"Habiskan sarapannya. Oh iya, hari ini saya akan ke kantor karena ada rapat penting yang harus saya hadiri," kata Dika tanpa melihat sang istri.Eka yang hendak menyantap sarapannya itu, seketika menghentikan aktivitasnya. Tiba-tiba ia sudah merasa kenyang tanpa harus makan. "Hari ini Om ke kantor?" tanyanya dan ada raut kekecewaan terpancar di wajah mungil itu.Dika mengangkat kepalanya, "iya, Dek. Maaf tidak memberitahumu sebelumnya karena saya tidak ingin kamu merasa kecewa.""Kalau Om ke kantor, terus aku sama siapa?""Kan, ada Bi Endang, Dek. Oh iya, Bunda juga akan datang ke sini. Kemarin saya sudah memberitahu ke Bunda, soal rapat ini. Jadi, Bunda bakalan main ke sini untuk nemenin kamu." Dika menerangkan situasi yang ada."Oh ..." Meskipun sudah berusaha untuk tersenyum manis, tetapi kekecewaan itu masih tampak dan tidak mampu Eka sembunyikan sepenuhnya.Dika menghela napas panjang, "maafkan saya, Dek. Saya harus menghadiri rapat ini. Investor dari Prancis, berniat untuk menj
Rapat pun dimulai. Dika sangat bersemangat saat menjelaskan proyek kerja sama yang akan dilakukan dengan perusahaan Prancis.Raut wajahnya begitu serius. Namun, aura kepemimpinannya keluar dengar sempurna. Aura setelah menikah, membuat Dika lebih tampan dari sebelum-sebelumnya. Kesepakatan pun terjalin. Perusahaan Prancis tertarik dan menerima proyek kerja sama ini.Dika dan salah satu utusan dari Prancis itu, segera melakukan tanda tangan kontrak kerja sama."Terima kasih. Senang bisa bekerja sama dengan kalian," kata Dika, yang berbicara dalam bahasa Inggris sambil menjabat tangan pria tersebut.Senyuman terus terukir indah di wajah tampan pria tiga puluh tahun itu. Nyatanya ucapan semangat dari sang istri, membawa dampak luar biasa bagi Dika. ***Dika pun kembali ke ruangannya. Ada rasa puas dalam hatinya untuk kali ini. Terlihat jelas dari mimik wajahnya, yang tidak henti-hentinya mengumbar senyum. Semua ini karena dorongan semangat dari Eka, meskipun hanya terucap melalui samb
Seharian itu, Dika terus menempel pada sang istri. Dia seolah enggan lepas dari Eka sedetik pun.Bahkan selama perjalanan pulang. Dika sampai tertidur, dengan posisi kepala bersandar di bahu Eka. Annata yang duduk di kursi kemudi pun, berulang kali melihat putra semata wayangnya yang sedang tidur itu. Nyatanya, kehadiran Nadia masih mampu memporak-porandakan suasana hatinya.Annata berharap, Nadia tidak membuat rumah tangga Dika dan Eka kacau balau. Seperti yang pernah Nadia lakukan dulu pada Dika. ***Mobil pun terparkir di halaman utama kediaman Eka dan Dika."Biar bunda panggil Pak Rudi, untuk bantu keluarin Dika," kata Annata, sambil melepas sabuk pengaman. Selanjutnya ia keluar mobil.Eka mengangguk pelan. Tidak ada sepatah kata yang keluar dari mulutnya. Dia takut kalau bersuara, akan membangunkan sang suami yang sedang terlelap dalam mimpi itu.Selang beberapa menit kemudian, Pak Rudi pun datang. Dia membuka pintu mobil, lalu membantu mengeluarkan Dika yang terlelap itu.Dika
Mahardika pun telah menyiapkan sarapan yang menjadi favorit sang istri. Beruntungnya Eka, memiliki suami seperti Mahardika. Eka benar-benar diperlakukan layaknya seorang ratu. Dipenuhi segala kebutuhannya.Eka pun masuk ke ruang makan, sedikit mendehem, supaya sang suami menyadari kedatangannya. Dika mengangkat kepalanya, setelah meletakkan piring di atas meja makan. "Sarapan dulu, Dek," kata Dika sambil menarik kursi, supaya memudahkan Eka untuk duduk. Namun, gadis itu malah menduduki kursi yang lain.Ngeselin banget bukan? Namun, Dika tidak melawan. Ekor mata Eka masih melirik tajam, sembari menyelengos, membuang pandangannya ke sisi berbeda.Dika tersenyum kecil, melihat tingkah laku Eka yang masih ngambek karena ciuman pagi ini dan dirinya tidak marah sama sekali akan sikap istrinya tersebut. "Kamu sarapannya yang banyak. Supaya semangat menjalani hari," kata Dika mengingatkan."Iya, Om. Om juga. Sarapan yang banyak."Dika tersenyum lembut disertai anggukan kepala, "pasti itu.
