Sakit hati karena perselingkuhan sang kekasih dengan adik tirinya membuat Kiara Larasati jatuh dalam pelukan seorang Alexander Marcow dan melepaskan mahkotanya dengan cuma-Cuma. Fitnah keji yang dilakukan adik serta ibu tirinya membuat Kiara memilih untuk pergi jauh dan tidak kembali. Namun kehidupannya berubah saat ia mengadung darah daging Alexander Marrcow, salah satu milyarder di Mexico. Sebuah aksi balas dendam pun terjadi tapa pernah terduga.
View MoreRAMA BERKHIANAT
Kiara menyentuh dadanya yang bergemuruh hebat saat suara desahan itu semakin terdengar jelas. Dengan perasaan yang berkecamuk, ia menguatkan diri dan mendorong pintu yang tidak tertutup rapat itu dengan sekuat tenaga.
BRAK!
“Rama, Bella!” Kiara menatap dua orang yang sekarang syok karena kehadirannya yang tiba-tiba. Air mata langsung mengalir deras membasahi wajah cantiknya saat melihat Rama dan Bella yang sudah sama-sama hampir tanpa busana.
“Ja-jadi ini yang kamu lakukan di belakangku, Rama?” Pertanyaan Kiara sontak saja menyadarkan Rama dari keterkejutannya.
“Ki-Kiara!” Rama tergagap, dengan cepat pria itu membenarkan celananya yang sudah melorot kemudian mendekati Kiara. “Aku bisa menjelaskan semuanya, tolong dengarkan aku.”
“Ini tidak seperti yang kamu pikirkan sayang.” Rama menyentuh tangan Kiara yang gemetar karena melihat kenyataan yang begitu menghancurkan hatinya.
Sementara Bella hanya bisa menatap Kiara kesal dan benci karena gagal bermesraan bersama Rama. Ia memakai kembali kemeja yang sudah terbuka tanpa peduli dengan Kiara yang sekarang merasa sangat hancur. Bella justru memberikan senyumnya, seakan menunjukkan jika ia adalah pemenangnya.
“Menjelaskan apa? Aku sudah melihat semuanya, jadi tidak ada lagi yang harus dijelaskan, Rama. Kamu dan Bella, kalian—“ Kiara menepis tangan Rama kemudian mengangkat tangannya yang gemetar sambil menggelengkan kepalanya.
Tangisnya semakin pecah saat menyadari jika pertunangan yang ia impikan kandas begitu saja, entah sejak kapan ia dipecundangi seperti ini oleh Rama dan Bella.
“Ini salah paham, oke!” Rama masih berusaha meyakikan Kiara.
Kiara menangis dan tersenyum di saat yang bersamaan. Ia tidak pernah menyangka jika Rama akan tega selingkuh, bahkan dengan Bella, saudara tiri Kiara.
“Aku tidak bodoh, Rama! Aku tidak bodoh.” Lirihnya pedih. Kiara menarik napas dalam dan menatap Rama dengan nanar.
“Sejak kapan?” tanya Kiara dengan bibir bergetar. “Jawab aku, jangan hanya diam seperti pecundang!”
Napas Kiara semakin memburu karena diamnya Rama, saat ia mengalihkan tatapannya pada Bella, Rama ikut menoleh ke belakang.
Karena tidak kunjung mendapat jawaban, Kiara menapar Rama dengan semua kekuatan yang ia miliki. Rama tidak bereaksi, ia diam dan pasrah. Tapi tidak dengan Bella.
“Apa yang kamu lakukan? Apa kamu sudah gila Kiara?” teriak Bella, kemudian memeriksa wajah Rama. Kilatan amarah jelas terlihat di mata Bella. “Kamu nggak apa-apa, Rama?”
“Diamlah, Bell.” Rama melepaskan tangan Bella dari wajahnya. “Ini masalahku dengan Kiara.”
Kiara bertepuk tangan. “Luar biasa! Kalian pantas mendapatkan penghargaan manusia paling munafik.”
Bella marah, ia benci mendengar Kiara menghinanya. Saat Bella berniat menampar Kiara, Rama menahannya.
“Dia keterlaluan, Rama. Aku tidak suka dengan caranya memanggil kita munafik. Di sini yang munafik itu kamu, Kiara! Sok jual mahal dan tidak mau disentuh oleh Rama. Jadi jangan menyalahkan Rama jika dia berpaling padaku yang bisa memuaskan dahaganya.”
“Rama itu pria normal!” teriak Bella.
