Share

Bab 2

Author: Aura_Aziiz16
last update Last Updated: 2023-03-17 18:44:25

"Sin, apa kabar? Kamu masih kerja di tempat kita kerja dulu, Sin?" tanyaku begitu panggilan dariku diterima oleh Sinta, teman lama yang sampai sekarang masih berhubungan baik denganku meski akibat menikah dan melahirkan, hubungan pertemanan kami tak lagi intens seperti dulu karena kesibukanku mengurus suami dan putri kecilku, Kayla.

"Alhamdulillah, kabar baik, Ya. Kamu sendiri gimana kabarnya? Sudah lama gak hubungi aku? Kamu baik baik aja, Ya?" sahut Sinta dari seberang.

Aku menghembuskan nafas. Ingin menjawab tidak, tapi tak mungkin. Terpaksa aku menutupi yang sebenarnya terjadi.

"Alhamdulillah aku baik baik aja, Sin. Cuma ... saat ini aku lagi butuh pekerjaan. Apa kantor masih butuh staf baru, Sin? Aku pengen ngelamar kerja lagi kayaknya," ujarku membalas pertanyaan Sinta.

"Apa? Kamu mau kerja lagi? Bukannya kamu baru saja melahirkan ya? Kok malah mau kerja lagi? Emangnya kenapa, Ya?" tanya Sinta dari seberang telepon dengan nada kaget dan tak percaya.

Lagi lagi aku menghembuskan nafas sebelum menjawab pertanyaannya.

"Hmm ... sekarang semua kebutuhan pokok 'kan naik dan serba mahal, Sin. Nggak cukup gaji suamiku untuk memenuhi kebutuhan hidup kami selama satu bulan. Jadi terpaksa aku ingin bekerja lagi."

"Ada lowongan nggak, Sin? Kalau ada, aku mau dong melamar kerja lagi," ucapku.

"Lowongan kerja? Kemarin sih ada, Ya. Lowongan buat tenaga administrasi, sama seperti posisi yang kamu tinggalkan dulu. Cuma nggak tahu sudah diduduki orang atau belum, soalnya kemaren sempat ada beberapa orang yang datang untuk wawancara, tapi belum tahu sudah ada yang diterima atau nggak."

"Coba deh nanti aku tanyakan sama Pak Arga ya. Siapa tahu masih ada lowongan buat kamu. Soalnya kamu 'kan termasuk karyawati terbaik perusahaan dulu. Jadi mana tahu kalau kamu melamar kerja lagi, Pak Arga akan memberikan posisi yang bagus untuk kamu," sahut Sinta lagi seolah memberiku harapan baru aku akan diterima kembali di perusahaan tempat kami sama sama bekerja dulu.

Dan demi mendengar informasi dari sahabatku itu, aku pun merasa lega bukan main.

Ya, semoga saja nanti benar benar ada lowongan kerja untukku dari perusahaan di mana aku pernah bekerja dulu sehingga dengan demikian aku bisa memiliki penghasilan kembali supaya Mas Arif dan ibu mertuaku tak bisa lagi berbuat sewenang wenang dan menghinaku seperti sekarang ini.

Ya, aku harus bisa bekerja kembali supaya suamiku dan ibunya tahu kalau aku bukan perempuan tidak berguna yang hanya bisa menghabiskan beras dan lauk pauk di rumah ini saja.

Aku juga tidak akan kalah dari Mas Arif yang bisa mencari dan menghasilkan uang.

"Iya, Sin, tolong aku ya. Aku pengen banget kerja lagi supaya bisa punya penghasilan sendiri, Sin," ucapku lagi pada Sinta.

"Insya Allah, Ya. aku akan bantu kamu semaksimal mungkin nanti. Kamu banyakin doa saja ya semoga nanti Pak Arga berkenan menerima kamu kembali di perusahaan," jawab Sinta di seberang telepon berbarengan dengan suara teriakan Bu Ani, ibu mertuaku yang tiba tiba saja terdengar keras dari arah luar kamar.

"Alya! Ini baju baju kotor kok belum dicuci, kenapa? Gimana sih kamu? Anak tidur, kok kamu bukannya beres beres, nyuci baju! Malah ikut ikutan tidur?"