Pernikahan yang belum ada satu Minggu itu, kini telah diterpa badai prahara yang cukup besar. Beberapa menit yang lalu, Eka baru saja melihat hal yang tidak sepatutnya ia lihat. Sebuah video yang mempertontonkan adegan dua insan sedang bercinta, layaknya suami istri, tanpa ikatan pernikahan. Suara lengkuhan yang ada pada video tersebut, masih terngiang-ngiang di benak Eka. Entah yang ada di dalam video tersebut benar atau tidak? Eka tidak bisa berpikir jernih sekarang.Dia mengacak-acak rambutnya. Menutup telinganya dengan kedua tangan. Berupaya untuk menghilangkan suara itu dari pikirannya. "Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa ...!!!"Eka menangis sejadi-jadinya. Meraung keras seolah ingin dunia mendengar tangisannya. Dia mengacak-acak seisi meja rias. Menatap dirinya yang kacau dari pantulan cermin. Mengetahui suaminya telah melakukan hubungan badan sebelum pernikahan, membuatnya sangat sakit. Hatinya seolah tercabik-cabik. Kenyataan sedang menamparnya. Badai besar sedang menerjan
"Aku lihat semuanya, Om!" teriak Eka keras."Lihat apa, Dek! Apa yang kamu lihat?!" Suara Dika tidak kalah tinggi dari sang istri, bahkan sampai melotot, seolah sepasang mata itu hendak melompat keluar dari tempatnya."Aku lihat video, Om lagi berhubungan badan sama nenek sihir itu!" Perlahan suaranya mengecil. Namun, rintikan air matanya belum kunjung reda. Dika bisa melihat, ada kekecewaan yang besar dari sorot mata istrinnya.Dika memeluk erat tubuh mungil wanita yang sangat dicintainya itu. Dika menarik napasnya dalam-dalam, lalu membuangnya perlahan-lahan. "Maafin saya ya, Dek. Seharusnya saya tidak pergi ke kantor tadi. Mungkin kejadiannya tidak akan separah ini," ungkap Dika, yang terus menarik napasnya dari waktu ke waktu.Eka tidak memberontak, tetapi dia masih terisak-isak. Dika pun membelainya lembut. Tidak ada bait yang terucap dari bibirnya. Dia sudah mengeluarkan seluruh energinya tadi, demi bisa menenangkan emosi Eka yang meluap-luap.Bi Endang memperhatikan sepasang
Berlanjut ...•••"Lantas, apa yang harus gue lakuin buat elu, sekarang?" tanya pemuda, bernama Boy itu, setelah menghabiskan seluruh sarapannya."Gue, mau elu cari tahu dari mana Nadia dapetin video yang mirip gue itu. Gue si yakin, dia enggak kerja sendirian. Pasti ada yang bantuin dia," jawab Dika serius tanpa berkedip.Suhu ruangan yang full AC, sama seperti aura yang terpancar dari tatapan mata Dika. Sangat dingin. "Heum, elu bener juga." Boy mengelus dagunya pelan. Bola matanya berputar cepat, sedang berpikir sejenak.Keyakinan Dika tadi, seirama dengan yang Boy pikirkan sekarang. Tebakan Dika tidak meleset, tapi belum bisa dikatakan benar juga. Lantaran tidak ada bukti kuat untuk melawan balik Nadia. "Beres kalau soal mencari informasi, tapi elu harus pastiin si Nadia enggak ketemu sama istri elu. Bakalan berabe kalau mereka ketemu lagi. Gue yakin, Nadia bakalan nunjukin hal gila lainnya demi dapetin elu. Dia kayaknya belum bisa move on deh dari elu."Dika pun tertawa kecil m
"Om, bilang apa tadi?" Eka terperanjat sampai posisinya sekarang menjadi duduk dan memandang wajah sang suami, penuh tanda tanya. "Bulan madu, Dek." Dika mengulangi kalimat terakhirnya diiringi dengan senyuman kecil. Berharap istrinya akan terpesona. "Ngapain kita bulan madu?" celetuk Eka asal ceplos. Dika geleng-geleng kepala, tidak habis pikir dengan kepolosan sang istri. "Ya, apa lagi, bikin dedek bayi," godanya sambil cengengesan.Eka menganga. Namun, sebelum ia bisa mendapatkan kembali kesadarannya, Dika sudah lebih dulu menggendongnya ala bridal style. "Ih, Om. Apaan si? Om mau mesum ya?" rengek Eka sambil memukul bidang dada suaminya. Akan tetapi, usahanya sama sekali tidak membuahkan hasil. Dika menyeringai puas, melihat aksi istrinya yang selalu membuatnya gemas. Dika turun dari ranjang sambil menggendong Eka, yang berat tubuhnya kurang dari 60 kilogram itu."Om, mau ajak aku kemana si? Aku bisa jalan sendiri, Om. Turunin aku!" pinta Eka, merengek dan terus memukul dada