Share

ISTRI GENDUT YANG KAU HINA!
ISTRI GENDUT YANG KAU HINA!
Penulis: Aura_Aziiz16

Bab 1

"Makan terus!!! Badan sudah kayak gerobak sayur gitu, tapi makan nggak berhenti berhenti juga!"

"Kurangi makan dong! Diet! Biar bisa kayak Mbak Maya! Langsing dan sinset seperti artis Korea! Bukan kayak kamu yang gendut mirip gorila!" ucap Mas Arif, suamiku sambil melirik sinis ke arahku.

Aku yang sedang menyuap nasi ke mulut sontak menghentikan suapanku lalu menoleh kaget ke arah nya.

Meski pun bukan kali pertama ini dia bicara sekasar itu padaku, tapi kekasaran Mas Arif kali ini rasanya sungguh sudah keterlaluan.

Masa iya, aku yang baru saja mengalami penambahan berat badan akibat hamil dan melahirkan putrinya, dikatakan gendut seperti gorila seperti katanya barusan. Apa tidak keterlaluan dan tak wajar? Sungguh tak terpuji dan buruk sekali lisan suamiku ini.

"Tapi ... Mas, aku kan habis melahirkan. Mana sekarang ini lagi menyusui. Wajar kan aku gemuk, Mas karena perubahan hormon di masa seperti itu? Kalau aku diet, apa nggak kasihan Kayla, Mas? ASI-nya jadi terganggu nanti?" jawabku mencoba membela diri dan memberikan penjelasan.

Namun, mendengar jawaban dariku itu, Mas Arif justru melebarkan cibirannya.

"Alaaaah ... Alasan aja! Bilang aja kamu memang hobinya makan! Soalnya nggak mikir nyari duit itu susah! Nggak mikir kerja itu capek, makanya makan terus kerjamu! Nggak mikir mau ngerem ngerem lagi karena di rumah ini semuanya sudah tersedia dan serba ada! Nggak tahu kalau aku tuh nyarinya susah! Banting tulang memeras keringat setiap hari! Sementara kamu tahunya cuma makan aja dan ngabisin semuanya!" tukasnya lagi dengan nada nyelekit. Membuat dadaku yang sudah sesak semakin terasa sesak dan perih mendengarnya.

Sungguh, tak pantas sekali untuk didengar rasanya lisan suamiku ini!

"Itu ... Mbak Maya juga habis melahirkan. Tapi badannya kok bisa tetap singset begitu! Ramping kayak artis! Kok kamu aja yang enggak! Makin gembrot aja kayak galon air!" sambungnya lagi masih dengan nada kasar dan tak enak didengar.

"Gimana suami mau betah di rumah coba kalau tiap hari lihat tedmon dalam rumah terus! Apa nggak bawaan pengen kabur aja cari selingkuhan baru!" sentaknya lagi sambil menjatuhkan tubuhnya dengan kasar ke kursi ruang tamu.

Aku yang sedang makan, terkejut sekali mendengarnya dan terpaksa meletakkan kembali piring di atas tanganku ke atas meja dan membuang nafas kasar untuk mengurangi rasa sesak yang melanda di dada.

Sakit sekali rasanya mendengarkan penghinaan suami seperti ini. Apalagi dia sampai mengatakan ingin mencari selingkuhan baru karena melihat aku yang makin gendut saja dari hari ke hari.

Kalau tak ingat aku baru saja melahirkan dan kondisi badan juga belum pulih betul, mau rasanya aku pulang kembali ke rumah orang tua detik ini juga untuk menenangkan diri.

Ya, siapa yang tahan diomeli suami setiap hari? Padahal kalau aku gendut dan berisi, itu juga karena aku baru saja melahirkan buah hatinya sendiri?

Tapi mau bagaimana lagi, kesehatanku belum pulih betul. Ditambah Kayla yang masih bayi, tak mungkin rasanya aku membawanya ke rumah orang tua menggunakan kendaraan umum.

Jadi biarlah untuk sementara terpaksa aku tahan penghinaan ini. Bagaimana pun juga aku harus sadar kalau saat ini kondisiku belum memungkinkan.

Tapi nanti, kalau aku sudah lebih baikan, mungkin ada bagusnya juga aku pulang ke rumah orang tua, supaya Mas Arif  bisa berpikir ulang kalau mau menghinaku lagi.

Mas Arif. Namanya memang bagus. Tapi sepertinya akhlak dan lisannya masih belum sebagus dan sebaik namanya itu.

"Ada apa sih ribut ribut? Kayla baru saja tidur kan? Nanti terbangun lho."

Sedang aku dan Mas Arif ribut, ibu mertua tiba tiba keluar dari kamar dan mendekat ke arah kami.

Melihat kehadiran ibunya, Mas Arif terdiam sesaat. Namun, kemudian membuka mulutnya.

"Ini, Bu si Alya, makin hari makin gendut aja! Sumpek aku lihatnya! Dah kek bak sampah aja semua makanan ditelan!" jawab Mas Arif dengan nada kesal pada ibunya.

Bu Ani, ibu Mas Arif menoleh padaku lalu tersenyum tipis.

"Iya, betul. Alya ini makin hari memang makin gendut aja. Mbok ya diet tho, Ya. Kasihan anakku, pulang kerja capek capek, bukannya seneng liat istrinya cantik dan wangi, malah disuguhi pemandangan istri kayak galon air gini!"

