Share

4. Melda si tukang kompor

Mendapatkan tamparan keras dua kali dari wanita di hadapannya itu, membuat Dea hanya bisa meringis, meratapi nasibnya. Percuma melawan, pastinya dirinya akan kalah. Apalagi suaminya itu sama sekali tidak peduli dengan dirinya. Bahkan mungkin jika dirinya pergi meninggalkan dunia ini pun, ia akan baik baik aja. Dan mungkin akan bahagia.

"Awsss." ringis Dea pelan.

"Kenapa? Sakit ya? Makanya kalau ngomong itu dijaga!! Jangan asal ngomong buruk sama gue, Lo tau kan kalau level lo sama gue itu beda!! Lo itu cuma gadis miskin yang tiba tiba menklah dengan anak konglomerat!! Dan gue bisa jamin, kalah pernikahan lo itu tidak akan lama. Mana mungkin seroang Vino mau sama Lo yang kaya gembel itu!!" ejek Melda tanpa perasaan.

Dea menangis dalam diam, rasanya tak sanggup mendengar hinaan dari mulut wanita busuk di depannya itu. Mulut pedas mirip dengan boncabe."Saya tau itu mbak, tapi atas mohon jangan pernah rendahkan saya. Saya juga tidak mau menikah dengan tuan vino, tapi saya juga tidak bisa menolak karena nantinya saya akan masuk ke dalam penjara."

Bukannya iba, kedua wanita itu tertawa bahagia di atas tangisan Dea yang semakin pecah.

Dea yang sudah tidak tahan mendengar ejekan dari sepupu suaminya itu pun nada akhirnya memilih mundur dan masuk ke dalam kamarnya.

Sedangkan di luar kamar, terdapat dua orang berbeda gender yang menertawakan Dea.

"Menarik juga ya buat hiburan hari ini." ucap Vino yang membela Melda.

"Iya, gue sih gedek aja lihat wajah dia yang sok alim itu. Padahal menurut gue sih dia itu udah kaga pelac*ur." ucapnya menyeriangai. " Lagian gue yang habis pikir sama nyokap dan bokap lo yang mau mau aja menikahkan Lo sama dia."

Menurut Melda, Dea itu gadis kampungan yang miskin. Dan tidak pantas bersanding dengan Vino. Bahkan lebih buruk dari Stela.

"Oh ya, Lo udah tau siapa yang buat Lo kecelakaan?" tanya Melda yang pura pura perhatian.

Vino menggelengkan kepalanya." Belum, Gus bakalan selidiki kasus ini sampai tuntas. Karena dia, gue batal nikah sama cewek yang gue cintai selama ini!! Dan malah nikah sama si buruk rupa!!"

Melda tersenyum menyeringai kembali.

"Gue, bakalan bantu lo, kalau misal udah ketemu siapa orangnya, Lo bakalan ngelakuin apa sama dia?" pancing Melda. Ia sudah memikirkan cara untuk mengambinghitamkan seseorang dalam kecelakaan Vino dan yang membuatnya menjadi pria lumpuh.

"Lo tau kalau gue tidak suka memaafkan penghianat, siapapun dia. Jika udah ketangkap sama gue. Maka, jangan harap kalau dia bisa lepas dari genggaman gue!! Lo, sendirikan tau gue itu gimana orangnya." jawab Vino.

"Kalau misalkan orang itu istri Lo sendiri gimana?" Vino menatap wajah Melda dengan tatapan penuh tanda tanya."Maksud gue, kalau misal dia yang buat lo kecelakaan, gimana? Kan secara tiba-tiba dia datang dan menjadi pengantin pengganti, kalau dipikir pakai logika sih, kayaknya dia deh." kompor Melda.

Vino nampak berpikir keras. Apa yang diucapkan oleh Melda baja saja terjadi. Tapi, apa mungkin? Sedangkan dia sama Dea aja baru kenal, atau memang Dea udah kenal dirinya lama, wajar kan dia kan seorang Presdir, jadi banyak yang mengenal dirinya.