"Ayo beresin lagi kerjaan di belakang ini! Baru cuci piring aja sudah mau istirahat! Anak tidur itu kesempatan buat ngerjain semuanya tahu! Jangan malah ikut ikutan istirahat!" seru ibu mertua sambil menghempaskan pintu kamar dengan keras.

Mendengar teriakan ibu mertua itu, buru buru aku menutup speaker ponsel, tetapi terlambat sebab dari seberang sana telah terdengar suara tanya bernada heran dari Sinta padaku.

"Ya, itu ibu mertua kamu? Kamu disuruh nyuci baju? Beres beres rumah? Emang nggak ada pembantu ya? Kamu kan habis melahirkan, Ya? Kok disuruh kerja rumah segitu banyak? Emang nggak masalah sama kesehatan kamu?" tanya Sinta beruntun yang membuat dadaku terasa sesak.

Ya, malu rasanya karena teman kantor dulu jadi tahu kalau setelah menikah dan memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan di perusahaan dulu, aku justru diperlakukan bak pembantu oleh mertua seperti yang aku alami sekarang ini.

Padahal dulu saat mengajukan resign, Sinta pernah mengingatkan agar aku berpikir ulang untuk berhenti bekerja sebab takutnya Mas Arif tak memperlakukan aku dengan baik setelah kami menikah nanti dan punya anak.

Pada saat itu dengan sangat yakin aku mengatakan kalau Mas Arif pasti akan mencukupi kebutuhan hidupku dan rumah tangga kami nantinya dengan baik sesuai janjinya sebelum melamarku menjadi istrinya.

Namun, ternyata yang terjadi adalah sebaliknya. Hanya karena aku banyak makan usai melahirkan, suamiku itu justru tega menghinaku habis habisan seperti ini.

Bukan itu saja, ibu mertua juga tega mengeksploitasi tenagaku layaknya seorang pembantu rumah tangga yang tak perlu dibayar untuk mengerjakan seabrek pekerjaan rumah yang tak ada habis habisnya. Mengecewakan.

"I-ya, Sin, begitulah. Hmm ... udah dulu ya. Aku harus bantu ibu mertuaku dulu mumpung anakku tidur. Nanti kalau sudah ada kabar soal lowongan kerja baru untuk aku, kabari aku secepatnya ya, Sin. Bantu aku ya," ucapku lagi mengiba lalu setelahnya buru buru menutup telepon karena enggan Sinta mendengar kicauan dan kata kata pedas menyakitkan dari ibu mertua padaku lagi.

Dari seberang telepon Sinta mengiyakan. Setelah itu aku pun meletakkan ponsel bertepatan dengan Bu Ani yang kembali membuka suaranya.

"Kamu itu ya, Alya! Anak tidur, bukannya kamu gunakan waktu untuk beres beres rumah! Malah ikutan ngendon di kamar! Gimana nggak makin numpuk aja itu lemak di badan?"

"Sudah sana, cuci baju! Habis itu setrika pakaian bersih biar semuanya beres dan lemak lemak di badan kamu itu juga luntur!"

"Jadi istri kok malas malasan! Nggak cekatan! Pantes aja si Arif pulang telat terus, punya istri bisanya cuma tidur sama makan melulu sih! Ya iyalah males liatnya! Mending di luar, lihat yang cantik cantik dari pada di rumah liat atlet Sumo!" sergah Bu Ani lagi melancarkan ejekan seperti biasanya.

Mendengar kata kata pedas yang ibu mertua ucapkan itu, kali ini rasanya aku tak bisa untuk diam saja sehingga aku pun buka mulut meski sadar konsekuensinya aku dan mertua bakalan ribut adu mulut.

"Bu, cukup! Aku di kamar bukan tidur! Tapi lagi nelpon Sinta, teman kantorku dulu! Nanyain lowongan pekerjaan baru di kantor dulu!"

"Aku mau kerja lagi, Bu, supaya Ibu nggak perlu lagi terus terusan menghinaku banyak makan karena aku memang sedang menyusui Kayla, Bu!"

"Aku akan buktikan pada ibu dan Mas Arief, kalau tanpa kalian, aku juga bisa hidup dan makan kenyang setiap hari demi anakku!"

"Aku akan buktikan kalau aku bukan benalu yang nggak bisa apa apa tanpa kalian berdua! Dengar itu, Bu!" hardikku dengan tanpa basa-basi dan rasa takut sedikit pun lagi.

