Share

5. Pulang ke rumah orang tua

Keesokan harinya, Dea meminta izin suaminya untuk berkunjung ke rumah orang tuanya. Meski belum ada satu mingguan ia meninggalkan orang tuanya, tapi, Dea sudah dilanda rasa rindu yang menggebu.

"Baik, tapi kamu tidak lupa jalan pulang, kan?"

Dea menganggukan kepalanya lemah.

"Iya, tuan. saya tau jalan pulang kok. Dan saya juga tidak akan kabur sebelum masa kontrak saya habis." balas Dea yang seakan tau apa yang dipikirkan oleh suaminya itu.

"Bagus, kalau kamu paham akan hal itu. Jangan coba coba kabur, atau kamu dan keluargamu akan tau akibatnya!!"ancam Vino. Dia emang manusia yang tidak memiliki belas kasihan, padahal wanita di hadapannya adalah istrinya sendiri. Tapi, entahlah mungkin rasa kasihan vino sudah hilang ditelan bumi.

Dea tersenyum dan langsung pergi begitu saja, karena ia tau suaminya tidak mau disentuh olehnya.

Dea memilih naik taksi untuk menuju ke rumahnya. "Duh, rasanya udah gak sabar bust ketemu sama bapak, ibu dan juga kakak.'

* * *

Dea turun dari taksi tersebut, lalu merapikan kerudungnya yang sedikit berantakan. Dea merogoh sakunya, mengambil uang lima puluh ribuan dua untuk membayar sopir taksinya.

"Makasih, neng." ucap sopir itu tersenyum ke arah Dea.

Dea membalasnya dengan anggukan kecil dari kepalanya."Sama sama, pak."

Dea memasuki rumahnya, tak lupa ia mengucapkan salam.

Khadijah, ibu Dea yang kebetulan ada di ruang keluarga pun tersenyum hangat menyambut kedatangan putrinya.

"Nak, apa kabar? Gimana rasanya jadi pengantin baru?" goda Khadijah. Dia tidak tau saja, kalau putrinya itu tersiksa di sana.

Dea tersenyum menanggapi hal itu. Sebisa mungkin, ia menutupi kesedihannya dari ibunya dan keluarganya yang lain, tidak mau membuat mereka khawatir.

"Kabar Dea baik, Bu." jawab Dea seadanya." Ibu sendiri, bagaimana?"

"Kabar ibu ya Alhamdulillah baik juga. Suami kamu mana? Kok gak ikut ke sini? Gak suka ya karena ibu bukan konglomerat?"

Khadijah merasa heran, karena Dea ke sini sendirian. Padahal kan mereka pengantin baru, yang harusnya datang ke sini bersama.

Dea tersenyum lirih. Ibunya menanyakan hal itu, membuat dirinya sedikit terhenyak."Nggak kok, Bu. Ibu kan tau sendiri gimana keadaan suami Dea. Buat jajan aja susah, masa mau ikut ke sini? Di apartemen juga banyak pekerjaan, Bu. Dia kan Presdir dan juga CEO, meski lumpuh." jawab Dea berusaha menyakinkan ibunya.

"Gitu ya? Ibu pikir dia gak suka sama ibu dan bapak, apalagi kami kan hanya keluarga yang biasa, bukan sepertinya yang konglomerat." ucap Khadijah berusaha untuk percaya dajagn putrinya. Meski sedikit ragu. Tapi, putrinya itu tidak pernah berbohong.

"Iya Bu, oh ya Bu. Dea laper, belum sarapan di sana. Karena Dea kangen sama masakan ibu. Ibu masak apa?" tanya Dea, agar ibunya tidak kebanyakan tanya. Apalagi mengenai suaminya.

"Ya Allah, nak!! Kenapa kamu belum sarapan? Terus suami kamu, gimana?"

"Dia udah makan kok Bu, Dea menjalankan tugasnya sebagai istri dengan baik. Meksi tidak ada cinta di antara kami. Ya seperti yang ibu tau, Dea hanyalah pengantin pengganti." ucap Dea. " Dan Dea ke sini eamng sengaja gak sarapan, karena mau sarapan di rumah ibu. Kangen tau sama masakan ibu yang tiada duanya." lanjut Dea dengan senyuman yang begitu mengembang.

