POV Arif"Mas Arif, siapa dia? Kok ada di kamar Mas?" tanya adikku sambil menatap penuh rasa ingin tahu ke arahku dan ke arah Soraya. Mungkin heran karena melihat istri mudaku itu ada di kamarku sementara aku memang belum cerita soal Soraya pada Yuni."Dia kakak ipar kamu yang baru, Yun. Makanya jangan galak galak dong. Tadi itu yang habisin bolu sama minuman dingin kamu itu anaknya Mbak Soraya.""Sana kenalan dulu!" ujarku menjelaskan pada Yuni sambil menghela tubuh adikku itu supaya mendekati Soraya.Meski masih terlihat enggan, Yuni akhirnya mendekati Soraya dan mengulurkan tangannya."Yuni!" kata adikku menyebutkan namanya."Soraya," balas Soraya juga menyebutkan namanya.Sesaat kemudian perempuan itu membuka kembali mulutnya."Kamu sekolah apa kuliah?" tanya Soraya pada Yuni."Kuliah," jawab Yuni."Oh, ya sudah! Saya mau istirahat lagi! Tolong jangan berisik ya, soalnya saya masih ngantuk banget. Habis pindahan, capek!" ujar istri mudaku itu dengan nada ketus.Setelah itu Soraya
POV Soraya"Ini, Bu. Istri baru Mas Arif, bikin kesel aja! Mandi aja minta disediakan air panas segala! Dah kayak sultan aja nggak bisa mandi pakai air dingin! Siapa yang nggak kesel coba dengar nya?""Mana kue bolu sama es lumut aku di kulkas habis lagi! Eh rupanya dia sama anaknya yang ngabisin! Bikin kesel nggak namanya?" ujar Yuni menjawab pertanyaan Ibunya dengan wajah terlihat kesal dan bibir yang manyun.Aku mendengkus sebal mendengar perkataan gadis itu. Ingin rasanya aku dekati dia dan kulayangkan tamparan di mulutnya yang lancang itu, tapi kutahan.Hmm ... belum tahu dia siapa Soraya sebenarnya. Tunggu saja apa yang bisa aku lakukan untuk membalas perkataan nya itu.*****"Silahkan, Bu ... Yuni, dimakan sup nya!" ujarku sambil meletakkan mangkuk sup yang masih mengepulkan uap panas ke atas meja.Sejak Yuni menghardik ku sore kemarin, diikuti oleh ibu mertua dan suamiku yang kesemuanya jadi menyalahkan aku, aku memang berpura pura merasa bersalah dan menyesali sikapku di hada
POV Soraya"Ini, Bu. Istri baru Mas Arif, bikin kesel aja! Mandi aja minta disediakan air panas segala! Dah kayak sultan aja nggak bisa mandi pakai air dingin! Siapa yang nggak kesel coba dengar nya?""Mana kue bolu sama es lumut aku di kulkas habis lagi! Eh rupanya dia sama anaknya yang ngabisin! Bikin kesel nggak namanya?" ujar Yuni menjawab pertanyaan Ibunya dengan wajah terlihat kesal dan bibir yang manyun.Aku mendengkus sebal mendengar perkataan gadis itu. Ingin rasanya aku dekati dia dan kulayangkan tamparan di mulutnya yang lancang itu, tapi kutahan.Hmm ... belum tahu dia siapa Soraya sebenarnya. Tunggu saja apa yang bisa aku lakukan untuk membalas perkataan nya itu.*****"Silahkan, Bu ... Yuni, dimakan sup nya!" ujarku sambil meletakkan mangkuk sup yang masih mengepulkan uap panas ke atas meja.Sejak Yuni menghardik ku sore kemarin, diikuti oleh ibu mertua dan suamiku yang kesemuanya jadi menyalahkan aku, aku memang berpura pura merasa bersalah dan menyesali sikapku di hada
POV Alya "Baiklah kalau begitu, saya akan mempertimbangkan untuk menerima kamu kembali bekerja di perusahaan ini, tapi sebelumnya saya hanya ingin mengingatkan kamu supaya kamu serius dan konsentrasi dalam bekerja karena saya tidak mau masalah pribadi yang dialami oleh karyawati saya mempengaruhi yang bersangkutan dalam bekerja yang membuat hasil pekerjaan yang dilakukan tidak maksimal.""Apa kamu bisa memahami hal tersebut, Alya? Kamu bisa konsentrasi bekerja meski saat ini kamu mungkin sedang mengalami masalah rumah tangga dengan suami kamu?" tanya Pak Arga kembali sambil tersenyum dan menatap wajahku lekat yang membuatku sesaat darahku seolah tersirap.Aku menganggukkan kepala penuh keyakinan mendengar perkataan laki laki itu."Tentu saja saya bisa, Pak. Sa - saya janji, saya akan berusaha bekerja dengan profesional. Justru dengan bekerja ini, saya berharap tidak terlalu kepikiran dengan masalah pribadi saya sehingga saya bisa bekerja dengan lebih baik dan bertanggungjawab, Pak."
