PERGI KE MEXICO
Kiara duduk dengan tenang dalam jet pribadi Alex, di sampingnya duduk seorang suster yang siap memeriksa keadaannya selama penerbangan menuju Mexico.
“Apa anda membutuhkan sesuatu, Nona?” tanya suster tersebut pada Kiara.
“Tidak! Aku hanya ingin tidur, kepalaku sedikit pusing.” Kiara memejamkan matanya perlahan dan mencoba untuk beristirahat, namun sayang usahanya hanya sia-sia saja.
“Siapa namamu?” Kiara kembali membuka mata.
“Saya, Anna.”
“Apa kamu sudah lama bekerja bersama Alex?” Kiara ingin mengorek sedikit informasi mengenai pria yang akan dia nikahi. Ini adalah pertemuan keduanya dengan Alex, tentu saja Kiara merasa jika pria itu bukanlah orang biasa.
“Ya, saya bekerja di bawah tangan Tuan Jeremy, dokter pribadi Tuan Alex. Saya selalu pergi bersama mereka jika kondisi mengharuskan saya ikut.” Anna berbicara dengan begitu sopan dan lembut pada Kiara.
“Anna, panggil saja namaku, itu lebih membuatku nyaman.” Entah kenapa Kiara merasa tidak suka diperlakukan seperti ini, seakan ia adalah barang yang sangat berharga hingga semua orang memperlakukannya dengan istimewa.
“Maaf, tapi saya tidak bisa bersikap kurang ajar. Tolong mengerti, Nona.” Anna tersenyum tipis.
Kiara menghembuskan napas dengan kasar dan menelisik interior jet pribadi tersebut. Semua begitu mewah, meskipun ini adalah pengalaman pribadi Kiara, namun ia bisa menilai semuanya hanya sekali menatapnya.
“Nona, silahkan nikmati buah ini. Saya tahu anda tidak bisa memakan yang lain.” Suster itu menyuguhkan buah-buahan segar.
“Anna, dimana Alex?” Sejak memasuki jet tersebut Kiara sama sekali tidak melihat Alex ataupun mendengar suaranya.
“Tuan sedang menyelesaikan pekerjaannya, Nona. Beliau akan segera menyusul setelah pekerjaannya selesai.” Anna tersenyum saat mendengar Kiara menanyakan Tuannya.
Kiara terkejut karena ternyata pria itu tidak ikut pulang bersamanya. Lalu apa yang akan dia lakukan jika tiba di negara kelahiran pria itu? Ia tidak mengenal siapa pun dan bagaimana ia bisa nyaman tanpa orang yang ia kenal.
“Anda jangan khawatir, Nona. Selama Tuan Alex belum kembali, saya akan bersama Nona untuk memastikan jika anda baik-baik saja.” Anna membaca bahasa tubuh Kiara yang terlihat sedikit gelisah.
“Aku hanya merasa tidak nyaman, Anna. Kenapa Alex tidak ikut pulang bersama kita?” pertanyaan Kiara disalah artikan oleh Anna.
“Saya mengerti, anda pasti ingin selalu dekat dengan Tuan. Tapi Nona tenang saja, Tuan sudah berpesan jika dia akan langsung menyusul. Jika sudah berkata demikian, artinya hanya ada sedikit pekerjaan yang perlu diselesaikan dalam waktu singkat.”
Setelah mendengar penjelasan Anna, Kiara merasa lebih tenang dan tidak berniat untuk bertanya apapun lagi. Meskipun banyak sekali pertanyaan yang berlum terjawab.
Siapa Alex sebenarnya?
Dari semua hal yang Kiara lihat sekarang sudah pasti jika pria itu adalah orang dari kalangan atas. Jet pribadi, dokter pribadi dan entah hal pribadi apa lagi yang akan dilihat oleh Kiara saat tiba di Mexico nanti.
‘Semoga Alex bukan pria seperti Rama.’
***
Setibanya di Bandara, Kiara tidak langsung bangkit dari duduknya. Siapa sangka melakukan penerbangan yang lama membuat Kiara jet lag, kepalanya terasa berat dan berputar. “Anna, kepalaku sedikit pusing, bisakah kamu menuntunku?”
