4. Rencana Kabur Yang Gagal

Clarice POV.

Setelah keluar dari mobil Reynand, tanpa menunggu waktu yang lama, taksi yang dikemudikan Alvin langsung berhenti di depanku. Aku sudah tidak mempedulikan Reynand yang masih berada di belakang, tujuanku hanya ingin cepat pergi dari negara ini, karena sudah tidak memungkinkan lagi untuk tinggal di sini, sebab taruhannya lagi-lagi adalah nyawaku.

"Ayo kita cepat pergi dari sini, segera suruh orang kepercayaanmu untuk menyiapkan pesawat sekarang juga!" perintahku kepada Alvin.

Tanpa perlu bertanya, Alvin langsung menuruti perintahku, bahkan dapat kurasakan jika taksi ini melaju dengan kencang, Alvin memanglah pengawal sekaligus sahabat terbaik yang kupunya.

Beruntung aku telah menitipkan barang-barang berhargaku di apartemen Alvin, jadi aku tidak perlu repot-repot datang ke panti asuhan untuk mengambil baju-bajuku dan juga pamit, karena bisa dikatakan aku memang akan kabur dari negara ini.

Aku tidak pernah menyangka jika malah akan terlibat dengan penguasa negara ini, dan gilanya mereka ingin menjadikan aku sebagai menantunya, jika saja anaknya bukanlah orang yang arogan dan menyebalkan, mungkin tawaran mereka tidak terdengar buruk.

"Memang apa yang sudah mereka bicarakan denganmu?" tanya Alvin membuyarkan lamunanku.

"Mereka memberikan aku tawaran serta ancaman, jika aku mau menikah dengan anak mereka, mereka bisa menjamin keselamatanku dari nenek sihir itu, bahkan mereka juga akan membantuku untuk menghancurkannya. Namun jika aku menolak, maka mereka tidak segan membongkar identitasku, dan kamu sudah pasti mengerti bagaimana kelanjutannya ...." jelasku.

"Sebenarnya menikah dengan tuan arogan itu cukup menguntungkan," goda Alvin, ia tahu jika aku tidak suka dengan lelaki arogan itu.

"Lebih baik aku kabur daripada menikah dengannya," sahutku ketus. Meski aku tidak mempunyai kriteria khusus untuk calon suamiku, tapi aku tidak mau jika harus menikah dengan lelaki arogan, karena aku benci dengan sifat seperti itu.

Alvin tersenyum simpul. "Tapi aku suka pilihanmu," ujarnya dengan sorot mata aneh.

Buru-buru aku memalingkan wajahku, entah mengapa aku menangkap sorot mata yang berbeda dari Alvin, entah apa artinya aku 'tak tahu, dan itu membuatku sedikit tidak nyaman.

Mobil akhirnya sampai di depan apartemen Alvin. Aku memiliki satu koper berisi pakaianku yang lain, dan kami membutuhkan waktu satu jam untuk mengemasi barang-barang kami. Setelah selesai membawa koper-koper ke dalam bagasi mobil, kami langsung melanjutkan perjalanan menuju bandara, di mana sebuah pesawat juga sudah siap menunggu kedatangan kami.

Tidak ada yang aneh selama perjalanan menuju bandara, dan setelah sampai di parkiran, kami langsung menyeret koper kami dan meninggalkan taksi yang sudah kami beli ketika pertama kali sampai di negara ini, barang yang terlalu besar, akan selalu kami tinggalkan ketika kami kabur dari negara yang kami singgahi.

************^_________^***********

Clarice dan Alvin yang baru berjalan beberapa langkah, tiba-tiba saja dihadang oleh segerombol pria berbadan tegap dan berwajah sangar. Layaknya teroris, Clarice dan Alvin menjadi pusat perhatian semua orang karena tertangkap basah saat akan kabur, dan hal yang membuat kedua orang itu tidak bisa berkutik, sebab yang menangkap mereka adalah orang-orang dari WG yang berarti Wirata Group, sangat terlihat jelas dari kaus berlogo WG yang mereka kenakan.

"Angkat tangan kalian!" perintah dari orang yang diyakini sebagai ketua segerombol pengawal tersebut. Bahkan tanpa segan-segan ia mengacungkan senjata api ke arah kepala Clarice dan Alvin. "Ikuti kami," lanjutnya.

Tanpa penolakan, Clarice dan Alvin langsung mengikuti langkah mereka, menuju sebuah mobil yang berlogo kepala tengkorak dan bertuliskan BW atau Black World. Mereka berdua dipaksa masuk dalam mobil tersebut, dan kemudian rombongan mobil itu meninggalkan area bandara, tujuan para pengawal-pengawal itu adalah markas Black World.

