POV Arif "Gimana, Rif? Kamu sudah berhasil ketemu sama Alya belum? Kok sampai sekarang kamu belum berhasil membawa istrimu itu kembali ke rumah kita?" tanya Ibu saat aku kembali ke kontrakan tanpa mendapatkan hasil apa apa sebab berkali kali hendak menemui Alya di butik tempat dia bekerja saat ini, dia tak ada di tempat, kata para pegawainya sedang ada urusan di luar.Entah benar atau tidak, tapi yang pasti aku tak berhasil bertemu dengannya walau pun sudah memaksa masuk sebab para pegawai butik tersebut selalu menghalang halangi ku saat aku hendak masuk ke dalam ruang kerja istriku itu.Ya, istriku. Sebab aku yakin, kalau aku bisa bertemu dengan Alya dan meminta maaf padanya karena telah mengusir nya dari rumah kemarin, aku yakin hatinya pasti luluh juga.Bagaimana pun juga aku adalah bapak dari putrinya. Dia pasti akan senang bila aku kembali lagi padanya sebab putrinya tak perlu punya bapak tiri jika aku bersedia kembali lagi padanya. Lagipula aku tak yakin dia ada hubungan spesia
POV Alya "Gimana, Alya? Apa kamu bersedia mempertimbangkan permintaan Ibu ini?" tanya Bu Dewi kembali ketika melihatku diam saja mendengar permintaannya tadi.Meski jujur aku akui aku merasa tersanjung dan bahagia mendengar apa yang Bu Dewi sampaikan ini, tapi ada sedikit rasa ragu untuk menerimanya sebab aku sadar bagaimana pun juga aku dan Pak Arga beda jauh soal status dan kasta.Aku janda anak satu sementara beliau masih bujangan ting ting. Aku berasal dari keluarga dengan ekonomi biasa biasa saja bahkan cenderung lemah, sementara beliau berasal dari keluarga kaya.Aku takut perbedaan ini akan menimbulkan masalah di kemudian hari."Tapi, Bu ... saya ini janda satu anak. Saya juga berasal dari keluarga biasa biasa saja. Apa Ibu yakin meminta saya untuk menjadi pendamping hidup Pak Arga seperti ini, Bu?" tanyaku dengan sedikit perasaan ragu.Bu Dewi tersenyum mendengar keraguanku."Kalau soal itu nggak usah kamu khawatirkan, Alya, sebab sebelum Ibu mengutarakan keinginan Ibu ini pa
POV Alya "Mbak Maya ...? Yuni ... ? Ngapain kalian ke sini?" tanyaku kaget dan tak nyaman saat melihat mereka berjalan mendekatiku dengan senyum lebar terkembang di bibir.Meski begitu, aku berusaha untuk tetap tenang, karena aku yakin aku pasti akan bisa membela diri bila mereka berbuat yang tidak tidak padaku sebab di butik ini aku tidaklah seorang diri. Ada karyawan yang siap sedia membantu bila aku terancam bahaya. Pun ada Bu Dewi yang masih berada di sampingku saat ini."Alya, apa kabar adik ipar Mbak tersayang? Kamu makin cantik saja sekarang ya. Mbak nggak nyangka deh kamu bisa berubah secepat ini. Makin glowing dan langsing aja sekarang. Pantes Arif klepek klepek sama kamu dan ingin balikan lagi sama kamu. Ternyata sekarang kamu cantik banget he ... he ... he ...""Arif beruntung banget punya istri seperti kamu, Alya. Oh ya ... kamu sekarang kerja di sini ya? Kayla mana? Tinggal sama siapa dia kalau kamu bekerja?" tanya Mbak Maya pura pura ramah tanpa menghiraukan pertanyaan
POV Alya"Apa Mbak? Mas Arif sayang sama Kayla? Nggak salah dengar aku Mbak?""Selama ini Mas Arif nggak pernah mengakui Kayla sebagai putrinya. Dia tega mengusir aku dan Kayla dari rumah Ibu tanpa bekal apa apa, padahal tahu kalau Kayla masih bayi dan aku juga nggak punya pekerjaan!""Lalu sekarang Mbak bilang Mas Arif sayang sama Kayla? Sayang dari mana, Mbak? Kalau sayang, apa mungkin Mas Arif tega mengusir kami dari rumahnya? Sayang apa kalau dia nggak memikirkan anak dan ibunya yang diusir dari rumahnya tanpa bekal apa apa apa?""Untung aja ada Sinta yang bersedia memberi aku tumpangan tempat tinggal dan membantu aku meminjami uang untuk kebutuhan hidupku. Jadinya aku bisa seperti sekarang. Kalau nggak, gimana nasibku dan Kayla, Mbak?""Sinta juga yang membantu aku mencari pekerjaan sehingga akhirnya aku bisa kerja di butik ini.""Lalu tiba tiba sekarang Mas Arif bilang dia sayang dan memikirkan Kayla? Mbak pikir aku anak kecil yang bisa dibodohi seperti ini? Mbak pikir aku amnes