"Dan maaf ya, Bu ... jangan harap dan paksa aku untuk mengerjakan semua pekerjaan rumah di rumah ini karena aku bukan pembantu, Bu!"

"Aku ini menantu, yang membantu pekerjaan rumah di kediaman mertua dengan kerelaan! Bukan dengan paksaan layaknya ART yang dibayar mahal untuk melakukan semua itu, Bu!"

"Kalau Ibu memaksaku melakukan itu, mending aku jadi office boy di kantor aja dari pada jadi pembantu di rumah ini tapi nggak dibayar dan nggak bisa makan kenyang setiap hari!" tandasku lagi dengan suara keras yang membuat ibu mertua melongo mendengar bantahan dariku kali ini.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Tiaraladiva
Bagus cerita nya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • ISTRI GENDUT YANG KAU HINA!   Bab 58

    Setelah percakapannya dengan Bu Dewi yang membuat hatinya panas, Anggi melangkah keluar dari butik dengan wajah muram. Pikirannya terus memutar ucapan Bu Dewi tentang Alya, calon menantu sederhana yang telah merebut hati Arga. Tidak mungkin dia membiarkan perempuan seperti itu memenangkan segalanya.Sambil masuk ke mobilnya, Anggi mengambil ponselnya dan menghubungi salah satu anak buah kepercayaan papanya yang sering dia minta jasanya untuk membantunya menyelesaikan berbagai urusan pribadinya."Hallo, Pak Rendi. Bisa bantu saya dengan sesuatu?" ujar Anggi dengan nada dingin namun penuh maksud."Tentu, Nona Anggi. Ada yang bisa saya lakukan?" balas suara pria paruh baya di seberang."Saya ingin Anda menyelidiki seseorang. Namanya Alya. Katanya dia bekerja sebagai pengelola butik Bu Dewi, ibunya Arga. Saya butuh semua informasi tentang dia. Masa lalunya, keluarganya, apa pun yang bisa Anda temukan. Secepatnya," perintah Anggi tegas."Baik, Nona. Saya akan segera mencari informasinya,"

  • ISTRI GENDUT YANG KAU HINA!   Bab 57

    POV Author"Tante, Apa kabar?" tanya Anggi sembari melangkahkan kakinya dengan jumawa mendekati sosok Bu Dewi yang tengah mengecek persediaan barang di butik miliknya tersebut.Mendengar suara seseorang bertanya kabarnya, sontak Bu Dewi pun membalikkan badannya dan terkejut saat mendapati sosok putri sahabatnya yang dulu dia ketahui sebagai teman dekat Arga meski Bu Dewi tak tahu persis sebatas mana hubungan mereka itu, tengah memandang ke arahnya sembari menyunggingkan senyum manis."Ang-Anggi? Kamu Anggi, kan? Putrinya Herman?""Kapan kamu pulang dari Australia, Sayang? Alhamdulillah kabar Tante baik. Kabar kamu sendiri gimana?" sambut Bu Dewi ramah sembari balas tersenyum pada sosok gadis cantik di depannya itu."Kabar aku baik baik aja, Tante. Oh ya, ini butik Tante ya? Makin gede dan maju aja, Tan. Mau dong Anggi kerja sama Tante, soalnya Anggi belum ada kerjaan nih setelah lulus kuliah kemarin, Tan," ucap Anggi pura pura ingin melamar pekerjaan di butik milik Bu Dewi padahal dal

  • ISTRI GENDUT YANG KAU HINA!   Bab 56

    POV AuthorUsai mengantarkan ibunya kembali ke kantor pusat, Arga pun kembali menuju ke kantornya sendiri. Namun, baru saja membuka pintu ruangan kerjanya, netranya sudah disuguhkan pemandangan yang membuatnya tak suka. Seorang perempuan muda berwajah cantik namun berpakaian kurang bahan, telah menunggunya di sofa ruang tamu.Melihat kedatangannya, wanita itu reflek bangun dari tempat duduknya lalu berjalan dengan langkah kaki gemulai dan bibir menyunggingkan senyum menggoda mendekati sosok Arga yang memandang dengan rahang mengeras karena tak mengira perempuan yang barusan meneleponnya tadi dan tidak dia angkat itu ternyata sudah menunggunya di ruang tamu ruangan kerjanya. Benar benar tak paham dengan penolakan yang dia berikan barusan."Mas Arga? Kamu dari mana? Kok telpon dariku nggak kamu angkat? Kenapa sih? Kamu sibuk banget ya sampai sampai nggak sempat angkat telepon dari aku?" tanya Anggi dengan suara manja sembari tanpa malu malu lagi langsung melingkarkan kedua tangannya di

