“Karena saya ... “ sejenak budi menghentikan ucapannya. Pria itu menngambil napas dalam sembari menundukkan kepala. Sangat sulit untuk mengatakan hal ini. tenggorokannya terasa tercekat dan seolah tak mampu untuk meneruskan kata. Tangannya semakin erat menggengam sang ibu.“Apa yang akan kau ucapkan?!” elang terdiam ditempat. Dia sangat cemas menunggu ucapan Budi yang terhenti.Para tamu undangan semakin bertanya-tanya. Mereka saling berbisik dengan opini masing-masing.“Ibu. Tolong kuatkan aku.” Tangan Budi gemetar. Bibirnya juga bergetar.“Bicaralah, Nak. insya alloh keputusanmu yang terbaik untuk kedua belah pihak.” Sang bunda berusaha menguatkan putranya. Sekuat mungkin wanita itu menahan air mata, namun tak mampu. Air mata mengalir deras membasahi pipi yang mulai keriput.“Katakan apa yang ingin kau katakan, Budi!” kembali Elang berteriak dengan kesal.“Mohon maaf. Aku akan membatalkan pernikahan ini!” seru Budi dalam satu tarikan napas. Dia terlihat lebih tenang dari sebelumnya.
221 HASIL PEMBICARAAN“Aku sama sekali tak ingin membuat keluargamu malu. Dan apa yang aku lakukan itu demi kebahagiaanmu.”Budi mencoba meyakinkan Zahra.“Aku tahu kemana arah pembicaraanmu. Jangan pernah membahas tentang Elang di sini karena kau tahu sendiri jika hubunganku dengannya sudah berakhir!” jawab Zahra dengan ketus. Dadanya naik turun menahan emosi.“Tapi kalian masih saling mencintai! Aku tak ingin kau menikah denganku karena terpaksa. Jangan pernah mengulangi kebodohan untuk yang kedua kali!”“Mas Budi! Dengarkan aku ...”“Kau yang harus mendengarkan aku! Demi Tuhan. Aku tak rela melihatmu tidak bahagia karena menikah denganku!”“Siapa bilang aku tak bahagia kalau menikah denganmu?!”“Jangan potong pembicaraanku!” Budi sedikit meninggikan suaranya.Zahra memalingkan wajah dan melipat tangan di dada. Dia sudah menduga kejadiannya akan begini. Zahra tahu kalau Budi seorang pria yang berjiwa besar. Dia bersedia melakukan apapun demi wanita yang dicintai, sekalipun itu mampu
“Elang! Tolong, menikahlah dengan Zahra!” ucap Budi dengan bibir gemetar. Bukan hal yang mudah untuk mengatakan hal tersebut. Walau berusaha tegar, tapi jauh di lubuk hatinya ada perih yang tak mampu terobati. Luka tersayat bak disiram air cuka. Sakit yang teramat sakit. Melepas wanita yang hanya tinggal beberapa detik saja menjadi miliknya, membuat separuh nyawanya terasa melayang.“Jangan gila kamu, Budi! Apa kamu pikir dia itu barang yang bisa kau ambil dan buang sesukamu?! Kau tak lebih bejat dari pria hidung belang diluar sana!” Elang menarik pakaian yang dikenakan oleh Budi dengan kasar. Emosinya mulai tak terkontrol.“Elang!”Terdengar suara Mustafa yang berteriak dengan keras dan melangkah ke arahnya. Namun Budi mengangkat tangan untuk memberi tanda dia baik-baik saja.“Tolong, jangan ada yang ikut campur! Ini menjadi urusanku dengan Elang! Uhuk ... uhuk ...!” Budi mulai terasa sesak napas. Namun dia berusaha untuk bertahan.“Elang! Apa yang kau lakukan?! Lepaskan Mas Budi!” t
“Bukan karena itu. aku hanya menyadari bahwa cinta tak bisa dipaksakan. Rasanya begitu sakit jika cinta hanya dibalas dengan belas kasihan. Sudahlah. Kau tak perlu berpikir lagi. Sekarang, temuilah calon istrimu dan katakan padanya bahwa kau hanya menemukan bahagia bersamanya. Dan aku yakin kalian memang berjodoh. Berbahagialah!” Budi menepuk-nepuk lengan Elang dengan lembut. Pria itu memaksakan diri untuk bisa tersenyum walau terasa pahit. Kemudian membalikan badan untuk melanjutkan langkah.“Mas, Budi. Terimakasih. Kau akan aku kenang selalu sebagai seorang pria yang paling baik. Aku akan selalu berdo’a untuk kebahagiaanmu. Suatu saat nanti, aku yakin kau akan menemukan cinta sejatimu yang lebih baik dari diriku.” Ucap Zahra tulus dengan berderai air mata.Budi hanya menganggukkan kepala tanpa menoleh ke arah Zahra.“Budi! Apa kau tak ingin menjadi saksi untuk pernikahan kami?!” Elang bertanya kepada Budi.Entah kenapa Budi merasakan pertanyaan itu begitu jahat. Bagaimana mungkin di