Khadijah terkekeh, putrinya itu emang sedikit bawel dan banyak bicara dan membuat siapapun betah dengan Dea.

"Ada ada aja kamu, nak." Khadijah geleng geleng kepala dengan tingkah putrinya. " Kalau kamu lapar, ya udah ayok makan!!"

Dea pun mengangguk dan langsung mengekori ibunya berjalan ke ruang makan.

"Nih, kebetulan ibu hari ini masak banyak. Tau taunya kamu ke sini juga."

"Paling karena ikatan kita kuat, Bu." Khadijah mengangguk.

"Ya udah, gih makan!! Katanya laper."

"Iya Bu, makasih." Dea langsung mengambil nasi dan juga lauk pauknya

"Wahh masakan ibu enak deh." puji Dea yang membuat Khadijah terkekeh.

"Udah, jangan kebanyakan minum masakan ibu, nanti kalau ibu gr, gimana?"

Dea hanya nyengir kuda. Bertemu dengan ibunya membuat senyumnya kembali bersinar dan melupakan rasa sakitnya menjadi istri Pak Presdir Tampan yang galak itu.

* * *

Sampai sore hari, Dea masih betah di rumah orang tuanya. ia tidak mau pulang. hingga sang ayah pun mendesaknya.

"Pulanglah,nak!! kalau ada masalah bisa disele dengan cara baik baik, ayah tidak suka putri ayah lari dari masalah. setidaknya hargai suami kamu sampai dia mengembalikan kamu ke ayah lagi." ucap Rama yang sepertinya tau permasalahan rumah tangga putrinya yang masih seumur jagung.

Deg!!

Tau dari mana ayahnya? apa jangan jangan selama ini ayahnya tau jika dirinya sering menangis juga?

"Dea masih kangen sama ayah, Dea juga kangen sama ibu dan Abang. sayangnya Abang jarang pulang."rengeknya bak anak kecil.

"Makanya kamu pulang ke rumah suami kamu dulu, nanti kalau Abang kamu pulang ke rumah, pasti bakalan nyamperin kamu kok." ucap Khadijah. meski ia tidak banyak tau permasalahan rumah tangga putrinya.

Dea yang malas berdebat pun pada akhirnya memutuskan untuk pulang, ia juga sadar bahwa tidak sepantasnya ia meninggalkan suaminya di apartemen sendirian. meski ia hanya seorang istri di atas kertas, tapi ia tidak boleh lalai dan hormat terhadap suaminya. ia paham akan tugas dan kewajiban sebagai seorang istri yang harus tunduk dan manut terhadap suaminya.

* * *

Sampai di apartemen, ia disambut dengan wajah datar dan juga dingin. di situ bukan hanya ada suaminya saja, melainkan ada sosok wanita yang tidak menyukai keberadaan Dea. meski masih ada hubungan darah, tapi tidak sepantasnya mereka berdua saja di dalam apartemen, apalagi mereka saudara sepupu jauh.

"Bagus ya jam segini baru pulang?" ucapnya dengan melipat kedua tangannya di dadanya. seakan dirinya adalah seroang nyonya di sini.

"Maaf, saya hanya habis berkunjung ke rumah orang tua saya." jawab Dea dengan jujur.

Vino sendiri hanya diam, ia membiarkan sepupunya itu mencaci maki istrinya. ia sendiri malas untuk hanya sekedar bertegur sapa danagn wanita yang beberapa hari sudah menjadi tanggung jawabnya. kalau saja bukan karena ibunya, sudah pasti ia tidak akan pernah menikahi wanita kampungan itu.

"Kamu, lihat sendiri kan? kalau dia itu bukan wanita baik baik. mana ada wanita yang tega meninggalkan suaminya yabg sedang sakit dan keluyuran. jangan jangan dia itu selingkuh lagi di luaran sana, menggait laki laki kaya dan juga tampan yang sempurna!!" ucap Melda dengan entengnya.

"Terserah anda mau ngomong saya seperti apa!! saya tidak peduli!! saya keluar rumah juga sudah mendapatkan izin dari suami saya!!" sarkasnnya dengan tatapan tajam. Dea tidak takut sama sekali, karena ia sadar, jika ia lemah, maka Melda akan semakin menjadi jadi.

"Kamu_"

"Cukup!!!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status