“Tentu saja, Nona.”
Dengan begitu hati-hati Kiara keluar dari jet tersebut, dia tidak terkejut saat melihat ada beberapa pria berbaju hitam berdiri di samping sebuah mobil mewah.
Anna langsung menganggukan kepalanya ketika sudah berada di depan pintu mobil yang terbuka. Setelah Kiara masuk, Anna pun ikut duduk di samping Kiara.
“Siapa mereka, Anna?” Kiara menatap bandara tersebut, sungguh ia tidak menyangka jika akan berada di tempat baru seperti sekarang.
“Mereka semua orang-orang Tuan,” seru Anna. “Jangan khawatir, semua akan baik-baik saja, Nona. Tuan sudah menyiapkan semuanya meskipun dia tidak membersamai anda.”
Kiara terdiam dan menikmat jalanan kota yang terkenal dengan keramahan penduduknya, meskipun semuanya serba asing namun dia harus terbiasa karena mulai detik ini kota itu akan menjadi tempat tinggalnya.
Mobil mewah yang membawa Kiara akhirnya memasuki sebuah rumah mewah di wilayah Miguel Hidalgo. Kedatangan mereka langsung di sambut dengan sangat baik, begitu pintu terbuka para pekerja langsung membungkuk pada Kiara.
Ucapan selamat datang itu membuat Kiara kikuk, namun ia merasa tenang karena ternyata semua tidak seperti yang ia bayangkan. Alex bukanlah Mafia, semua terlihat normal.
“Lusy! Apa kamar untuk Nona sudah siap?” tanya Anna.
“Tentu saja, semua sudah siap seperti yang Tuan inginkan. Kau bisa langsung membawa nyonya ke kamarnya, Anna.” Lusy mengangguk sopan.
“Terima kasih, Lusy.”
Anna mengantar Kiara memasuki sebuah kamar berukuran besar yang didominasi oleh warna putih dan abu-abu. Pemandangan dari kamar tersebut langsung pada sebuah taman hijau yang begitu tertata rapi dan indah.
“Silahkan beristirahat, Nona, ada bisa menekan bel ini jika membutuhkan sesuatu. Saya ada di ruangan lain.”
“Aku ingin membersihkan tubuhku dulu, Anna. Tapi aku tidak memiliki pakaian, Alex tidak mengijinkan aku untuk pulang. Alex mengatakan padaku jika anak buahnya akan membawakan semua barang milikku.”
Suster itu hanya tersenyum dan berjalan menuju sebuah pintu. “Semua keperluan pribadi anda sudah siap, Nona. Pakaian, tas, sepatu dan alat kencatikan pun lengkap diruangan ini.”
Kiara memasuki walk in closet yang begitu luas, disana terlihat jelas ada banyak pakaian dengan berbagai warna. Tas branded dan sepatu-sepatu yang menjadi impian para wanita.
“Anda tidak perlu sungkan karena Tuan Alex sengaja menyiapkan semuanya. Gunakan apa pun yang ada di ruangan ini, jika anda membutuhkan sesuatu tekan saja bel di atas meja.”
“Terima kasih, Anna, kalau begitu aku akan mandi lebih dulu sebelum beristirahat.” Dengan jantung yang berdetak kuat Kiara menatap semua, ia merasa ini adalah mimpi. Matanya sampai berkaca-kaca, sulit dipercaya ia bisa kembali pada kehidupan mewah seperti ini.
“Terima kasih, Alex.”
***
Malam hari, Alex baru saja tiba di kediamannya dan langsung menanyakan keberadaan Kiara.
“Dimana dia?” tanya Alex pada Anna yang ikut menyambut kedatangannya bersama yang lain.
“Nona berada di kamarnya, Tuan, setelah makan malam dia langsung beristirahat,” jelas Anna.
Alex melepaskan jas yang dia pakai dan memberikan pada pelayan, setelah itu dia pergi menuju kamar dimana Kiara berada.
