"Di mana Troy?" tanya tuan Anmar ketika tidak melihat putranya turun untuk makan malam.
"Troy, keluar sejak siang dan belum pulang," jelas bi Warni yang baru mengambilkan sup untuk Alea.
Alea tidak berani ikut bicara walaupun sebenarnya dia juga baru tahu jika Troy pergi sejak siang tadi dan belum kembali. Mau tidak mau ternyata Alea juga ikut khawatir apalagi Alea tahu Troy pergi dalam kondisi marah.
"Makan yang banyak." Tuan Anmar memperhatikan Alea yang baru mulai menyeruput supnya.
Sejak siang Alea mengaku kurang enak makan karena itu tuan Anmar menyuruh bi Warni untuk membuatkannya sup.
"Ini masih terlalu panas." Alea tetap melanjutkan makannya pelan-pelan.
YUK VOTE YA
Untung Troy sudah bangun sebelum tuan Pulang, bi Warni mengantarkan makanan ke kamarnya agar anak laki-laki itu mau makan dan tidak membuat papanya curiga. "Ayo cepat dimakan! jangan sampai papamu tahu kau sudah tidak pulang semalaman!" "Taruh saja dulu nanti kumakan." "Makan selagi hangat, Alea sudah susah payah membuatkanmu makanan." Baru kemudian Troy mendongak dari permukaan bantal tempatnya tertelungkup. Troy jadi penasaran makanan apa yang dibuat Alea. "Ayo makan dulu!" Bi Warni menyodorkan mangkuk ke depan Troy. Ternyata Alea membuat bubur, Troy menerima mangkuk buburnya dan mulai mencicipi sedikit. Meski tidak seenak b
"Aku mengiginkannya darimu, Alea!" tegas tuan Anmar dengan bibirnya yang berdesis-desis disertai eraman berat. Pria itu menengadahkan dagu Alea untuk terus dia rampas bibirnya dan ia dera liangnya dengan kencang. Jelas sekali jika tuan Anmar sudah sangat ingin Alea segera hamil untuk memberinya keturunan. Alea semakin takut mengecewakan karena tidak juga kunjung hamil. Alea benar-benar sedang merasa tidak berguna dan hanya menimbulkan masalah. Sering kali Alea juga merasa bukan siapa-siapa di antara tuan Anmar dan putranya, dirinya hanya orang asing. Orang asing yang membawa pertengkaran di tengah keluarga yang semula damai, di antara ayah dan anak yang seharusnya tidak berada dalam posisi sepeti ini jika bukan karena dirinya. Pastinya Troy juga tidak akan bisa mengungkapkan yang sebenarnya kepada papanya, sama halnya Alea yang tidak
"Alea!" terdengar suara bi Warni memanggilnya. "Ya, aku di sini, Bi!" Alea segera berteriak. Troy langsung melepaskan Alea yang juga buru-buru berdiri untuk mengancingkan kancing pakaiannya yang sempat terbuka dan menyisir rambutnya dengan jari sekenanya. "Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya bi Warni yang tiba-tiba sudah berdiri di ambang pintu. "Troy memintaku mencarikan bajunya yang kemarin," bohong Alea. "Oh, tukang setrika tidak datang dua hari ini karena anaknya sakit," terang si bibi. "Pakai saja bajumu yang lain, banyak sekali bajumu di lemari, jangan merepotkan, Alea!" tegur bi Warni pada Troy yang cuma diam membiarkan Alea mengaduk-aduk tumpukan cucian di keranj
Tuan Anmar cukup penurut ketika Alea menarik jemarinya untuk mengikuti Alea berjalan pelan menaiki anak tangga. Semua orang mungkin baru saja tidur mereka tidak mau berisik, bi Warni sudah masuk ke kamarnya, Troy juga sudah tidak terlihat dari tadi. Tuan Anmar menutup pintu kamarnya pelan-pelan sebelum kemudian menyergap pinggang Alea dan mengangkatnya untuk dia lempar ke atas tempat tidur. "Ao ... "Alea pura-pura mengeluh tapi tuan Anmar juga segera menyusul naik utuk menangkapnya lagi. Alea merinding geli disertai tawa ringan ketika merasakan sapuan kasar dari rahang suaminya yang menggelitik kulit lembutnya. Tuan Anmar mulai menciumi Alea di mana-mana, menjerat pinggang Alea yang terus menggeliat geli agar tidak menjauh dan membiarkan gadis itu melucuti pakaiannya. Alea membuka k