POV Soraya"Rif, kapan kamu gajian? Ibu nggak punya uang lagi nih gara gara kerampokan kemarin?" ujar ibu mertua saat kami sedang sarapan pagi.Mas Arif mengangkat muka lalu menatap wajah ibunya."Lagian Ibu aneh! Siang siang kok bisa kerampokan sih, Bu?""Tapi ya udahlah. Nanti Arif ambil dulu uang di ATM buat Ibu belanja rumah," jawab Mas Arif.Aku buru buru menyela, mumpung topik pembicaraan sedang membahas masalah uang belanja. Kok sudah beberapa hari aku tinggal di sini, Mas Arif belum juga memberiku uang nafkah ya? Aku kan juga punya kebutuhan sendiri. Lagian sudah seharusnya bukan seorang suami memberikan penghasilan nya pada istrinya untuk jatah belanja dan kebutuhan lainnya? Kok ini dia malah memberikan pada ibunya, tanpa memberi padaku lagi?Aku pun buru buru membuka mulut."Mas uang belanja untukku juga mana? Aku kan perlu uang juga, Mas buat beli kebutuhan rumah tangga?" tanyaku sambil mengulurkan tangan.Ibu mertua seketika melotot ke arahku."Kamu ngapain minta minta uan
POV Alya "Sin, hari ini aku mau ke swalayan, beli kebutuhan Kayla ya. Kamu mau titip apa, Sin? Nanti aku belikan?" tanyaku keesokan harinya setelah kejadian lamaran kerja yang berakhir dengan Pak Arga mentransfer sejumlah uang sebesar sepuluh juta rupiah ke dalam rekening milikku. Pertolongan Allah memang bisa datang melalui siapa saja. Tak terkecuali melalui tangan seorang Pak Arga yang membuatku sangat terharu. Aku tak pernah mengira setelah kesusahan dan kesulitan panjang yang harus aku lalui selama ini selama tinggal di rumah suami dan mertua, sekarang ini berakhir dengan kebaikan yang aku dapatkan dari Sinta dan Pak Arga. Sinta tersenyum lalu menggelengkan kepalanya. "Kamu beli aja untuk keperluan kamu dan Kayla, Al. Aku beli sendiri nanti kalau week end. Biasa aku seminggu sekali ke supermarket kok. Uang dari Pak Arga dihemat saja untuk keperluan kalian berdua ya, kebutuhan di rumah ini biar aku saja. Tenang, tabunganku masih banyak kok. Selama ini aku tinggal sendiri, jadi
POV Rudy Aku menatap kaget saat mataku tak sengaja melihat penampakan perempuan yang sampai saat ini secara hukum masih berstatus sebagai istriku itu yang tiba tiba tengah berada dalam antrean sebelah menuju kasir swalayan di mana aku berada saat ini.Sejenak aku ingin tertawa melihat keberadaan nya. Ya, bagaimana bisa dia memborong begitu banyak makanan dan memenuhi isi troli nya dengan belanjaan yang saling banyaknya bahkan hendak keluar dari keranjang besi yang tengah dia pegang itu.Mataku seketika mencoba menelusuri apa saja barang yang dia beli itu. Ada bermacam produk susu untuk kesehatan tulang perempuan aktif seumur dirinya, yang aku taksir harganya tidak murah itu. Ada aneka makanan yang sudah jadi yang tadi sempat mau aku beli juga, niatnya ingin menyenangkan istriku Soraya, agar dia tak perlu lagi menanyakan soal gajiku yang hendak aku berikan pada ibu, tapi karena harganya yang ternyata cukup mahal, membuatku urung memasukkan nya dalam keranjang belanjaan kecil yang teng
POV Rudy"Bu, aku tadi ketemu Alya di pasar ...," lirihku pada ibu saat akhirnya pulang ke rumah.Ibu yang sedang menyuap nasi, sontak menoleh ke arahku dengan wajah mengernyit."Ketemu Alya? Ngapain lagi perempuan miskin itu ketemu kamu? Minta uang kamu untuk nafkah dia dan anaknya?""Jangan dikasih! Belum tentu juga Kayla itu anak kamu! Kamu lihat sendiri kan, dia nggak mirip kamu sama sekali! Jadi nggak usah terpengaruh sama tangisan mengiba nya kalau dia menjadikan anaknya sebagai senjata untuk meminta uang dari kamu?" jawab ibu sembari melanjutkan kembali suapan nya.Aku menaikkan sudut bibir mendengar perkataan ibu. Beliau mungkin tak tahu kalau Alya sekarang tak seperti Alya yang kemarin tak punya uang, lusuh, jelek, bau dan gendut.Alya sekarang telah berubah menjadi wanita yang lebih cantik dan anggun.Tubuhnya mungkin masih berisi, tapi penampilannya, out fit yang melekat di tubuhnya menampakkan kalau mantan istriku itu tampaknya tak kekurangan apa apa.Justru saat hidup ber