyak,” cegah Nabila.Gala tidak mengindahkan ucapan Nabila. Selain telur, ia juga malah menambah nasi ke piring Nabila.“Tidak apa-apa, ibu menyusui memang harus makan banyak. Ibunya sehat, maka otomatis anaknya juga akan sehat. Makan yang banyak, aku suka kalau kamu makannya lahap,” sahut Gala.Seperti biasa, Erina selalu mendelikkan matanya ke atas. Tidak suka melihat kemesraan Gala dan juga Nabila. Ia masih berharap, Gala bersatu dengan Nadin yang menurutnya lebih berkelas dari pada Nabila.“Em … Nabila, kok kalungnya belum dipakai

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 98 Menangis Haru

    “Sayang, bangun lihat aku bawa siapa?”Gala membangunkan Nabila yang tengah tertidur pulas. Dengan mata yang masih lengket, Nabila memaksakan diri untuk bangun.Setelah mata terbuka, Nabila terkejut melihat Sandi berada di dalam kamarnya.“Sa-sandi, apakah aku nggak salah lihat? Apakah benar ini Sandi? Apa aku cuma mimpi?” tanya Nabila, ia menepuk-nepuk pipinya sendiri.“Benar, Sayang, kamu tidak salah lihat dan kamu tidak sedang bermimpi. Ini memang Sandi, dia sudah pulang dan kita akan berkumpul bersama lagi,” jawab Gala, ia tersenyum lebar.Nabila menangis haru kemudian mengambil Sandi dari gendongan Gala. Beberapa kali Nabila mengecup pipi Sandi, karena rasa rindu yang sudah beberapa hari ini tertahan.“Sandi, sayang … akhirnya kamu pulang, Nak. Ibu Nabila kangen sekali sama Sandi. Syukurlah kamu tidak apa-apa,” ujar Nabila, ia memeluk Sandi begitu erat, seakan tidak ingin terpisah lagi dengan anak itu.Gala duduk di samping Nabila, membelai lembut rambut wanita itu.“Sayang, aku

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status