POV AlyaTak terasa sudah dua bulan berlalu sejak aku mengelola butik pakaian muslimah milik ibunda Pak Arga ini.Aku bersyukur karena sejauh ini pekerjaan ku baik dan Bu Dewi, ibunda Pak Arga sangat puas dengan hasil kerjaku membesarkan cabang butik ini.Surat perceraian ku dengan Mas Arif yang pada saat sidang tak sekali pun di hadiri laki oleh laki itu pun akhirnya keluar juga. Oleh sebab Mas Arif tak datang dari sejak pertama sidang meski panggilan telah dilayangkan ke alamatnya, surat cerai pun akhirnya keluar dengan lebih cepat. Aku bersyukur dengan begini, artinya aku dan Mas Arif telah benar benar berpisah dan tak ada lagi hubungan suami istri yang saling mengikat di antara kami.Sekarang aku bebas melakukan apa saja tanpa perlu merasa takut lagi pada laki laki itu.Mas Arif sendiri, sering kali mampir ke butik ini karena katanya hendak bertemu denganku, tapi aku yang merasa tak ada urusan apa apa lagi dengannya, meski kemarin masih terikat status perkawinan dengan laki laki i
POV Alya Bukan cacian dan celaan yang kudapatkan dari mereka melainkan pujian karena aku telah berhasil mengembangkan usaha ini hingga dalam waktu dua bulan, target pencapaian yang ditetapkan oleh Bu Dewi berhasil aku capai bahkan melebihi dari yang diinginkan."Sama sama, Bu. Alhamdulillah kalau kinerja saya tidak mengecewakan Ibu dan Pak Arga. Semua ini bisa tercapai tentu karena bimbingan dari Ibu dan beliau yang tak bosan bosan mengarahkan saya supaya bisa mengelola butik ini dengan baik, Bu.""Makasih banyak ya, Bu. Ibu sudah memberikan kesempatan bagi saya untuk bisa mengasah kembali kemampuan saya mengelola butik ini dengan maksimal sesuai yang kita inginkan," jawabku.Bu Dewi menganggukkan kepalanya lalu kembali tersenyum."Sama sama, Alya. Ibu juga makasih sudah dibantu. Oh ya, maaf, Alya ... bolehkah Ibu bertanya sesuatu hal yang cukup pribadi?" tanya Bu Dewi tiba tiba sambil matanya menatap penuh padaku."Bertanya hal pribadi? Apa itu, Bu?" Aku mengernyitkan kening."Hmm .
POV Arif "Gimana, Rif? Kamu sudah berhasil ketemu sama Alya belum? Kok sampai sekarang kamu belum berhasil membawa istrimu itu kembali ke rumah kita?" tanya Ibu saat aku kembali ke kontrakan tanpa mendapatkan hasil apa apa sebab berkali kali hendak menemui Alya di butik tempat dia bekerja saat ini, dia tak ada di tempat, kata para pegawainya sedang ada urusan di luar.Entah benar atau tidak, tapi yang pasti aku tak berhasil bertemu dengannya walau pun sudah memaksa masuk sebab para pegawai butik tersebut selalu menghalang halangi ku saat aku hendak masuk ke dalam ruang kerja istriku itu.Ya, istriku. Sebab aku yakin, kalau aku bisa bertemu dengan Alya dan meminta maaf padanya karena telah mengusir nya dari rumah kemarin, aku yakin hatinya pasti luluh juga.Bagaimana pun juga aku adalah bapak dari putrinya. Dia pasti akan senang bila aku kembali lagi padanya sebab putrinya tak perlu punya bapak tiri jika aku bersedia kembali lagi padanya. Lagipula aku tak yakin dia ada hubungan spesia
POV Alya "Gimana, Alya? Apa kamu bersedia mempertimbangkan permintaan Ibu ini?" tanya Bu Dewi kembali ketika melihatku diam saja mendengar permintaannya tadi.Meski jujur aku akui aku merasa tersanjung dan bahagia mendengar apa yang Bu Dewi sampaikan ini, tapi ada sedikit rasa ragu untuk menerimanya sebab aku sadar bagaimana pun juga aku dan Pak Arga beda jauh soal status dan kasta.Aku janda anak satu sementara beliau masih bujangan ting ting. Aku berasal dari keluarga dengan ekonomi biasa biasa saja bahkan cenderung lemah, sementara beliau berasal dari keluarga kaya.Aku takut perbedaan ini akan menimbulkan masalah di kemudian hari."Tapi, Bu ... saya ini janda satu anak. Saya juga berasal dari keluarga biasa biasa saja. Apa Ibu yakin meminta saya untuk menjadi pendamping hidup Pak Arga seperti ini, Bu?" tanyaku dengan sedikit perasaan ragu.Bu Dewi tersenyum mendengar keraguanku."Kalau soal itu nggak usah kamu khawatirkan, Alya, sebab sebelum Ibu mengutarakan keinginan Ibu ini pa