Tidak jauh dari area penangkapan tadi, Reynand yang masih terkejut, segera tersadar dan langsung mengikuti mereka. Setelah memakan waktu yang cukup lama, Reynand akhirnya tahu jika mobil mengarah ke markas BW, ia tahu sebab sering datang ke sini untuk menemani Loretta dan Alicia ketika latihan.

Reynand tidak berani mengikuti mereka lebih lanjut, karena dapat dipastikan jika ayahnya saat ini pasti berada di dalam markas tersebut, ia lebih baik memendam rasa penasarannya daripada terlibat masalah yang masih menjadi misteri ini.

Sedangkan di dalam markas, Alvin dan Clarice langsung diarahkan menuju ruangan khusus, meskipun tempatnya bersih, namun di sini tidak ada ventilasi udara sama sekali, ruangan tertutup itu jelas tidak bisa membuat kedua orang itu bisa lari dari sini.

Di tengah perasaan panik Clarice dan Alvin, tidak lama kemudian masuklah tiga orang pria yang ketiganya sekitar berusia hampir setengah abad, Clarice dan Alvin tentu tahu siapa ketiga orang tersebut. Mereka adalah singa tua California.

"Berani-beraninya kau mencoba kabur," ujar Deffin sinis. Meski usianya tidak lagi muda, namun aura menakutkannya tidak pernah luntur, begitu juga dengan kedua pria yang berada di belakangnya.

Clarice yang sadar jika kata-kata itu ditujukan kepada dirinya, ia hanya bisa menundukkan kepalanya takut. "Kenapa jadi seperti ini?" batin Clarice pilu. Apa sebenarnya yang diinginkan penguasa ini dengan akan menjadikannya sebagai menantu? 

"Beberapa kali lolos dari kematian, membuatmu sangat percaya diri jika aku tidak akan bisa menghabisi nyawamu, ya?" 

"Tidak! Ampun, Tuan. Saya hanya ingin pergi dari negara ini, saya janji tidak akan kembali lagi, jadi tolong bebaskan kami," pinta Clarice mengiba, sedangkan Alvin hanya menatap tajam ketiga orang tersebut, dalam hati ia bertanya-tanya, "Mengapa orang ini begitu menginginkan Clarice menikah dengan anaknya? Apa yang sebenarnya mereka inginkan?"

"Huh! Kamu masih ingin pergi dari sini, padahal istriku sudah sangat baik hati akan menjadikanmu menantu, dan kami pun berjanji akan melindungimu, tetapi bisa-bisanya kamu menolak mentah-mentah kebaikan kami? Sudah merasa hebat ya?"

"Tidak, Tuan. Saya justru sangat berterima kasih, akan tetapi saya juga tidak bisa menikah dengan orang yang tidak saya cintai, jadi saya mohon, tolong belas kasihan Anda untuk melepaskan kami dan membiarkan kami pergi," pinta Clarice seraya berlutut.

"Tidak! Apapun yang sudah menjadi keinginan istriku, aku harus mewujudkannya, lagi pula bukankah selama ini kamu juga tidak terlibat hubungan dengan lelaki lain? Jadi berhentilah berpura-pura ingin menikah dengan orang yang kamu cintai, padahal di dalam hidupmu kau hanya memikirkan nyawamu bisa selamat, itu saja. Bukankah begitu?" 

Clarice menelan saliva dengan susah payah, bagaimana bisa orang di depannya ini tahu pemikirannya selama ini? Clarice memang tidak pernah mengenal kata cinta, selama ini ia hanya sibuk memikirkan nyawanya, jika saja Reynand adalah lelaki yang baik, Clarice tentu mau menikah dengannya meski tanpa cinta. Jika nantinya mereka tidak cocok, mereka bisa bercerai, sesederhana itulah pemikiran Clarice tentang pernikahan, namun karena ia tidak menyukai sikap Reynand, Clarice perlu berpikir berulang kali untuk mau menikah dengan Reynand.

"Kalau begitu kasih saya alasan, mengapa saya yang dipilih untuk menjadi istri Reynand? Jika jawaban itu memuaskan, baru saya mau menikah dengannya," sahut Clarice tegas.

Clarice merasa dirinya sudah tidak bisa pergi ke mana-mana lagi, ia seperti berdiri di tengah-tengah tebing yang dikelilingi jurang yang siap menelannya hidup-hidup. Maju sial, mundur pun mati.

***