Beberapa hari kemudian...Setelah luka Reynand benar-benar sembuh, Reynand dan Clarice hari ini akan bekerja kembali. Namun, posisi Clarice bukan lagi sebagai asisten Reynand, akan tetapi ia berstatus sebagai seorang istri yang mengikuti ke mana pun langkah suaminya pergi."Sayang, kenapa kamu tidak pakai ini saja?" Reynand menenteng sebuah rambut palsu dan kacamata yang biasanya Clarice pakai. Melihat istrinya terlihat sangat cantik tanpa memakai kedua benda tersebut, membuat Reynand jadi khawatir jika nanti istrinya akan dilirik laki-laki lain."Tidak mau, lagi pula semua berita tentang diriku sudah mencuat ke publik, jadi untuk apa lagi memakai kedua benda tersebut," sahut Clarice seraya merapikan lagi rambutnya. Setelah dirasa cukup rapi, Clarice langsung berbalik. "Sudah selesai. Ayo, kita berangkat sekarang." Clarice tertawa ketika melihat Reynand memajukan bibirnya, lalu kemudian ia segera menggandeng tangan Reynand dan mengajaknya keluar dari penthouse mereka.Clarice bukanny
Setelah menyelesaikan semua pekerjaannya, kini Reynand dan Clarice langsung pergi menuju ke salah satu pusat perbelanjaan di kota tersebut.Karena ini adalah kali pertama mereka keluar bersama sebagai pasangan suami istri yang sebenarnya, maka mereka akan memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin.Clarice dan Reynand tidak hanya akan berbelanja saja, mereka berdua juga akan menonton sekaligus makan malam di dalam mall tersebut."Sayang, tolong ambilkan yang itu," ujar Clarice seraya menunjuk botol shampo yang jauh dari jangkauan tangannya."Yang mana? Yang itu, baiklah." Meski setuju untuk membantu Clarice, namun Reynand bukannya mengambil botol shampo tersebut, ia malah dengan santainya mengangkat tubuh Clarice, hingga membuat tinggi Clarice sejajar dengan rak tempat shampo itu berada."Reynand! Apa yang kamu lakukan?" pekik Clarice yang terkejut ketika tubuhnya tiba-tiba terasa melayang. Pipinya pun lantas memerah karena malu sebab orang-orang banyak yang menoleh ke arahnya.Reynand
Ratusan topi kelulusan telah mewarnai langit UCLA yang pagi ini tampak begitu cerah, semua wisudawan dan wisudawati bersorak gembira atas kelulusan mereka semua."Selamat atas kelulusanmu," ujar seseorang lelaki lewat sambungan telepon yang baru saja diterima oleh Clarice."Hemm ...." sahut Clarice datar, ia sama sekali tidak antusias dengan kelulusannya."Kedengarannya kamu tidak begitu senang, haruskah aku menjemputmu sekarang dan membawamu pergi ke pantai?" tawar laki-laki tersebut."Tidak perlu, Alvin. Kamu lanjutkan pekerjaanmu saja, sebentar lagi aku juga akan pulang.""Baiklah, kalau begitu hati-hati di jalan." "Iya." Setelah mengatakan itu, sambungan langsung terputus.Setelah memasukkan ponselnya ke dalam tas, Clarice langsung membalikkan tubuhnya dan bersiap pergi meninggalkan halaman tersebut.Namun, baru saja beberapa langkah Clarice berjalan, ada seseorang yang memanggilnya."Clarice Lucille." Suara lembut seorang wanita yang terdengar menenangkan setiap orang yang menden
Sorot mata Clarice tampak terlihat tenang, meski sebenarnya ia sangat ketakutan. Inilah salah satu cara agar ia tidak terlihat terintimidasi oleh sepasang penguasa di hadapannya ini. Tidak langsung menjawab pertanyaan tersebut, Clarice memilih menyesap cokelat panas miliknya, guna menetralisir rasa gugup dan debaran jantung yang menggila akibat rasa takut tersebut."Bolehkah saya berpikir terlebih dahulu?" tanya Clarice yang berusaha menjaga intonasi suaranya agar terdengar tetap tenang.Mata polos Clarice memandang penuh harap, agar kedua orang dihadapannya ini mau memberikan waktu untuk dirinya berpikir, lagipula ini menyangkut masa depannya, tega sekali jika kedua orang ini tidak memberinya waktu untuk berpikir sama sekali.Deffin dan Azkia sejenak saling pandang, lalu kemudian Azkia kembali menoleh kepada Clarice dan mengatakan, "Baiklah, kami akan memberikanmu waktu untuk berpikir, tapi hanya sampai malam ini, karena besok kamu harus mengatakan jawabannya."