"Secara kan dia anak orang miskin. Dan dia bosan sama hidupnya yang susah. Dan ingin hidup mewah dan berpenampilan glamor, makanya dia gait Lo."

"Tau lah, gue pusing!!" tandas Vino.

* * *

Di dalam kamarnya, Dea menangis sejadi jadinya. Untung saja, kamarnya ini kedap suara. Jadi, suara tangisnya tidak akan terdengar dari luar.

"Kenapa jadi gini sih? Kenapa gua harus jadi istri orang, kalau pada akhirnya seperti ini. Gue emang miskin dibandingkan mereka, tapi gue masih punya perasaan dan harga diri yang harus gue pertahankan." lirih Dea. Entah sampai kapan dirinya akan berada di sini. Enam bulan, enam bulan terasa begitu lama. Dua hari bersama dengan suaminya aja, membuat dirinya sesak nafas. Apalagi ada banyak yang tidak suka dengan dirinya.

Kalau saja, dia bisa memilih. Maka, ia akan lebih memilih menikah dengan sosok pria yang dicintai dan mencintai dirinya dengan tulus. Selalu baik terhadap dirinya dan Tidka kasar.

Dalam bayangannya, ia bisa mendapatkan suami yang baik, sabar, penyayang, lembut dan juga royal. Namun, bayangan itu hanya sekedar bayangan belaka saja.

Nyatanya, dirinya tidak memiliki suami yang seperti itu. Vino emang kaya raya dan juga tampan, tapi kasar terhadap wanita, apalah arti dari semua kekayaan dan juga ketampanan itu kalau tidak bisa memperlakukan wanita dengan baik, terlebih itu istrinya sendiri. Meski bukan istri yang diharapkan, mestinya dia bisa menjaganya dan melindunginya. Bukan malah membencinya.

Berkat Dea, dia jadi nikah, berkat Dea, dia juga tidak menanggung malu karena ditinggal calon istrinya pas mau akad. Dia seorang Presedir, yang tentunya banyak wartawan yang meliput pernikahan dirinya. Apalagi pernikahan itu adalah impian dirinya, karena akan menikah dengan wanitanya. Namun, takdir berkata lain.

"Sampai kapan gue ada di sini, gue kangen sama keluarga gue. Di sini gak betah, meski apartemen mewah, tapi tetep aja rasanya kaya kuburan." cetus Dea kesal.

"Mana di sini banyak orang toxicnya lagi, kecuali orang tua Vino sialan itu!!" gerutnya kesal.

* * *

Dea keluar dari dalam kamarnya. Ternyata sudah tidak ada Melda di sana. Ia pun bernafas lega, akhirnya Mak lampir pulang juga. Setidaknya, ia bisa bernafas lega dan telinganya tidak sakit mendengar hinaan dari mulut wanita itu. Cantik sih, tapi percuma kalau tidak punya rasa malu dan sopan santun. Main seenaknya saja, mengtang mentang dia kaya, dia Kenya segalanya. Main tindas aja.

"Syukur deh kalau nak lampir itu gak ada. Jadi, kuping sama hati gue aman gak sakit." gumam Dea bahagia.

"Tapi, pria itu tidak ada. Paling di dalam kamarnya. Dia kan kaya bulus. Ehhh, kan emang dia gak bisa jalan." ucapnya pelan, takut tiba tiba vino ada di sampingnya dan marah karena mendengar cibiran dari dirinya.

"Masa bodohlah, gak ngurus!!" Dea merasa jengah dan juga bodoh amat.

Dea lebih memilih membersihkan apartemennya yang kotor. Maklum jarang dihuni, dan banyak sampah di sana. Sepertinya itu ulah si Melda.

Dengan sabar dan telaten, Dea memunguti palstik sampah itu dan langsung membuangnya ke dalam tong sampah. sembari membersihkan setiap sudut ruangan, dirinya terus membayangkam kapan dirinya bisa bebas dan keluar dari sangkar emas penuh luka ini...

"Gaya elit, tapi jorok." cibirnya pelan.

"Siapa yang lo sebut jorok?" Suara bariton itu membuat Dea gemetar takut. Takut kena amuk lagi, dan juga siksaan.

* * *

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status