Di atas ranjang king size itu Kiara sedang terlelap, tubuhnya tertutupi selimut tebal. Alex masuk dengan pelan, wajahnya yang tirus begitu tenang dan damai, ia tidak mau kehadirannya mengganggu tidur lelap Kiara.
Mata elang Alex menatap Kiara tanpa berkedip. Masih teringat dalam benaknya saat pertama kali ia bertemu dengan Kiara di kelab malam. Namun Alex hanya bisa menarik napas dalam, ia bertemu dengan orang yang sama dengan tubuh yang berbeda.
“Maaf karena aku terlambat.”
“Aku akan pergi.” Alex mengatakan itu saat mereka sedang duduk berdua pagi ini.“Pergi? Kemana?” Kiara menghentikkan gerakan tangannya yang sedang memegang garpu. “Berapa lama kamu pergi?”Alex mengatakan kemana ia pergi. “Mungkin tiga hari, jika pekerjaan di sana tidak berjalan lancar kemungkinan aku akan lebih lama.”Kiara terdiam, ia merasa tidak rela jika Alex pergi. Ia sudah terbiasa dengan kehadiran suaminya itu, meskipun tidak selama 24 jam bersama. Hanya saja ia merasa kosong saat berjauhan. Ini mungkin cinta, namun Kiara selalu menyangkalnya karena bayangan pernghianatan Rama masih menjadi momok yang mengerikan untuknya.“Apa tidak bisa Jeremy saja yang pergi?” Kiara berusaha mencari jalan lain agar Alex tetap disisinya.“Sayangnya tidak bisa. Selama aku pergi, Bima akan menjagamu di sini, kalian bisa pergi ke beberapa tempat tentunya di temani Ken. Nikmati waktu kebersamaanmu dengannya, karena saat aku kembali Bima akan pulang.”Tidak ada protes lagi, yang dikatakan oleh Al
“Kiara.” Suara yang sangat dirindukan Kiara terdengar nyata ditelinganya.Kiara belum berbalik, ia masih menatap Alex yang tetap dengan ekspresi santai. Ketika Alex melihat ke sumber suara, barulah ibu hamil itu mengikuti arah pandangannya.“A-ayah.” Kiara sedikit gugup. Ia kembali menatap suaminya penuh tanya. Melihat binar kebahagiaan di mata istrinya, Alex langsung mengangguk dan melepaskan genggaman tangannya.Dengan perasaan haru, Kiara berjalan pelan mendekati Bima yang sekarang terlihat baik dan sehat. Bahkan pria yang sudah dinyatakan mengalami stroke itu kini berdiri dengan tegap di hadapannya.“Aku merindukan ayah selama ini.” Kiara memeluk Bima, air matanya sudah tidak bisa dibendung lagi saat cinta pertamanya hadir di depan mata.“Ayah juga sangat merindukanmu, Nak. Maafkan ayah karena telah melakukan kesalahan besar padamu.”Kepala Kiara menggeleng kuat. “Lupakan hari itu!”“Kapan ayah datang kemari? Apa ini alasan kenapa ponsel ayah mati?” Kiara mengusap air matanya dan
Kiara cukup terkejut karena selama ini ia hanya tahun jika pria yang berstatus sebagai suaminya itu kaku. Namun malam ini hal itu lenyap. Alex memperlakukan Kiara dengan begitu lembut dan romantis.“Alex, siapa yang mengajarimu semua ini?” tanya Kiara pelan. “Maaf, tapi selama ini kamu sangat kaku dan—“Alex berdeham pelan. “Aku manusia. Kaku, bukan berarti tidak mampu untuk bersikap lebih baik.”Oke! Kiara salah bertanya.“Bukan seperti itu, kenapa selama ini kamu tidak pernah bersikap romantis. Aku menyukai malam ini.” Akhirnya pujian itu keluar, paling tidak malam ini mood keduanya harus terjaga.Alex hanya menatap istrinya sekilas kemudian kembali diam. “Lusa aku akan pergi. Ken akan berjaga 24 jam di rumah kita. Jangan pernah pergi tanpa meminta ijinnya selama aku tidak ada!”“Kamu akan pergi kemana?” Ada perasaan tidak rela mendengar pria itu berpamitan. Entahlah, setiap kali jauh dari Alex, Kiara merasa gelisah. “Berapa lama kamu pergi?”“Tiga hari!”Kiara hanya mengangguk, nam