Setelah mobil melaju membelah jalanan, Clarice mulai mengungkapkan apa yang ada dalam benaknya."Tuan-""Aku bukan majikanmu," potong Reynand cepat, ia menyahut tanpa sedikit pun menoleh kepada Clarice.Clarice menghela napas dalam-dalam, dia butuh banyak-banyak kesabaran untuk menghadapi lelaki di sampingnya ini. "Baiklah, Reynand. Aku ingin rencana pernikahan itu tidak pernah terjadi, jadi kita harus menentangnya bersama," ujar Clarice mantap.Reynand tersenyum sinis, lalu kemudian ia menjawab, "Jangan pura-pura menolak! Bukannya kamu yang sudah merencanakan ini semua? Pasti kamu terlebih dahulu mendekati ibuku ketika beliau berkunjung ke panti asuhan, kamu berpura-pura baik hingga ibuku ingin menjodohkanku denganmu," tukas Reynand.Clarice membuka mulutnya 'tak percaya, bagaimana bisa Reynand mempunyai pemikiran seperti itu kepada dirinya? Padahal tidak pernah sedikit pun terl
Clarice POV.Setelah keluar dari mobil Reynand, tanpa menunggu waktu yang lama, taksi yang dikemudikan Alvin langsung berhenti di depanku. Aku sudah tidak mempedulikan Reynand yang masih berada di belakang, tujuanku hanya ingin cepat pergi dari negara ini, karena sudah tidak memungkinkan lagi untuk tinggal di sini, sebab taruhannya lagi-lagi adalah nyawaku."Ayo kita cepat pergi dari sini, segera suruh orang kepercayaanmu untuk menyiapkan pesawat sekarang juga!" perintahku kepada Alvin.Tanpa perlu bertanya, Alvin langsung menuruti perintahku, bahkan dapat kurasakan jika taksi ini melaju dengan kencang, Alvin memanglah pengawal sekaligus sahabat terbaik yang kupunya.Beruntung aku telah menitipkan barang-barang berhargaku di apartemen Alvin, jadi aku tidak perlu repot-repot datang ke panti asuhan untuk mengambil baju-bajuku dan juga pamit, karena bisa dikatakan aku memang akan kabur dari negara ini.
Deffin tersenyum tipis mendengar perkataan Clarice, ada setitik rasa iba di dalam hatinya setelah mengetahui semua informasi gadis di hadapannya ini dari cerita istrinya, dan sekarang ia puas karena sepertinya pada akhirnya keinginan istrinya untuk membantu dan melindungi gadis ini akan terwujud, meski harus menggunakan cara yang hampir sama dengan kisahnya, yaitu menjerat dengan sebuah tali pernikahan. "Baiklah, sebaiknya kamu harus menemui istriku sekarang, dialah yang akan memberitahukan alasannya," sahut Deffin cepat, lalu kemudian ia beralih memandang Alvin dengan tatapan tajam. "Dan Kau, lebih baik pulanglah ke negara asalmu, karena mulai sekarang kami yang akan menjamin keselamatannya." Meski Clarice belum menyetujui rencana pernikahan ini, namun Deffin dengan percaya dirinya menyuruh Alvin pergi, dan entah mengapa ia kurang suka dengan pengawal setia gadis ini. "Maaf, Tuan. Tapi saya tidak akan pernah pergi dari sisi Nona Clarice, karena ini adalah tu
Sesuai dengan perintah Deffin, Reynand harus mengantarkan Clarice hingga sampai panti asuhan, meski ia sangat malas, Reynand tentu tidak bisa melanggar perintah ayahnya, nyalinya tidak cukup besar untuk menentang seorang Deffin Wirata."Kita mau ke mana?" tanya Clarice saat mobil tidak melaju ke arah panti asuhan."Cafe," sahut Reynand singkat, ia sama sekali tidak mempedulikan raut wajah Clarice yang kebingungan."Untuk apa?""Kita harus membicarakan perjanjian pra nikah." Reynand sejenak melirik Clarice yang terkejut mendengar perkataannya."Apakah kita akan melakukan pernikahan kontrak secara diam-diam?" tanya Clarice antusias, ia sering mendengar tentang pernikahan seperti itu, dan ia tidak menyangka akan mengalami kejadian ini di dalam hidupnya. Namun, ia sangat bahagia jika pernikahannya ini hanya akan menjadi pernikahan kontrak."Dasar bodoh! Kamu kira