POV Alya "Mbak Maya ...? Yuni ... ? Ngapain kalian ke sini?" tanyaku kaget dan tak nyaman saat melihat mereka berjalan mendekatiku dengan senyum lebar terkembang di bibir.Meski begitu, aku berusaha untuk tetap tenang, karena aku yakin aku pasti akan bisa membela diri bila mereka berbuat yang tidak tidak padaku sebab di butik ini aku tidaklah seorang diri. Ada karyawan yang siap sedia membantu bila aku terancam bahaya. Pun ada Bu Dewi yang masih berada di sampingku saat ini."Alya, apa kabar adik ipar Mbak tersayang? Kamu makin cantik saja sekarang ya. Mbak nggak nyangka deh kamu bisa berubah secepat ini. Makin glowing dan langsing aja sekarang. Pantes Arif klepek klepek sama kamu dan ingin balikan lagi sama kamu. Ternyata sekarang kamu cantik banget he ... he ... he ...""Arif beruntung banget punya istri seperti kamu, Alya. Oh ya ... kamu sekarang kerja di sini ya? Kayla mana? Tinggal sama siapa dia kalau kamu bekerja?" tanya Mbak Maya pura pura ramah tanpa menghiraukan pertanyaan
POV Alya"Apa Mbak? Mas Arif sayang sama Kayla? Nggak salah dengar aku Mbak?""Selama ini Mas Arif nggak pernah mengakui Kayla sebagai putrinya. Dia tega mengusir aku dan Kayla dari rumah Ibu tanpa bekal apa apa, padahal tahu kalau Kayla masih bayi dan aku juga nggak punya pekerjaan!""Lalu sekarang Mbak bilang Mas Arif sayang sama Kayla? Sayang dari mana, Mbak? Kalau sayang, apa mungkin Mas Arif tega mengusir kami dari rumahnya? Sayang apa kalau dia nggak memikirkan anak dan ibunya yang diusir dari rumahnya tanpa bekal apa apa apa?""Untung aja ada Sinta yang bersedia memberi aku tumpangan tempat tinggal dan membantu aku meminjami uang untuk kebutuhan hidupku. Jadinya aku bisa seperti sekarang. Kalau nggak, gimana nasibku dan Kayla, Mbak?""Sinta juga yang membantu aku mencari pekerjaan sehingga akhirnya aku bisa kerja di butik ini.""Lalu tiba tiba sekarang Mas Arif bilang dia sayang dan memikirkan Kayla? Mbak pikir aku anak kecil yang bisa dibodohi seperti ini? Mbak pikir aku amnes
POV Arif"Gimana, Mbak? Ketemu sama si Alya?" tanyaku penasaran begitu aku melihat Mbak Maya dan Yuni kembali dari luar. Barusan ke dua saudariku itu pamit hendak menemui mantan istri ku itu di butik tempat dia bekerja.Otomatis saat mereka berdua pulang, aku pun gegas menyambut di depan pintu dan tak sabar lagi ingin tahu apa hasil dari mereka mendatangi Risma hari ini.Setali denganku, Ibu pun tampak tak sabar menghadang di depan pintu, berharap kabar baik yang kami dapatkan. Alya, istri yang pernah aku buang, bersedia kembali ke sisiku untuk membantu meningkatkan ekonomi keluarga ku dan membantu Ibu mengurusi masalah pekerjaan rumah di rumah ini.Melihat ku sudah menunggu dengan tak sabar di depan pintu, Mbak Maya pun menganggukkan kepalanya tetapi kemudian menghembuskan nafasnya."Mbak sama Yuni berhasil ketemu sih, Rif. Tapi ... istri kamu itu belagu banget! Nggak mau Mbak suruh rujuk sama kamu! Alasannya katanya kamu mana ada sayang sama Kayla. Apalagi sekarang ini dia sudah pun
POV Arif"Yun, jerawat kamu kok gede gede gini sih, gimana Pak Arga mau sama kamu kalau jerawat segede biji jagung gini?" ujar Mbak Maya saat mendandani Yuni pagi ini. Rencananya aku hendak membawa adikku itu jalan jalan ke kantor perusahaan milik Pak Arga untuk bertemu laki laki itu dan berkenalan dengannya.Bagaimana caranya mengajak berkenalan dan bagaimana teknis di lapangan nanti, itu nanti saja aku pikirkan kembali. Yang penting sekarang adikku ini biar dandan yang cantik dan mempesona dulu sehingga bisa membuat laki laki yang konon merupakan calon suami Risma itu klepek klepek dan jatuh cinta pada adik ku itu."Iya, Mbak. Habis gimana lagi. Sejak Mas Arif bawa Soraya tinggal ke rumah kita kemarin, uangku habis tak bersisa diembatnya. Tabunganku ludes. Uang pemberian Mas Arif dikuras habis sampai gak ada sisanya lagi. Bener bener keterlaluan perempuan nggak tahu diri itu, Mbak!""Sementara aku mau minta uang sama Ibu, Ibu juga sama nasibnya. Nggak punya apa apa lagi karena semu