224 MALAM PERTAMA (TAMAT SESSION 1)“Sayang, mahar apa yang kau inginkan dariku?” tanya Elang kepada Zahra.“Aku tak ingin apapun. Aku hanya ingin dirimu sebagai mahar untukku.” Jawab Zahra dengan senyum penuh arti.“Maksudmu?!” tanya Elang dengan kening berkerut sebagai tanda tak mengerti.“Aku ingin kau menjadi milikku selamanya. Makanya aku meminta kaulah sebagai mahar untukku.”“Kau ini ada-ada saja.” Elang tersenyum sembari mengusap kepala istrinya dengan lembut.“Aku serius.” Jawab Zahra dengan cemberut.Elang menggandeng tangan sang istri ke hadapan penghulu.Sebelum mengikrarkan janji suci, Elang lebih dulu meminta restu kepada kedua orangtua Zahra. Tentu saja dengan senang hati mereka merestui pernikahan keduanya.Elang meminta waktu sebentar untuk menghubungi asisten pribadinya dan memintanya mempersiapkan mahar.Sesaat kemudian akad nikahpun dilaksanakan. Gedung klinik azzahra, satu set berlian dan satu unit appartemen dari elang sebagai mahar untuk sang istri tercinta.“Sa
“Uwekk ... uwekk.” Zahra berlari ke kamar mandi saat mencium wangi parfum sang suami. Biasanya dia sangat menyukai parfum yang membuat tubuh suaminya menjadi harum dan semakin menggoda. Entah kenapa berbeda untuk saat ini. Harum tubuh suaminya membuat perutnya seperti di aduk-aduk. “Sayang. Kamu kenapa?” Elang mengejar istrinya ke kamar mandi. Dia terlihat sangat khawatir saat melihat wajah sang istri terlihat pucat. “Aku tidak apa-apa, Sayang. Mungkin hanya masuk angin saja.” Zahra membasuh wajahnya dan memutar tubuh hingga berhadapan dengan sang suami. “Wajahmu pucat sekali. Ini tak bisa dibiarkan begitu saja. Kita ke dokter, ya?” Elang menyentuh pipi sang istri dengan wajah penuh kecemasan. “Tidak perlu. Nanti juga akan membaik. Apa kamu lupa kalau aku ini seorang dokter?” Zahra tersenyum dan mengecup jemari sang suami dengan lembut. “Bukan begitu. Aku hanya khawatir kau tidak baik-baik saja. Hari ini kau tidak usah bekerja. Ijin saja dulu, demi kesehatanmu.” “Aku tidak apa-ap
“Iya. Tapi untuk malam yang sangat special ini, kamu boleh kok makan semuanya. Ayo! Duduk dulu!” Zahra menarik kursi dan mendudukkan suaminya di sana.“Sayang, aku masih bingung. Ada apa sebenarnya? Tak mungkin surprisenya hanya dinner. Pasti ada yang lain lagi’kan?” Elang semakin penasaran dan mencoba menebak kejutan apa yang sudah dipersiapkan oleh sang istri tercinta.“Suamiku ini memang pandai membaca situasi. Makanlah dulu. Setelah itu baru aku beritahu kejutannya.” Zahra mencubit hidung suaminya dengan lembut.Wanita yang tengah bergembira itu mengambil nasi beserta lauk pauk untuk suaminya. Namun saat mencium bau rendang yang begitu sedap, membuat perutnya terasa mual.“Uwekk ... uwekk ...” Zahra meletakkan piring di meja dan menutupi mulutnya dengan telapak tangan.“Kamu kenapa? Kita ke dokter ya?”“Aku tidak apa-apa. Makanlah!” Zahra menyerahkan piring kepada suaminya.“Kamu tidak makan?”“Aku masih kenyang.’ Jawab Zahra sembari memegangi perutnya yang terasa seperti diaduk-a
Hari demi hari dilalui begitu indah. Apalagi Elang adalah seorang pria yang penuh perhatian. Bahkan dia mendatangkan ahli gizi dan juga koki yang profesional untuk mengatur menu makanan sehat untuk sang istri. Dia selalu memanjakan sang istri hingga wanita cantik itu merasa menjadi seorang ratu.Kini kehamilan Zahra sudah menginjak usia tujuh bulan. Dia sangat bahagia saat melihat bayinya dalam keadaan sehat sewaktu pemeriksaan USG. Hatinya begitu gembira. Walau sang suami tak bisa menemaninya karena sedang berada di luar kota untuk urusan bisnis, Dia tetap memberi kabar lewat sambungan telepon. “Sayang, aku masih di jalan. Jadi maaf, belum bisa menjemputmu. Kau pulang naik taxi saja, ya?”“Iya, gak apa-apa, Elang. Ini aku juga sedang menunggu taxi on line yang sudah aku pesan tadi.” Jawab Zahra dengan tersenyum.“Oke, Sayang. Sekali lagi maaf, ya.”“Iya. It’s oke.”“I love you.”“Love you more.”Zahra menutup sambungan telepon. Kemudian mengecek di aplikasi sudah sampai di mana tax