“Bella, tolong diam. Jangan semakin memperburuk keadaan ini.” Rama mencengkram tangan Bella, membuat perempuan itu meringis kesakitan
“Apa benar yang Bella katakan, Rama? Apa karena aku memegang teguh prinsipku untuk menjaga kesucian sampai kita menikah yang jadi menyebab kamu selingkuh?” tanya Kiara, ia berharap jika pria itu menjawab tidak, namun lagi-lagi tidak ada jawaban pasti.
Kali ini Rama tidak bisa berkata-kata, selama ini memang Kiara tidak pernah ingin berbuat lebih. Hanya sebatas ciuman santai yang pernah mereka lakukan selama beberapa tahun menjalin kasih.
“Astaga!” Kiara mengusap wajahnya dengan kasar, kemudian memukul dadanya pelan.
“Kia, kita bisa bicara baik-baik. Aku dan Bella hanya bermain-main.” Rama berusaha untuk membujuk Kiara, dan memberikan kode agar Bella tidak beraksi.
Kiara menggeleng. “Tidak! Ini terlalu menyakitkan, Rama.”
“Tidak ada lagi yang perlu dibicarakan, semua sudah sangat jelas. Kita sudahi saja hubungan ini. Kita putus!” Bagai ada ribuan belati yang menikam jantungnya, membuat Kiara menekan dadanya lebih kuat.
Hatinya hancur berkeping-keping, kisah cintanya yang sudah berjalan beberapa tahun hingga ada di tahap serius akhirnya kandas begitu saja. Tidak pernah terbayangkan sedikitpun jika ia akan ada di posisi yang menyedihkan seperti ini.
“Tidak Kiara! Kita tidak bisa putus, kita akan bertunangan.” Rama tidak bisa melepaskan Kiara. Namun sayang gadis itu sama sekali tidak peduli dengan kata-kata yang keluar dari mulut Rama.
“Dan kamu!” Kiara menunjuk pada Bella dengan mata berkilat marah. “Silahan ambil dia! Sekarang aku tahu, ternyata anak dan ibu memiliki satu kesamaan yang tidak bisa dihilangkan. Kalian sama-sama menyukai barang bekas orang lain.”
“Kamu!” bentak Bella tidak kalah keras.
“Bella, diam! Lebih baik kamu pulang, aku harus bicara berdua dengan Kiara.” Secara tidak langsung Rama mengusir Bella.
“Kamu ngusir aku?” Bella menggeleng tidak percaya. “Harusnya dia yang pergi, Rama! Bukan aku!”
Melihat Rama dan Bella bertengkar, Kiara tersenyum getir dan memilih untuk pergi, bahkan tanpa mereka sadari dalam pertengkaran itu semua terbongkar. Berapa lama hubungan itu terjalin dan apa saja yang mereka lakukan. Kiara melangkai dengan gontai, tidak ada gunanya lagi ia ada di tempat yang membuat hatinya sakit hati.
Kiara melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi dan kembali ke hotel dimana ia menginap. Setibanya, Kiara langsung melampiaskan semua kemarahannya. Ia pulang tanpa mengabari siapapun dan berniat memberikan kejutan, namun ternyata malah ia yang mendapatkan kejutan yang menyakitkan.
“Rama berengsek! Bajingan!” Kiara menangis keras sambil memukul dadanya pelan. Rasa sakit yang luar biasa membuat ia merasa sesak.
“Aku membenci kalian!”
***
Malam semakin larut, namun Kiara tidak bisa melupakan rasa sakit atas penghianatan Rama bersama Bella. Pikirannya kacau, ia tidak bisa lagi berpikir dengan jernih hingga sekarang kakinya melangkah masuk ke dalam sebuah kelab malam.
“Berikan aku iceland.” Kiara duduk di tengah hingar bingar suara musik yang memekan telinga, namun hal itu sama sekali tidak mampu mengusir rasa sakit yang bercokol dalam dada.
“Anda yakin, Nona?” tanya bartender.
“Kenapa? Apa aku terlihat seperti orang miskin dan tidak akan mampu membayar minuman di tempat ini?” Kiara kembali marah kemudian mengeluarkan uang miliknya.
Bartender itu langsung memberikan apa yang Kiara minta, namun baru saja Kiara akan mengabiskan gelas ketiga, gadis itu sudah meracau sambil menangis.
Kiara bangkit dari duduknya dan berjalan sempoyongan. Alkohol benar-benar membuat ia tidak bisa mengontrol dirinya. Hingga tanpa sengaja ia menabrak seorang pria yang baru saja memasuki kelab tersebut.