Alea berdiri memperhatikan pantulan dirinya sendiri di depan cermin kemudian menyentuh perutnya yang masih saja rata. Sembari menghela napas dalam-dalam tanpa putusnya Alea berdoa utuk sebuah kemurahan Tuhan, Alea ingin sekali hamil. Alea ingin mengandung benih dari suaminya, merasakannya tumbuh di perutnya, menyayangi dan menjaganya. Tuan Anmar sudah sangat luar biasa menyayanginya tanpa cela. Dada Alea akan selalu bergelepar hangat hanya untuk sekedar mengingat kemurahan hati suaminya, hingga apapun rasanya bisa dia abaikan. Alea menyentuh liontin di lehernya, memperhatikan safir berbentuk hati kecil yang akan selalu mengingatkannya pada ketidaksempurnaan dirinya. Rasanya memang sangat berat ketika mengharapkan kehamilan yang tidak kunjung datang. Wanita manapun pasti juga akan merasakan hal yang sama setelah hampir satu tahun menunggu, mulai takut dan merasa tidak sempurn
Belum apa-apa Alea sudah merasa sangat tidak nyaman, tapi Alea juga tidak mau membiarkan Troy merasa menang dengan menunjukkan ketakutannya. Alea bahkan tidak tahu acara Viona akan diadakan di mana karena Troy juga tidak mengatakan apa-apa. Alea sengaja cuma memakai celan Jeans dan atasan blazer warna merah bata tua semi formal satu-satunya yang dia bawa dari rumahnya sendiri. Ketika Alea turun ternyata Troy sudah menunggunya di bawah dan langsung mendongak pada Alea yang baru menuruni tangga. Alea terlihat cantik meskipun hanya memakai pelembab bibir tipis tanpa makeup, rambutnya juga cuma diikat ekor kuda agak tinggi. Cantik dan terlihat berani untuk menantang pemuda di depannya. Alea merasa lega karena troy juga cuma memakai pakaian kasual. Artinya Alea juga tidak akan terlalu salah kostum karena jujur saja Alea tidak punya gaun.
Napas Troy masih berderu kasar ketika kemudian menatap Alea. "Kau sudah merubahku sangat banyak. Aku sudah melakukan semuanya untukmu, berusaha membangun masa depanku untukmu. Tapi lihat apa yang kudapatkan sekarang?" Troy menatap Alea dengan netra gelapnya yang tak bergeming. "Aku tidak ingin menjadikanmu keluargaku dengan cara seperti ini. Bagaimana kau tidak pernah bisa mengerti hal sederhana seperti itu, Alea! " Troy kembali mengeraskan suaranya dengan frustasi dan tanpa sadar kembali meninju sandaran tempat duduk tepat di samping Alea. Alea tidak masalah jika Troy bakal memecahkan tengkoraknya atau mencekiknya sampai mati. Otot lengan pemuda itu masih bergetar napasnya terasa panas menyapu wajah Alea yang ikut menggigil. Alea
Alea masih meringkuk di atas ranjang memeluk tubuhnya sendiri yang seperti baru tercerai berai. Alea pikir dia sudah sangat mencintai suaminya tanpa keraguan sedikitpun tapi saat melihat Troy seperti tadi tenyata dia juga sangat sakit hati. Alea masih terbaring di atas ranjang sampai beberapa lama setelah Troy pergi meningalkannya. Bukan hanya tubuhnya saja yang kebas, hatinya juga sedang kebas hingga tak berasa apa-apa ketika tiba-tiba beberapa butir bening air matanya meluncur jatuh tanpa suara. Alea tidak tahu jika kata-katanya bisa membalas Troy dengan sangat tepat. Anak itu pergi begitu saja tanpa bicara atau menatapnya. Seharusnya Alea sadar jika sejak awal memang sudah ada yang tidak benar di antara mereka. Alea duduk berinsut ke kepala ranjang untuk memeluk tubuhnya sendiri dan dari situ Alea mulai sadar jika seharusnya dia ju