Arsen tertawa sumbang, ketika mendengar ucapan dari kakak tirinya saat ini. Masihkah dia berpikir, bahwa dirinya kini baik-baik saja, setelah dia merebut kekasihnya?"Kau bertanya bagaimana diriku saat ini? Apa kau tak berpikir, bahwa saat ini aku tidak baik-baik saja, kau merebut dia dariku, kau membuat duniaku hancur Zuan Lee." ungkap Arsen dengan nada penuh kemarahan.Tuan Zu terdiam, terlihat dirinya tak ingin membuat Arsen tersulut emosinya lagi.Tuan Zu, lalu mengambil segelas minuman wine di mini bar, yang ada dalam kamar Arsen yang sangat luas itu. Ia kemudian memberikan minuman tersebut kepada adik tirinya."Minumlah dulu, dan tenangkan dirimu, aku akan menjelaskan semuanya kepadamu," ucap Tuan Zu dengan memberikan minuman tersebut kepada Arsen.Arsen menoleh ke arahnya, lalu tersenyum miring ke arahnya. Ia meneguk langsung minumannya dan tak hiraukan kehadiran kakak tirinya.Beberapa waktu kemudian, suasana terlihat lebih dingin dari sebelumnya, kini saatnya Tuan Zu berbicar
Tuan Zu makin teriris, ketika melihat istri kesayangannya kini terlihat sangat memprihatinkan, ditambah dengan istrinya yang saat itu mengigau dan berkata bahwa Aneisha sangat membenci dirinya."Jangan katakan itu Ana, kau jangan membenci diriku, aku tidak mau jika kau berkata seperti itu kepadaku," gumam Tuan Zu dengan mencium punggung tangan Aneisha.Tak lama kemudian, terdengat suara ketukan dari luar."Tok..tok..tok..""Siapa?" tanya Tuan Zu dari dalam kamarnya ."Lim Tuan, ada Geo yang ingin bertemu dengan Tuan," jawab Lim dari luar kamar Tuan Zu."Suruh dia menungguku di ruang kerjaku," perintah Tuan Zu."Baik Tuan," jawab Lim, lalu segera dia pergi meninggalkan kamar Tuan Zu.Ia kemudian menuju ke ruang tamu, di mana saat itu Geo menunggu Tuan Zu."Tunggu Tuan Zu di dalam ruang kejanya, aku akan mengantarkan dirimu," ucap Lim lalu segera melangkahkan kakinya menuju ke arah ruang kerja Tuan Zu.Ceklek..Lim membuka pintu ruang kerja Tuan Zu tersebut, dan kini mempersilahkan Geo
Tubuh Geo tampak bergetar, ketika Tuan Zu menatap marah dan mengacungkan pistolnya ke arah wajah Geo."Baik Tuan Zu, aku akan mencari tau siapa keluarga Nyonya Zu."Jangan sampai kau membuat kesalahan lagi, atau kau akan aku buat tak bisa bernafas lagi," ancam Tuan Zu dengan tatapan mata elangnya."Ba-baik Tuan," jawab Geo dengan suara dan tubuh mulai bergetar.Tak lama kemudian, Tuan Zu menyuruhnya untuk segera pergi dari tempat ini."Baiknya kau pergi sekarang! Dan cepat kau kerjakan tugas yang aku berikan!" perintah Tuan Zu dengan menatap tajam ke arah Geo yang saat ini sudah mulai terlihat ketakutan."Baik Tuan," jawabnya, lalu segera pergi meninggalkan Tuan Zu.Setelah anak buahnya, Geo meninggalkan ruangan tersebut, Tuan Zu lalu kembali ke dalam kamarnya. Saat Tuan Zu masuk ke dalam kamarnya, tiba-tiba ia melihat Aneisha kini mulai mrngerjapkan kedua matanya dan mulai tersadar.Segera Tuan Zu datang menghampiri dirinya, ia melihat wajah Aneisha yang saat ini terlihat sudah tida
Lima belas menit kemudian, Kepala pelayan dengan didampingi oleh beberapa pelayan, kini terlihat sedang mendorong meja, berisikan beberapa menu makanan dan juga ramuan yang sudah dipesan oleh Tuan Zuan untuk istrinya tadi.TokTokTokSuara ketukan tersebut terdengar dari arah luar kamarnya, segera Tuan Zu menyahutinya dari dalam."Masuklah!" sahut Tuan Zu dari dalam.Ceklek..Kepala pelayan dan dua pelayannya kini masuk dengan mendorong meja dorong tersebut, masuk kedalam kamar Tuan Zu."Permisi Tuan Zuan, saya mau mengantarkan menu makanan untuk Nyonya muda," ucap kepala pelayan tersebut kepada Tuan Zuan."Kau sudah memasak makanan yang sudah aku pesan tadi?" tanya Tuan Zu dengan tatapan penuh menelisik."Sudah Tuan, ini ada beberapa menu pilihan untuk Nyonya muda, semuanya saya buat untuk membantu memulihkan kondisi Nyonya muda agar lebih baik," jawab kepala pelayan tersebut.Tuan Zu lalu melihat semua makanan yang sudah dibuat oleh kepala pelayan tersebut. Tuan Zu lalu meminta selu
Tuan Zu tak hiraukan ketiga istrinya tadi. Dia terus melangkahkan kakinya menuju kamar adik tirinya, Arsen.Ceklek..Ketika pintu itu dibuka, tiba-tiba Arsen melayangkan pukulannya ke arah wajah kakak tirinya tersebut.Bugh...Seketika sudut bibir Tuan Zu langsung mengeluarkan darah.Tuan Zu menghapus darah dari sudut bibirnya, kemudian ia menatap wajah Arsen yang saat ini menatap wajahnya dengan tatapan penuh amarah."Itu untuk Aneisha," ucap Arsen menatap penuh kemarahan.Tak lama kemudian, Arsen melayangkan pukulannya ke arah wajah Tuan Zuan, dengan cepat Tuan Zu menangkap tangan Arsen."Jangan berani kau menyentuh atau memukulku, Arsen," ucap Tuan Zu dengan nada geram.Tuan Zu lalu melepaskan tangan Arsen dengan kasar.Tuan Zu kemudian masuk ke kamar Arsen dan mengunci pintunya.Ia kemudian mengambil minuman winenya dan menuangkan di dua gelas yang ada di mini bar yang ada di dalam kamar Arsen yang sangat luas itu.Tuan Zu lalu memberikan minuman itu kepada Arsen dan diapun menyen
Arsen berhasil membuat Tuan Zu semakin kesal, tapi dia masih bisa menahan kekesalannya karena Arsen hanya mengungkit sifat ketiga istrinya yang benar-benar terlihat matre, meminta sesuatu kepada Arsen."Kau tidak perlu mengungkit ketiga istriku, aku tau mereka itu sangat meterialistis, kau tidak perlu menyindirku dengan sifat yang mereka saat ini," kesal Tuan Zu menatap wajah Arsen.Arsen hanya tersenyum miring, dan kini duduk di depan kursi sofanya."Apalagi yang ingin kau ketahui tentang istrimu? Dia gadis lugu, cantik, sederhana, baik dan tidak meterialistis seperti ketiga istrimu," jawab Arsen dengan menatap oenih wajah Tuan Zu."Apa kau yakin, semua itu ada pada diri Ana? Bisakah kau menjelaskan kepadaku, sikap buruk Aneisha kepadaku? Tak ada manusia yang sempurna Arsen, kau juga harus memberitahukan kepadaku, tentang sikap buruk Aneisha kepadaku," sahut Tuan Zu dengan sikap santainya."Jika kau tidak yakin dengan apa yang aku katakan kepadaku, untuk apa kau bertanya kepadaku? Ka
Aneisha semakin gugup, tatkala ada Tuan Zu kini datang untuk menemui dirinya."Kau kenapa Ana? Tak berani menatap wajahku, apakah kau saat ini takut denganku?" tanya Tuan Zu dengan mengangkat dagu ana ke atas.Aneisha tak berani menatapnya, ia tundukkan kepalanya, dan hanya sesekali melirik ke arah wajah Tuan Zuan."A-aku, aku hanya ingin meminta ijin untuk ke taman, pengawal Tuan Zu tidak mengijinkan aku untuk keluar dari kamarku," jawabnya dengan tersenyum kecut.Tuan Zu tersenyum, dan meminta kedua pengawalnya pergi."Pergilah! Biarkan dia bersama denganku," titah Tuan Zu menatap nyalang ke arahnya.Kedua pengawal tersebut, menganggukkan kepalanya, lalu tak lama kemudian mereka pergi meninggalkan Tuan Zu dan Aneisha di sana."Mereka sudah pergi. Katakanlah, Kau mau kemana?" tanya Tuan Zu dengan menatap lekat wajah Aneisha."Aku mau menghirup udara segar, bolehkah aku ke sana sendiri saja?" tanya Aneisha dengan melirik ke arah Lilian, yang menatap wajahnya penuh dengan tatapan penuh
Aneisha menatap resah, tapi dia tau apa yang harus dia jawab saat ini, jangan sampai jawaban ini, akan menjadi boomerang bagi dirinya sendiri.Aneisha lalu menatap wajah Tuan Zu, yang saat ini sudah menatap wajahnya dengan tatapan elangnya.Sementara itu, ia menaruh attensinya ke arah wajah Arsen yang saat ini tengah menatap dirinya penuh dengan sebuah harapan akan cinta yang mereka miliki saat ini.Aneisha mulai bingung seketika, tapi dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Tuan Zuan sudah mulai mengusik hatinya, iapun langsung memantaokan diri, untuk memberikan sebuah jawaban yang tak pernah dibayangkan oleh Arsen sebelumnya."Maafkan aku Arsen, kita memang pernah saling mencintai, dan pernah bersama, akan tetapi itu adalah bagian dari masa lalu kita. Takdir sialku, membawa aku dalam pernikahan yang memang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya. Aku disatukan dalam sebuah ikrar janji yang disaksikan oleh Tuhan. Maka dari itu, aku tak bisa menaruh cintaku kepadamu, meski ada yang sala