“Rama, kamu bajingan!” tunjuk Kiara sambil tertawa, kemudian menangis.
“Bos, anda tidak apa-apa?” Asisten pribadi pria itu berniat menjauhkan Kiara, namun dengan satu gerakan tangan asistennya terdiam.
Pria itu menatap Kiara dengan lekat, dari cara berpakaian Kiara saja sudah terlihat jelas jika dia bukan salah satu dari wanita penghibur di kelab tersebut.
Wanita yang malang, pikirnya.
Namun sayangnya ulah Kiara yang meracau sambil menunjuk-nunjuk wajahnya membuat pria itu berdesir. Hasratnya bangkit hanya karena melihat wanita mabuk.
“Kau ingin tubuhku? Iya? Jawab aku, Rama!” Kiara terus saja bergelayut pada tangan Alex.
“Sentuh aku! Kita buktikan siapa yang bisa memuaskanmu, Rama.” Kiara menarik jas Alex. “Ayo! Sentuh aku sekarang.”
Alex menggeram pelan, hasrat lelaki dewasanya semakin dominan. Tanpa berpikir panjang Alex membawa Kiara, menggendongnya menuju lift dan menekan angka tiga, dimana di sana tersedia kamar khusus.
“Jangan salahkan aku jika kau kehilangan harga dirimu!”
“Aku akan pergi.” Alex mengatakan itu saat mereka sedang duduk berdua pagi ini.“Pergi? Kemana?” Kiara menghentikkan gerakan tangannya yang sedang memegang garpu. “Berapa lama kamu pergi?”Alex mengatakan kemana ia pergi. “Mungkin tiga hari, jika pekerjaan di sana tidak berjalan lancar kemungkinan aku akan lebih lama.”Kiara terdiam, ia merasa tidak rela jika Alex pergi. Ia sudah terbiasa dengan kehadiran suaminya itu, meskipun tidak selama 24 jam bersama. Hanya saja ia merasa kosong saat berjauhan. Ini mungkin cinta, namun Kiara selalu menyangkalnya karena bayangan pernghianatan Rama masih menjadi momok yang mengerikan untuknya.“Apa tidak bisa Jeremy saja yang pergi?” Kiara berusaha mencari jalan lain agar Alex tetap disisinya.“Sayangnya tidak bisa. Selama aku pergi, Bima akan menjagamu di sini, kalian bisa pergi ke beberapa tempat tentunya di temani Ken. Nikmati waktu kebersamaanmu dengannya, karena saat aku kembali Bima akan pulang.”Tidak ada protes lagi, yang dikatakan oleh Al
“Kiara.” Suara yang sangat dirindukan Kiara terdengar nyata ditelinganya.Kiara belum berbalik, ia masih menatap Alex yang tetap dengan ekspresi santai. Ketika Alex melihat ke sumber suara, barulah ibu hamil itu mengikuti arah pandangannya.“A-ayah.” Kiara sedikit gugup. Ia kembali menatap suaminya penuh tanya. Melihat binar kebahagiaan di mata istrinya, Alex langsung mengangguk dan melepaskan genggaman tangannya.Dengan perasaan haru, Kiara berjalan pelan mendekati Bima yang sekarang terlihat baik dan sehat. Bahkan pria yang sudah dinyatakan mengalami stroke itu kini berdiri dengan tegap di hadapannya.“Aku merindukan ayah selama ini.” Kiara memeluk Bima, air matanya sudah tidak bisa dibendung lagi saat cinta pertamanya hadir di depan mata.“Ayah juga sangat merindukanmu, Nak. Maafkan ayah karena telah melakukan kesalahan besar padamu.”Kepala Kiara menggeleng kuat. “Lupakan hari itu!”“Kapan ayah datang kemari? Apa ini alasan kenapa ponsel ayah mati?” Kiara mengusap air matanya dan
Kiara cukup terkejut karena selama ini ia hanya tahun jika pria yang berstatus sebagai suaminya itu kaku. Namun malam ini hal itu lenyap. Alex memperlakukan Kiara dengan begitu lembut dan romantis.“Alex, siapa yang mengajarimu semua ini?” tanya Kiara pelan. “Maaf, tapi selama ini kamu sangat kaku dan—“Alex berdeham pelan. “Aku manusia. Kaku, bukan berarti tidak mampu untuk bersikap lebih baik.”Oke! Kiara salah bertanya.“Bukan seperti itu, kenapa selama ini kamu tidak pernah bersikap romantis. Aku menyukai malam ini.” Akhirnya pujian itu keluar, paling tidak malam ini mood keduanya harus terjaga.Alex hanya menatap istrinya sekilas kemudian kembali diam. “Lusa aku akan pergi. Ken akan berjaga 24 jam di rumah kita. Jangan pernah pergi tanpa meminta ijinnya selama aku tidak ada!”“Kamu akan pergi kemana?” Ada perasaan tidak rela mendengar pria itu berpamitan. Entahlah, setiap kali jauh dari Alex, Kiara merasa gelisah. “Berapa lama kamu pergi?”“Tiga hari!”Kiara hanya mengangguk, nam