Kiara tersenyum penuh arti. “Aku tidak akan merusak mimpimu, Barbara. Kau akan tetap bisa terbang tinggi, tanpa harus bersama Alex dan mengusikku!”Wanita itu hanya berdecak kesal, kemudian pergi dengan perasaan marah karena ia tidak bisa melawan Kiara. Wanita hamil yang ia anggap lemah ternyata bisa membuang ia kalah telak.Alex menatap wanita yang selalu mengusiknya itu dengan wajah datar, tidak ada rasa belas kasihan atau simpati. Apalagi saat sebuah fakta muncul dari tangan Kiara, membuat rasa tidak suka itu semakin nyata.“Alex, bisakah kamu mengatur agar Barbara menjauh tapi namanya bisa tetap eksis di dunia modeling. Itu lebih baik untuknya.”“Akan aku atur! Ayo kita pulang.”Kiara berdiri, kemudian mengambil benda elektronik miliknya yang sudah rusak tersebut. Alex terus saja memperhatikan tingkah istrinya, masih banyak hal yang belum ia mengerti dari sosok Kiara. Terlihat lemah, namun ternyata ada hal istimewa yang tidak pernah muncul jika bukan karena tekanan besar.“Ayo.” K
“Ingat, Kiara! Jika dia macam-macam, tekan tombol pada jam tangan ini!” Alex menatap ibu hamil itu dengan lekat.“Astaga, kamu sudah mengatakan itu sebanyak 10 kali, Alex. Kenapa kamu harus sekhawatir ini, tok kamu dan Jeremy juga akan ada di sana.”Ya! Alex akhirnya setuju dengan rencana Kiara yang ingin bertemu dengan Barbara. Meskipun sulit untuk mengatakan iya, tetap saja Alex kalah pada istrinya.“Aku hanya tidak ingin kamu melupakan hal penting!”Kiara tersenyum. “Aku tidak akan melupakan apa-apa, jadi jangan berlebihan. Lagu pula waktuku bertemu dengan Barbara hany 10 menit, sisanya aku akan pergi dan dia sendiri merenungi semuanya.”“Sebenarnya apa yang kamu rencanakan?” Alex masih penasaran karena Kiara menutup rapat rencananya.“Tidak ada!” jawab Kiara santai sambil menebar senyum.Alex hanya mengangguk dan tidak berniat memaksa istrinya. Ia melirik jam tangannya dan menganggukan kepalanya, mereka sekarang akan pergi ke rumah lama Alex, sengaja pria itu membuat janji temu di
“I love u.” Alex ingin sekali mengucapkan tiga kata itu, namun semua terkunci di tenggorokannya.“Tidak apa-apa, aku harap kamu tidak kecewa dengan batalnya kepergian kita ke Indonesia.” Alex kembali fokus pada pekerjaannya, ia berusaha untuk meredam semua debaran dalam dadanya.“Tidak masalah. Selama komunikasiku dengan ayah tidak dibatasi, rasa rindu itu bisa sedikit terobati.” Kiara tersenyum kemudian keluar dari ruangan Alex dan memilih kembali ke kamarnya yang sepi dan sunyi.Kali ini Kiara akan berpikir bagaimana cara untuk bisa menyingkirkan Barbara. Ia benci hidup terkekang seperti sekarang, meskipun ia memiliki segalanya namun bukan berarti ia akan rela bertahan selamanya dirumah dan tidak melihat dunia luar.Banyak hal yang ingin Kiara lakukan dimasa kehamilannya ini, paling tidak ia bisa memiliki kenangan indah jika suatu saat dipisahkan dari kedua putranya. Sampai detik ini hanya itulah yang Kiara pikirkan, berandai-anda pada hal yang seharusnya tidak ia pikirkan.“Barbara