POV Arif"Gimana, Mbak? Ketemu sama si Alya?" tanyaku penasaran begitu aku melihat Mbak Maya dan Yuni kembali dari luar. Barusan ke dua saudariku itu pamit hendak menemui mantan istri ku itu di butik tempat dia bekerja.Otomatis saat mereka berdua pulang, aku pun gegas menyambut di depan pintu dan tak sabar lagi ingin tahu apa hasil dari mereka mendatangi Risma hari ini.Setali denganku, Ibu pun tampak tak sabar menghadang di depan pintu, berharap kabar baik yang kami dapatkan. Alya, istri yang pernah aku buang, bersedia kembali ke sisiku untuk membantu meningkatkan ekonomi keluarga ku dan membantu Ibu mengurusi masalah pekerjaan rumah di rumah ini.Melihat ku sudah menunggu dengan tak sabar di depan pintu, Mbak Maya pun menganggukkan kepalanya tetapi kemudian menghembuskan nafasnya."Mbak sama Yuni berhasil ketemu sih, Rif. Tapi ... istri kamu itu belagu banget! Nggak mau Mbak suruh rujuk sama kamu! Alasannya katanya kamu mana ada sayang sama Kayla. Apalagi sekarang ini dia sudah pun
POV Arif"Yun, jerawat kamu kok gede gede gini sih, gimana Pak Arga mau sama kamu kalau jerawat segede biji jagung gini?" ujar Mbak Maya saat mendandani Yuni pagi ini. Rencananya aku hendak membawa adikku itu jalan jalan ke kantor perusahaan milik Pak Arga untuk bertemu laki laki itu dan berkenalan dengannya.Bagaimana caranya mengajak berkenalan dan bagaimana teknis di lapangan nanti, itu nanti saja aku pikirkan kembali. Yang penting sekarang adikku ini biar dandan yang cantik dan mempesona dulu sehingga bisa membuat laki laki yang konon merupakan calon suami Risma itu klepek klepek dan jatuh cinta pada adik ku itu."Iya, Mbak. Habis gimana lagi. Sejak Mas Arif bawa Soraya tinggal ke rumah kita kemarin, uangku habis tak bersisa diembatnya. Tabunganku ludes. Uang pemberian Mas Arif dikuras habis sampai gak ada sisanya lagi. Bener bener keterlaluan perempuan nggak tahu diri itu, Mbak!""Sementara aku mau minta uang sama Ibu, Ibu juga sama nasibnya. Nggak punya apa apa lagi karena semu
POV Arif"So ... kamu ingin bicara apa?" tanya Pak Arga yang terdengar melalui sambungan video call yang Yuni lakukan padaku."Hmm ... saya cuma ingin tahu sejauh mana sebenarnya hubungan antara Mas Arga dengan kakak ipar saya, Mbak Alya?""Soalnya kata Mas Arif, Mas Arga ada hubungan spesial sama Mbak Alya? Apa itu benar? Kalau iya, spesial seperti apa, Mas? Mas Arga tahu nggak kalau mereka itu sebenarnya belum resmi berpisah? Maksud saya, Mbak Alya memang mengajukan gugatan perceraian ke pengadilan agama, tapi Mas Arif nggak pernah dapat undangan sidang, tapi tahu tahu surat cerai sudah keluar.""Dalam agama, apa bisa dibenarkan hal seperti itu, Mas Arga? Istri menggugat cerai tanpa ada alasan yang bisa diterima akal sehat lalu tiba tiba sekarang sudah jatuh talak? Mas Arif itu sangat menyayangi Mbak Alya, Mas ... sangat mencintai Mbak Alya tapi Mbak Alya malah pergi dari rumah meninggalkan suaminya dan tiba tiba menggugat cerai seperti ini. Perempuan seperti apa itu, Mas Arga?""La
POV Arif"Maaf, Mbak ... rok nya tolong diturunkan ... ! Kemejanya juga tolong dikancingkan lagi ... ! Saya pikir Mbak mau ngomongin apa, ternyata ... " Pak Arga tampak menggeleng gelengkan kepalanya. Entah karena apa."Kalau Mbak bilang Mbak nggak mau disentuh laki laki sebelum halal, kenapa Mbak malah mau buka baju segala di hadapan saya? Maaf, Mbak ... saya bukan laki laki yang tertarik dengan perempuan karena seks nya ya, tapi karena saya nyaman dengan dia.""Kalau saya mau, gadis perawan yang belum pernah disentuh laki laki banyak sekali bekerja di perusahaan ini, dan mereka pasti bersedia saya peristri kalau saya mau. Saya atasan mereka, dan memenuhi semua kriteria seorang laki laki idaman. Tapi itu tidak saya lakukan sebab saya tidak sembarang mudah menyukai perempuan. Saya sangat selektif dan menggunakan hati untuk bisa menyukai wanita.""Kalau saya menyukai seorang wanita, itu berarti ada sesuatu yang saya nilai lebih dari dia yang tidak dipunyai oleh perempuan lain atau gadi