"Kamu mau ya, si Arif selingkuh! Kalau nggak mau, jangan cuek begitu dong! Mulai hari ini juga kurangi makan, biar nggak gendut lagi. Dan Ibu bisa hemat beras!" ujar Ibu mertua, setali dengan putranya, ikut ikutan menghina dan menyudutkan aku.

"Pantas aja masak nasi habis terus. Rupanya kamu yang ngabisin ya, Ya!" tandas Bu Ani lagi sambil melotot ke arahku.

Mendengar itu, lagi lagi aku menghembuskan nafas yang terasa menyesak di tenggorokan. Apa iya, makan tiga kali sehari bisa dibilang boros?

Lagi pula saat ini aku memang sedang menyusui. Tambah lagi, walau pun baru saja melahirkan tapi pekerjaan rumah dan mengasuh Kayla aku kerjakan sendirian.

Makanya capek dan lelah sudah pasti. Dan itu mungkin yang membuatku selalu merasa haus dan lapar karena pekerjaan rumah yang tak pernah habis habis, ditambah menyusui Kayla yang sedang kuat kuat nya minta ASI. Jadilah porsi makanku memang naik dari sebelumnya.

Tapi jika hanya karena itu, Mas Arif dan Bu Ani sampai tega menghinaku dan mem-bullyku habis habisan seperti ini, apa itu wajar?

"Tapi, Bu ... Alya kan habis melahirkan. Wajar kan kalau Alya makan terus biar ASI Alya juga lancar. Biar Kayla kenyang, Bu," sahutku mencoba membela diri.

Namun, lagi lagi baik Bu Ani maupun Mas Arif sama sama mencibirkan bibirnya ke arahku.

"Nah, dengar itu Bu ... selalu Kayla jadi alasan! Padahal bayi seperti itu nyusunya berapa banyak sih? Dasar kamu aja yang hobi makan dari dulu. Nyesel Mas nikahin kamu kalau cuma buat ngasih makan kerbau bunting seperti kamu!" ujar Mas Arif lagi sambil menatap penuh rasa tak suka padaku.

"Iya! Berapa banyak sih Kayla ASI-nya? Jangan jadi alasan buat banyak makan dong, Ya! Sekarang apa apa mahal! Kalau kamu nggak ngerem makan, Ibu dan Arif yang susah nanti! Harus beli beras terus! Padahal beras mahal! Minyak mahal! Semua mahal sekarang!" timpal Bu Ani pula mendukung perkataan Mas Arif.

Mendengar itu aku membuka mulut lalu menjawab perkataan keduanya.

"Cukup, Mas! Bu! Kalau kamu dan Ibu memang keberatan aku makan terus, atau keberatan aku jadi istri kamu lagi, kamu antar aja aku pulang ke rumah orang tuaku lagi, Mas!"

"Insyaallah di sana aku bisa makan kenyang demi Kayla! Toh sebelum menikah dan jadi istri kamu dulu, aku juga bekerja dan punya uang! Aku bisa membeli semua yang aku suka dengan uangku! Tapi sejak menikah sama kamu, aku jadi susah begini! Jangankan mau beli skincare, baju dan yang lainnya! Mau makan aja susah!" ujarku dengan nada keras dan sengit membalas perkataan mereka.

Mendengar perkataanku itu, Bu Ani dan Mas Arif terdiam. Namun, sesaat kemudian ibu mertuaku itu menjawab.

"Nggak usah macam macam kamu, Alya! Kalau kamu mau pulang kembali ke rumah orang tua kamu lagi, tinggalkan cucu Ibu di sini karena dia anaknya Arief! Tapi kalau kamu nggak mau ninggalin Kayla, kamu nggak usah banyak omong dan sok sok an mau pergi segala dari rumah ini deh!"

"Cukup kurangi aja porsi makan kamu dan banyakin kerja! Karena nggak mungkin Ibu dan Arif ngasih kamu makan sementara kamu nggak punya sumbangsih apa apa di rumah ini!" Bentak Ibu mertua ku lagi.

"Bener! Sok sokan mau pulang segala! Sampai sana nanti nyesal! Dikira enak jadi janda! Dasar istri durhaka! Dinasehati baik baik supaya jaga penampilan, malah melawan dan mau pulang ke rumah orang tua! Aku kabulkan, baru nyesal kamu nanti!" Sambar Mas Arif lagi dengan nada pongah.

Mendengar perkataan dua orang itu aku hanya mampu menahan rasa geram di dalam hati. Aku tak mau karena pertengkaran kami ini, putriku Kayla terbangun dari tidurnya dan rewel karena tak bisa tidur nyenyak.

Demi putriku, aku akan melakukan apa saja supaya dia bahagia dan tenang.

Tunggu saja perlawanan dariku nanti Bu! Mas! Sudah cukup aku diam! Sudah cukup aku mengalah! Akan aku buktikan nanti kalau tanpa kalian pun, aku juga bisa makan kenyang tanpa perlu mengemis lagi seperti ini!

Ya, kalau pun aku diet dan ramping, itu bukan karena tak bisa makan kenyang sebab tak diberi makan lagi tapi karena aku harus jaga penampilan, sebab aku bertekad, setelah Kayla bisa ditinggal nanti, aku akan kembali bekerja supaya tak lagi bergantung hidup pada Mas Arif dan ibunya!

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Subaedah Sambara
okey lanjuut
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status