  • ISTRI GENDUT YANG KAU HINA!   Bab 55

    Pov Alya"Gimana, Al? Arif masih gangguin kamu dan Kayla?" tanya Pak Arga saat siang ini mengantar Bu Dewi mengecek butik cabang yang sekarang aku kelola karena konon mobil Bu Dewi sedang masuk bengkel karena ada sedikit kerusakan.Aku menggelengkan kepala lalu tersenyum lega."Alhamdulillah enggak, Pak. Mas Arif nggak ganggu lagi. Semoga selamanya begitu ya, Pak. Aamiin," jawabku lega karena sejak pindah ke rumah baru, Mas Arif memang tak lagi bisa menggangguku.Setelah pindah ke rumah baru, aku memang memperkerjakan dua orang satpam yang bertugas menjaga rumahku selama dua puluh empat j setiap hari agar mantan suamiku itu tak bisa lagi mendekatiku atau pun Kayla, sehingga sejauh ini kami pun aman dari gangguannya."Lho ... kok manggilnya Bapak sih, Al? Mas dong. Kan kalian sebentar lagi mau menikah. Masak masih manggil bapak ke Arga?" sela Bu Dewi tiba tiba sambil menatapku.Mendengar perkataan ibunya tersebut, Pak Arga juga refleks menatap ke arahku dengan pandangan bertanya, semen

  • ISTRI GENDUT YANG KAU HINA!   Bab 54

    POV Arif"Gimana ini, Rif? Alya kayaknya beneran nggak balik balik lagi ke rumah ini. Jangan jangan dia udah nggak tinggal di sini lagi? Nggak mungkin soalnya dia mau lama lama di rumah sakit kalau pun Kayla sakit. Ini sudah hampir dua mingguan soalnya. Nggak mungkin demam biasa seperti Kayla itu mau dirawat lama lama di rumah sakit, Rif.""Jangan jangan Alya memang nggak tinggal di sini lagi, Rif. Kalau iya, tinggal di mana ya? Apa pindah kontrakan ke tempat lain? Terus kalau gitu gimana? Kita datangi aja ke butiknya atau gimana?" tanya Mbak Maya saat keesokan paginya kami kembali ke kediaman Alya dan lagi lagi menemukan rumah itu kosong tanpa terdengar keberadaan Kayla dan pengasuhnya sama sekali di rumah itu.Aku menghembuskan nafas mendengar perkataan Mbak Maya itu."Iya, Mbak. Kayaknya sih dia pindah kontrakan. Tapi kenapa ya? Apa karena kemarin Kayla kita culik terus jadinya dia pindah kontrakan supaya kita nggak bisa culik dia lagi gitu? Ha ha ha, kecele dia kalau begitu! Dia p

  • ISTRI GENDUT YANG KAU HINA!   Bab 53

    POV ArifDengan nekad dan berusaha mengumpulkan keberanian, aku, Mbak Maya dan Yuni pun kemudian mengendap endap mendekati rumah kontrakan Alya dan mengetuk pintunya dengan cukup keras saat sudah sampai di depan teras. Berharap Alya yang keluar supaya bisa langsung kami eksekusi.Namun, dari dalam tak terdengar suara siapa siapa sehingga kami pun hanya bisa saling pandang dengan ekspresi bingung. Jangan jangan benar, saat ini Alya tengah berada di rumah sakit karena kondisi Kayla yang mungkin sakit beneran akibat aku culik kemarin sehingga Alya harus menginap di sana?Berpikir begitu aku pun membuka mulutku."Gimana ini, Mbak? Kayaknya di dalam emang nggak ada siapa siapa. Mungkin bener Kayla dirawat di rumah sakit, Mbak. Sekarang gimana? Apa kita datang lagi aja besok, mana tahu Alya udah pulang dan bisa kita culik, Mbak?" kataku.Mbak Maya pun menganggukkan kepalanya tanda setuju."Iya, gitu aja deh! Besok kita ke sini lagi aja. Soalnya kalau ke tempat kerjanya kan jauh. Lagi pula

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status