Kiara tersenyum penuh arti. “Aku tidak akan merusak mimpimu, Barbara. Kau akan tetap bisa terbang tinggi, tanpa harus bersama Alex dan mengusikku!”Wanita itu hanya berdecak kesal, kemudian pergi dengan perasaan marah karena ia tidak bisa melawan Kiara. Wanita hamil yang ia anggap lemah ternyata bisa membuang ia kalah telak.Alex menatap wanita yang selalu mengusiknya itu dengan wajah datar, tidak ada rasa belas kasihan atau simpati. Apalagi saat sebuah fakta muncul dari tangan Kiara, membuat rasa tidak suka itu semakin nyata.“Alex, bisakah kamu mengatur agar Barbara menjauh tapi namanya bisa tetap eksis di dunia modeling. Itu lebih baik untuknya.”“Akan aku atur! Ayo kita pulang.”Kiara berdiri, kemudian mengambil benda elektronik miliknya yang sudah rusak tersebut. Alex terus saja memperhatikan tingkah istrinya, masih banyak hal yang belum ia mengerti dari sosok Kiara. Terlihat lemah, namun ternyata ada hal istimewa yang tidak pernah muncul jika bukan karena tekanan besar.“Ayo.” K
“Ingat, Kiara! Jika dia macam-macam, tekan tombol pada jam tangan ini!” Alex menatap ibu hamil itu dengan lekat.“Astaga, kamu sudah mengatakan itu sebanyak 10 kali, Alex. Kenapa kamu harus sekhawatir ini, tok kamu dan Jeremy juga akan ada di sana.”Ya! Alex akhirnya setuju dengan rencana Kiara yang ingin bertemu dengan Barbara. Meskipun sulit untuk mengatakan iya, tetap saja Alex kalah pada istrinya.“Aku hanya tidak ingin kamu melupakan hal penting!”Kiara tersenyum. “Aku tidak akan melupakan apa-apa, jadi jangan berlebihan. Lagu pula waktuku bertemu dengan Barbara hany 10 menit, sisanya aku akan pergi dan dia sendiri merenungi semuanya.”“Sebenarnya apa yang kamu rencanakan?” Alex masih penasaran karena Kiara menutup rapat rencananya.“Tidak ada!” jawab Kiara santai sambil menebar senyum.Alex hanya mengangguk dan tidak berniat memaksa istrinya. Ia melirik jam tangannya dan menganggukan kepalanya, mereka sekarang akan pergi ke rumah lama Alex, sengaja pria itu membuat janji temu di
“I love u.” Alex ingin sekali mengucapkan tiga kata itu, namun semua terkunci di tenggorokannya.“Tidak apa-apa, aku harap kamu tidak kecewa dengan batalnya kepergian kita ke Indonesia.” Alex kembali fokus pada pekerjaannya, ia berusaha untuk meredam semua debaran dalam dadanya.“Tidak masalah. Selama komunikasiku dengan ayah tidak dibatasi, rasa rindu itu bisa sedikit terobati.” Kiara tersenyum kemudian keluar dari ruangan Alex dan memilih kembali ke kamarnya yang sepi dan sunyi.Kali ini Kiara akan berpikir bagaimana cara untuk bisa menyingkirkan Barbara. Ia benci hidup terkekang seperti sekarang, meskipun ia memiliki segalanya namun bukan berarti ia akan rela bertahan selamanya dirumah dan tidak melihat dunia luar.Banyak hal yang ingin Kiara lakukan dimasa kehamilannya ini, paling tidak ia bisa memiliki kenangan indah jika suatu saat dipisahkan dari kedua putranya. Sampai detik ini hanya itulah yang Kiara pikirkan, berandai-anda pada hal yang seharusnya tidak ia pikirkan.“Barbara
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments